Selasa, 31 Maret 2015

Kembali Memoderasi Komentar

Dulu, saat awal punya blog ini, aku tidak tahu ada moderasi komentar. Boro-boro moderasi komentar sih, kolom komentar di setiap postingannya saja aku tidak tahu, ternyata di blog bisa saling komentar seperti di media sosial lainnya juga aku waktu itu belum tahu, wkwk... Saat ada orang-orang yang komen di blogku, aku terkejut. Waah kok bisa sih ada yang baca blogku sampai komentar pula, haha.. Padahal waktu awal ngeblog aku cuma ingin menulis, menulis apa saja, anggap saja blog adalah diary yang tidak menghabiskan biaya beli dan menghabiskan tempat untuk menyimpan diary-diary tersebut. Dulu aku sama sekali tidak pernah mempublikasikan postinganku di media sosial lainnya, apalagi gabung di komunitas blog, nggaa :D

Lalu setelah aku paham bagaimana caranya komen-komenan di blog, aku mulai sering mengunjungi blog orang lain. Dulu aku hanya mencari-cari blog yang menarik dengan cara searching di Google. Kalau menarik, aku akan komentar di sana. Selanjutnya, aku juga mulai mengerti caranya follow-followan blog. Dari situ, aku mulai rutin membaca blog-blog menarik tersebut.

Hingga suatu hari, ada yang komentar di blogku, dia menawariku gabung di suatu komunitas blogger. Aku penasaran, maka gabung lah aku ke komunitas itu di grup facebooknya. Dan sejak aku gabung dengan komunitas blogger, aku semakin sering komen-komenan dengan teman blogger lain.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak aku menulis di blog, muncul deh tuh komentar berbahasa Inggris, sepertinya memang dari luar negeri. Awalnya aku senang. Ya jelas senang lah ya, namanya juga masih awam di dunia per-blog-an, dikiranya bener aja gitu yang komen itu emang mau temenan sama aku kayak teman-teman blogger di Indonesia lainnya, kan girang bin bangga punya teman blog dari luar negeri, ahaha :D Tapi lama-lamaa, kok yo makin banyak mereka –orang luar- yang komentar di blogku, di postingan manaa aku sudah lupa, yang jelas itu di postingan lawas semua. Bahkan semakin hari, yang komentar itu anonim, buanyaak... Belum lagi web-web jamu-jamuan yang rutin komentar juga di blogku. Kebanyakan, hampir 90% deh, mereka itu komennya gak nyambung dengan isi postingan yang kutulis. Kan nyesek ya..

Aku jadi mikir, apa mereka ini spammer seperti email-email yang masuk ke kotak spam? Maklum waktu itu aku masih belum mengerti. Aku tidak tahu bahwa di dunia blog juga ada komentar-komentar spam seperti email spam. Hmm... Akhirnya setelah banyak baca sana-sini, aku mendapat pencerahan. Mereka itu memang spammer. Aku juga jadi mereparasi blogku agar komentarnya bisa dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di postingan. Ini terinspirasi dari banyak teman blogger yang setiap kali aku komentar di blog postnya, pasti ada tulisan begini ‘komentar akan terlihat setelah disetujui’, atau ‘komentar ada akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum terlihat’. Jadi ikutan deh, hihih..

Lumayan lama aku mengaktifkan moderasi komentar di blogku. Komentar-komentar bernada spam akan langsung kuhapus. Dan ternyata, komentar-komentar spam itu semakin banyak datang saat aku tidak pernah menyentuh blogku. Banyaaak sekali.. Bisa sampai puluhan (setiap kali aku mengecek dasbor blog). Tapi untung lah aku mengaktifkan moderasi komentar. Setidaknya walaupun blognya tidak update, teman-teman pembaca atau yang mau komen tidak risih melihat banyak komentar spam di postingan blogku.

Di tahun ini, aku mulai aktif ngeblog lagi. Terhitung sejak Januari lalu, blogku hampir setiap hari update. Walupun tidak menulis postingan, setiap harinya aku pasti membuka blogku untuk sekedar menampilkan komentar yang dimoderasi. Laluu, ada seorang teman blogger yang menyarankanku untuk tidak mengaktifkan moderasi komentarnya. Katanya itu agak menyulitkan dan kurang memuaskan bagi yang komennya. Katanya alangkah lebih baik kalau komentarnya langsung tampil saja. Hmm... Aku rada pikir-pikir. Hingga akhirnya aku pun luluh. Aku menonaktifkan moderasi komentar. Aku pikir begini, ah sekarang blognya selalu update ini, kan gak akan ada komentar spam yang masuk kalau blognya selalu update (itu menurut sebuah artikel yang aku baca).

Sepertinya baru satu bulanan ini aku menonaktifkan moderasi komentar di blogku. Iya gak sih? Hehe.. Dan kalian tahuu? Akhir-akhir ini (sekitar semingguan ini), ada beberapa komentar spam yang masuk ke blogku lagiii... OMG! Bisa saja yaa para spammer itu mencuri-curi kesempatan komentar di blog kita. Padahal blogku setiap hari update. Kok bisa blogku kebobolan spammer lagi? Harusnya update seperti apa sih agar spammer tidak lagi menghampiri? Apa harus setiap saat update? Ckck.. Ternyata spammer itu bisa datang kapan saja. Seperti sampah. Walaupun bukan kita yang membuang sampah sembarangan, tapi tak jarang kita kena dampaknya.

Untuk memproteksi blogku dari para spammer tersayang, maka mulai detik ini aku akan mengaktifkan moderasi komentar lagi. Agar para spammer tidak bisa muncul seenaknya, agar para spammer bosan komen di blogku. Kan repot juga kalau harus menghapus komen-komen spam yang sudah muncul di postingan ya.. Lebih enak kalau masuk ke kotak moderasi, tinggal tandai, hapus deh.

Jika ada teman-teman yang keberatan, it’s ok! Kalian tidak komen di blogku lagi juga gak apa-apa kok :P Lebaynya, daripada spammer ikutan nongol, lebih baik tidak ada yang komentar sekalian deh. Bukan kenapa-napa, risih saja lihatnya. Aku juga tukang dagang kok, aku juga tukang promosi kok, tapi ya gak pakai cara nyepam juga kaleee!! Media jualan dan media promosi kan banyak. Kalau gak mampu pakai media yang berbayar, yang gratisan juga banyak kok. Halal, beretika, gak usah pakai nyepam di rumah orang yaa.. :) ^^

Ya sudah, segini saja curhatnya. Selamat berakhir Maret, teman-temaan.... ;)    

by. si Famysa, bye spammer!

Senin, 30 Maret 2015

Cinta Buta

Cinta buta, adakah?

Kata orang semua cinta itu buta. Kata orang, orang yang sedang saling jatuh cinta itu serasa dunia hanya milik berdua, yang lain hanya numpang. Kata orang, orang yang sedang jatuh cinta itu tak tahu benar, tak tahu salah, bahkan tai kucing pun rasanya seperti coklat.

Bagaimana dengan aku?

Aku bukan anak baik. Aku bukan gadis soleha. Aku bukan anak penurut. Aku tergolong ke dalam remaja pada umumnya, remaja bebas, remaja tak tahu aturan. Pacaran, pedekate sana-sini, tepe-tepe kiri-kanan, selingkuhin pacar, putus nyambung, gonta-ganti pacar. Yaa seperti itu lah. Pergaulanku ternyata sangat membentukku.

Aku mengenal cinta monyet sejak kelas 2 SD. Wow! Ternyata bukan anak jaman sekarang saja sih yang sudah mulai cinta-cintaan dari bangku merah-putih, aku anak jaman dulu pun sudah cinta-cintaan dari kelas 2 SD. Haha.. Tapi yaa mungkin beda kadarnya kali ya. Kalau dulu hanya sekedar salam-salaman, sekarang sudah mulai jalan barengan. Kalau dulu hanya sekedar surat-suratan, sekarang sudah mulai telponan atau smsan tiap malam.

Waktu terus berlalu, aku sudah jadi anak SMP. Selama SD sampai SMP kelas 8, aku tidak pernah benar-benar terikat oleh pacar atau kerennya disebut ‘jadian’. Walaupun nakal, aku tetap memegang prinsip tidak mau pacaran (lebih tepatnya tidak mau ada status kali ya :P). Aku ingin bebas, aku ingin berteman dengan laki-laki manapun tanpa status pacar. Saat teman-teman yang lain satu per satu sudah punya pacar ketika kelas 7 SMP, aku masih enggan dan tetap pada prinsipku.

Tiba di kelas 9 SMP, aku terperangkap oleh ‘jebakan’ permintaan teman-teman. Ceritanya aku sedang mengikuti perkemahan Pramuka tingkat kecamatan, ada salah seorang kakak panitia yang killer naksir padaku, dia selalu mendekatiku. Kata teman-teman, supaya kakak itu tidak killer pada regu kami, lebih baik aku terima saja dia jadi pacarku. Selebihnya, setelah perkemahan usai, terserah aku, mau putus atau lanjut kalau memang nyaman. Dan yaa, aku menyerah. Akhirnya dia menjadi pacar pertamaku. Hanya satu bulan kami pacaran. Aku menggantungkannya karena aku jatuh cinta pada laki-laki lain, haha..

Dari pacar 1 ke pacar lainnya, aku tidak pernah menganggap mereka serius. Aku tidak pernah mau diajak jalan, tidak pernah mau diapelin, tidak pernah mau diberi hadiah apapun. Aku akan menjadi sangat risih ketika mereka melanggar aturanku. Langsung saja kuputuskan mereka jika ada yang merajuk ingin malam mingguan atau apa lah. Idiiih aku sih ogah.. Aku masih belum mengerti kenapa teman-temanku tidak punya rasa risih sama sekali ya..

Ketika aku terbentur pada satu masalah –ketidakharmonisan kedua orang tuaku-, tepat ketika itu Ibank datang menawarkan diri jadi pacarku. Aku dan Ibank berteman baik sejak SMP, gosip bahwa kami pacaran juga sudah banyak beredar di antara teman-teman. Tapi sebenarnya kami baru benar-benar jadi pacar saat kami kelas XI SMA. Saat itu aku tidak lagi terpikir untuk memanfaatkan Ibank seperti aku memanfaatkan pacar-pacarku yang lain. Aku hanya merasa bahagia karena ada seorang teman berbagi disaat aku terjatuh. Dan benar saja, mungkin ini lah jalan-Nya. Pasca perceraian kedua orang tuaku, masalah demi masalah berikutnya datang. Aku merasa tidak lagi menjadi remaja bebas. Aku merasa menjadi remaja tertekan, remaja murung, remaja yang tidak beruntung.

Seiring berjalannya waktu, seiring masalah demi masalah yang pangkalnya adalah perceraian kedua orang tuaku, Ibank selalu ada buatku. Walaupun kami tidak satu sekolah SMA & satu kampus kuliah, tapi dia selalu ada waktu untuk mendengarkanku, untuk membantuku. Kukatakan aku benar-benar jatuh cinta padanya. Tanpa ada niat memanfaatkan, tanpa memandang kekayaan, tanpa memandang kepintaran, tanpa memandang apapun seperti dulu. Aku hanya memandangnya sebagai dia apa adanya, dia seutuhnya yang selalu menemaniku saat senang maupun susah.

Lantas, bagaimana jika orang tuaku tidak mengijinkan kami menikah? Tentunya karena alasan yang benar. Dengan berat hati, aku tidak akan melawan orang tuaku. Sungguh. Aku tidak akan memaksa harus menikah dengan Ibank. Aku masih punya pikiran waras, bahwa orang tuaku, keluargaku, sabahatku, itu jauh lebih penting, jauh lebih berharga daripada Ibank yang belum tentu dia jodohku. Aku belum gila walaupun aku cinta.

Pun jika ternyata Ibank tidak setia, Ibank meninggalkanku, Ibank menjauhkanku dari keluargaku, apalagi Ibank sampai menyakitiku, jelas aku akan meninggalkannya tanpa jejak! Aku masih waras. Aku masih punya hati nurani. Aku masih punya otak untuk berpikir yang baik dan benar. Untuk apa mempertahankan laki-laki yang sudah jelas tampak keburukannya, bukan?

Bagiku, apa yang kata orang disebut cinta buta adalah cinta yang tidak dilandasi iman secuil pun, cinta yang tidak menghadirkan hati dan otak dalam setiap perjalanannya, cinta yang hanya dilandasi nafsu, entah itu nafsu ingin memiliki, nafsu karena takut jomblo atau apapun sejenisnya. Cinta buta hanya akan berujung menyakiti masing-masing, bahkan menyakiti orang lain.

Lihat pasangan yang MBA! Mereka adalah contoh cinta buta. Akhirnya, siapa yang tersakiti? Banyak orang, kan. Mulai dari mereka sendiri, orang tua, bahkan semua orang yang mengasihi mereka. Lalu lihat pasangan yang rela bunuh diri mengatasnamakan cinta! Mereka sendiri yang paling sakit, sakit menanggung dosa yang tak lagi bisa diampuni. Lihat pasangan yang berbeda agama tapi memaksakan diri untuk bersama! Lihat pasangan yang sampai hati menelantarkan anak-anaknya demi cinta yang baru! Lihat pasangan yang sampai hati menyakiti pasangan resminya demi cinta yang baru! Lihat pasangan yang rela memberikan APAPUN, dari mulai harta sampai jiwa dan raga, tanpa memikirkan keluarganya! *banyak ngelus dada, Yaa Alloh… Alhamdulillah aku dijauhkan dari cinta yang seperti itu.

Sekali lagi kukatakan, secinta-cintanya aku pada Ibank yang kini sudah menjadi suamiku, aku tidak akan buta dalam mencintainya.  

Semoga aku, keluargaku, sahabat-sahabatku, serta teman-teman pembaca semua terhindar dari yang namanya cinta buta… Semoga –jika ada- keluarga kita, orang terdekat kita yang sedang terjerat cinta buta segera dibebaskan dari jeratannya… Semoga tidak ada lagi orang yang kita sayangi menjadi korban, menjadi orang yang tersakiti akibat cinta buta… Semoga juga tulisan ini sedikit bisa memberikan manfaat… Aamiin…

by. si Famysa, a lover :)

Sabtu, 28 Maret 2015

Dieng Plateau; Surga di Atas Awan

Surga di atas awan; istilah ini identik dengan keindahan di puncak gunung, identik dengan kegiatan mendaki gunung, ketika sudah bercapek-capek ria mendaki, ketika sudah berada di puncaknya, di sana lah surganya. Tapi kini tidak lagi! Surga di atas awan bukan hanya milik para pendaki, yang benar-benar mendaki dengan berjalan kaki. Surga di atas awan kini bisa kita datangi, tanpa harus mendaki dengan kaki. Surga di atas awan itu bisa dikunjungi oleh ibu hamil, bahkan manula sekalipun. Dimanakah surga di atas awan itu?

DIENG PLATEAU (dataran tinggi Dieng); ini lah surga di atas awan itu! Surga yang bukan hanya milik para pendaki.

Tiga hari lagi setelah hari ini, tepat satu tahun yang lalu, aku dan teman-teman melakukan perjalanan ke Dieng Plateau. Hari itu kami berangkat kesiangan, pukul 10.30 WIB, dari rumah kontrakanku di Semarang. Sebenarnya agak berat untuk berangkat, makanya kami jadi kesiangan karena. Tapi karena sudah direncanakan jauh-jauh hari, apalagi teman-teman dari Subang sengaja jauh-jauh ke Semarang, jadi lah kami berangkat. Dengan berbekal cemilan dan sebagian dari kami masih car-leg Subang-Semarang, demi menikmati hidup, Dieng Plateau telah menjadi tujuan!

Jalur berangkat yang kami pilih adalah via Kabupaten Kendal. Lengkapnya Semarang-Kendal-Temanggung-Wonosobo/Banjarnegara-Dieng. Alasan kami memilih jalur ini adalah karena salah seorang dari kami ada yang pernah ke Dieng melalui jalur ini. Kami pikir setidaknya dia bisa jadi penunjuk jalan.

Dari Semarang, ada dua jalur menuju Kendal, yaitu via tol yang keluar di Ngaliyan atau via Kecamatan Gunung Pati. Kami memilih via tol untuk menghindari jalan jelek dan sepi di daerah Gunung Pati. Setelah keluar tol, kami melaju ke arah Selatan. Semakin mendekati perbatasan Kabupaten Kendal, ternyata jalannya semakin jelek dan berlubang. Tiba waktu duhur, kami masih ada di daerah Kecamatan Patean-Kendal. Kami sholat dan makan siang dulu di sana.

Memasuki perbatasan Kabupaten Temanggung, teman kami yang kami anggap penunjuk jalan lupa harus belok dimana. Kami jadi harus meminta bantuan pada GPS. Beruntung GPS masih bisa menyala di tengah kawasan yang sepertinya blacklist, hehe.. Kami pun terus mengikuti petunjuk dari GPS yang bisa bicara itu. Dia bilang belok kiri, kanan, kami menurut saja. Masuk jalan yang super kecil, naik-turun pun, kami hanya bisa menurut padanya.

Akhirnya…. Ketika guide GPS menyuruh kami belok kanan, kami bahagia bukan kepalang karena kami bertemu dengan jalan raya, jalan utama menuju Dieng Plateau. Kami sudah tinggal mengikuti jalan utama saja, GPS pun kami matikan.

Sepanjang perjalanan, semakin mendekati kawasan Dieng Plateau, alam menyajikan begitu banyak keindahannya. Posisi kami semakin tinggi. Jalanan menuju Dieng Plateau naik dan terus naik, berbelak-belok. Bagi teman-teman yang punya penyakit mabuk perjalanan, sepertinya harus sedia selusin kantong kresek *peace :P. Tapi sungguh, bagi teman-teman yang dapat menikmati keindahan alamnya, segala penat di hati dan pikiran akan hilang! Teman-teman tahu? Di sana, di perjalanan menuju Dieng Plateau, semakin kita berada di atas, ketika kita melihat ke bawah, kita akan merasa seperti berada di atas awan. Di bawah kita terhampar kabut-kabut putih yang menyejukkan. Di samping kanan dan kiri kita terhampar luas hijaunya alam. Ah, ini benar-benar perjalanan menikmati hidup.
Setibanya kami di gapura Kawasan Dieng Plateau, kami sudah tidak sabar ingin menikmati indahnya wisata Dieng. Namun, ada yang membuat kami harus bersabar dahulu. Kami terjebak macet selama 2 jam. Well, beruntungnya karena macet tersebut, kami jadi bisa keluar dari mobil untuk menghirup udara Dieng. Kami juga bisa berjalan-jalan di sekitarnya, bisa foto-foto juga. Anggap saja itu sebagai sambutan selamat datang dari Dieng, hihi..

Kurang lebih pukul 16.00 WIB, akhirnya kami sampai di area wisata Dieng. Hari sudah sangat sore, tidak mungkin kami langsung kembali ke Semarang. Kondisi teman kami sang supir juga capek. Akhirnya, yang tadinya kami tidak berencana bermalam di Dieng terpaksa harus bermalam di sana. Yaa, suatu keterpaksaan yang menyenangkan. Kami jadi bisa lebih lama menikmati hidup. Kapan lagi coba bisa ke Dieng bersama teman-teman dekat, hehe.. Walaupun tidak membawa banyak uang dan baju ganti :P

Dengan informasi yang kami peroleh dari penjaga loket tiket, kami mendapatkan home stay seharga Rp 400.000/malam. Harganya mentok, tidak bisa ditawar lagi. Kami lebih memilih home stay daripada kamar penginapan yang harga per malamnya Rp 150.000, kamarnya kecil. Sedangkan untuk tiket terusan wisata Dieng (Candi Arjuna+Kawah Sikidang) adalah seharga Rp 25.000. Penjaga loket bilang, tiket terusan itu juga bisa berlaku untuk Telaga Warna, kita hanya tinggal membayar Rp 3.000 saja, dari harga normal weekday Rp 7.500.

Dieng Plateau merupakan kawasan dataran tinggi yang masuk ke dalam dua kabupaten, yaitu Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Letaknya berada di sebelah Barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, sehingga kedua gunung itu dapat terlihat di sepanjang perjalanan Dieng sampai Temanggung. Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan sebagai gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Tidak salah jika banyak wisata pendakian gunung di sekitar Dieng, karena Dieng adalah gunung api raksasa dengan beberapa puncak gunung.

Tempat pertama yang kami kunjungi sore itu adalah Telaga Warna. Konon katanya telaga ini warnanya bisa berubah-ubah, makanya dinamai Telaga Warna. Namun yang paling umum kita dapati ya warna hijau. Seperti waktu kami ke sana, warnanya hanya hijau, tidak ada warna lain. Dan pemandangannya subhanalloh luar biasa… Mata kami sungguh dimanjakan.

Selain Telaga Warna, ada banyak telaga lainnya di sekitarnya. Ada sih penunjuk jalannya, namun ketika kami susuri jalan itu, kami terbentur oleh jalanan yang becek. Sepertinya telaga lain di sekitar Telaga Warna belum mendapat perawatan yang baik, tidak seperti Telaga Warna. Jika kalian nekat mendekati telaga lainnya, silakan saja. Berani kotor kan baik ya, hehe..

Selepas menikmati keindahan Telaga Warna, kami langsung pulang ke home stay. Tidak ada acara nongkrong atau ngerumpi malam, apalagi begadang. Kami sudah terlalu capek. Kami semua langsung tidur setelah sholat isya. Bahkan kami yang rencananya ingin ikut pemandu wisata menyaksikan sunrise dari desa tertinggi Dieng, mendadak melupakan rencana itu. Hahaha… Habisnya berangkatnya jam 3 pagi. Jelas kami masih mengantuk. Kami hanya berjalan-jalan di sekitar home stay selepas sholat subuh, hingga akhirnya kaki kami sampai di Kawah Sikidang. Lumayan, olahraga pagi di tempat dingin tidak terasa capek, hihi..

Di perjalanan menuju Kawah Sikidang, kami menemukan Candi Bima. Kami foto-foto sebentar di sana, lalu melanjutkan langkah kami. Mendekati area Kawah Sikidang, kami melihat ada pipa panjang sekali. Di pipa itu terbaca uap panas. Dan memang ada uap yang mengepul keluar dari pipa yang sepertinya sedikit bocor. Kami melewati pipa itu, dan tak lama, di depan kami adalah Kawah Sikidang. Dari jauh, kami sudah bisa mencium bau belerang. Seperti belerang pada umumnya, bau kentut. Hahaa… Siapa hayoo yang kentut pagi-pagii?? :D
Puas berjalan-jalan di sekitar Kawah Sikidang, sempat kami naik mini bukit di sana juga, kami bergegas pulang ke home stay agar bisa segera mengunjungi tempat berikutnya: Candi Arjuna. Di perjalanan pulang dari Kawah Sikidang menuju home stay, kami bisa melihat pohon papaya carica khas Dieng. Pohonnya mini, buahnya lucu. Hihiii… Seperti miniatur pohon papaya normal.

Sesampainya di home stay, kami disuguhi sarapan teh hangat dan gorengan oleh pemilik home stay. Hmm… Enaknya… Hangat-hangat di tengah dinginnya Dieng, benar-benar menikmati hidup :). Kami juga jajan sosis bakar dan es warna-warni dari pedagang yang lewat di sekitar home stay. Jajanan anak kecil. Hihi… Dan rasanya makan es di tengah dinginnya Dieng ituuu, brrrr makin dingin!

Sayangnya, kami tidak bisa berlama-lama di home stay. Kami harus bersegera siap-siap pulang ke Semarang. Masih ada destinasi wisata lain di Semarang yang ingin kami kunjungi, dan juga kami mengantisipasi jika terjebak macet lagi. Lebih baik pulang lebih awal daripada sampai Semarang kemalaman. Kasihan teman kami sang supir satu-satunya, yang tidak ada gantinya.

Sebelum benar-benar meninggalkan Dieng, kami mengunjungi Candi Arjuna dulu. Walaupun hanya sebentar, walaupun rasanya tidak puas, tapi kami anggap perjalanan ini cukup memanjakan kami. Kami bisa menikmati hidup, menikmati masa muda, menikmati indahnya alam Indonesia.

Lalu bagaimana jika aku mendapatkan tiket wisata ke Bali gratis? Apalagi bisa berdua dengan suamiku.. Waah… Sepertinya catatan perjalanannya akan lebih mengasyikan daripada ini. Semoga Tiket.com dan nulisbuku.com berbaik hati memberikan tiketnya padaku, hihi… Aamiin… ^^
Jurnal ini ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Jurnal Perjalanan dari Tiket.com dan nulisbuku.com #MenikmatiHidup #TiketBaliGratis 

Kamis, 26 Maret 2015

Blog Sakola Printing

Silakan dikunjungi!! :) :) :)


Sakola Printing merupakan sebuah usaha yang dikelola oleh profesional muda yang penuh dengan semangat dan memiliki kreativitas dalam dunia percetakan.
Sakola Printing”?!? Dalam bahasa sunda kata "Sakola" mempunyai arti Sekolah, maknanya adalah sekolah itu tempat belajar, tempatnya anak-anak dan remaja pelajar yang mempunyai semangat untuk terus belajar, dan semangat untuk terus berkreativitas, di sekolah juga kita bisa bertemu dengan teman-teman sebaya, bisa berorganisasi, tempatnya menuntut ilmu, dan lain-lain. Maksud dari itu semua adalah bahwa kami Sakola Printing mempunyai semangat dan kreativitas yang tinggi sebagaimana layaknya anak-anak sekolah. hehehe.. :D

Dengan nama Sakola sendiri kami ingin memberi kesan bahwa kami adalah pemuda kreatif asli Sunda, dan dipadukan dengan kata Printing (bahasa inggris) yang dalam bahasa Indonesia artinya percetakan. Jadi, Sakola Printing adalah sebuah wadah bagi siapa saja untuk dapat menumpahkan segala kreativitasnya dalam dunia seni desain grafis, dunia fotografi, dunia percetakan, dan kami selaku pengelola ingin menjadi fasilitator untuk itu semua.

Apa saja yang bisa dilakukan Sakola Printing???

Sesuai yang sudah kami informasikan, Sakola Printing menekuni dunia percetakan yang penuh akan kreativitas.
Ini yang bisa dilakukan Sakola Printing :
1.    Desain Logo/brand/dll
2.    Jasa Fotografi
3.    Editing Foto
4.    Pin dan Gantungan Kunci
5.    Press Mug
6.    Stiker
7.    Kartu Nama/Kartu Ucapan/Brosur
8.    Kalender
9.    Buku Tahunan Sekolah

Dalam hal ini, Sakola Printing juga selalu ingin mengedepankan kualitas dan pelayanan yang terbaik.

Office:
Sakurip Desa Tanjung RT 07/03
Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang
Jawa Barat 41257
(Depan SMKN 1 Cipunagara)

Email:
sakolaprinting@gmail.com

Contact:
089655141507
pin 76476992

Facebook:

NB: Blog sakolaprinting.blogspot.com ini Ibank yang buat. Ibank juga yang mengisinya. Dia terpaksa jadi belajar nulis, terpaksa belajar ngeblog. Haha.. Tulisan yang aku copas dari blog Sakola ini juga semuanya Ibank yang nulis, tanpa campur tanganku sama sekali. Mmm hanya saja memang di postingan ini aku sedikit menyunting kata-katanya, sedikiiiit :P
Kenapa kami buat blog? Karena kami pikir untuk membuat website harus benar-benar dikelola dengan baik. Kan sayang ya kalau website berbayar dikelola seadanya. Makanya kami buat blog dulu saja. Sekalian Ibanknya belajar dulu katanya. Insya Alloh kalau sudah punya SDM yang mumpuni untuk mengelola website, baru kami akan membuatnya. Sedikit demi sedikit lah yaa... Lama-lama juga akan jadi bukit kan. Hihii

by. si Famysa, :)

Lupa Hari

Aduuuh, kemarin kacau banget deh rasanya. Saking kacaunya, aku sampai lupa kalau kemarin hari Rabu. Entah kenapa di alam bawah sadarku, kemarin itu hari Kamis, dan besok (hari ini) adalah Jumat. Tapi kok pas mau tidur, pas sudah selesai nulis blog, aku tiba-tiba ingat kemarin itu hari Rabu. Haha...

Jadi deh Rabu kemarin gak nulis postingan #ReboNyunda. Hhh... Dasar lupa... -_-

Sudah mah akunya lupa hari, eh pas aku tanya Ibank gini, "Ke Bandungnya hari Jumat? Besok dong?", dan Ibank jawabnya, "Iya, besok." Yaa aku jadi gak curiga kalau aku sedang lupa hari. Kenapa Ibank gak jawab lusa? Atau jangan-jangan dianya juga lupa hari sama kayak aku. Haha... 

Biasanya penyakit lupa hari ini diderita oleh orang yang kerjanya di rumah ya, atau oleh orang yang kebanyakan liburan. Kalau pegawai kantoran, anak sekolah, mahasiswa sih kayaknya gak bakalan lupa hari. Eh kecuali mahasiswa yang libur semesterannya lamaa, kadang suka lupa hari juga tuh *aku itu sih :P. 

Semogaa kemarin adalah terakhir kalinya aku lupa hari.. 

Gawat juga ternyata kalau lupa hari. Lupa hari Rabu, jadi gak nulis postingan #ReboNyunda. Jangan-jangan kalau lupa hari Jumat, aku jadi lupa juga setrikain baju kokonya Ibank buat Jumatan :P

Yaa sudah lah... Mari kita akhiri.. :D

by. si Famysa, kapok lupa hari 

Rabu, 25 Maret 2015

Syifa's Graduation

ki-ka: adikku; Maulana, Mamang Aca, Ghina, Bibi Wiwin, aku, Emih, Sri, Mamang Amin. jangan tanya orang tuaku yang mana. karena mereka gak ada di acara ini :)
Tanggal 4 Agustus 2014 lalu, aku resmi diwisuda sebagai Sarjana Administrasi Publik Universitas Diponegoro. Cieee.... swit, swiiittt :P Bangga? Ya jelas bangga dong. Gak ada salahnya kan bangga pada prestasi diri sendiri. Walaupun hanya sebatas jadi sarjana, tapi tetap ini patut disyukuri :)
best make up & hijab style from Mbak Muti
Rasanya baru kemarin tes UM I Undip di Tennis Indoor Senayan, berangkat dini hari, nyampe sana pas subuh, ngantuk-ngantuk, tetap harus fokus pada soal yang seabreg. Setelah dinyatakan diterima (sebelum kelulusan SMA), aku masih ingat bagaimana bahagianya. Saat teman-teman lain masih mencoba daftar ke sana-sini, aku malah sudah diterima oleh PTN favoritku, PTN incaranku, bahkan sebelum lulus. Rasanya sudah plong deh :)
aku urutan ke-6 IPK-nya, sejurusan yang lulus hari itu.
Rasanya baru kemarin pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Semarang. Diantar Bapa dan adikku untuk verifikasi calon mahasiswa baru, naik kereta Harina eksekutif, kata Bapa sekalian cobain rasanya kereta eksekutif, hihi.. Tempat pertama di Undip yang kukenal waktu verifikasi adalah Gedung Prof. Soedarto. Karena waktu antriannya panjang dan cukup menguras tenaga, akhirnya beres verifikasi, kami langsung pulang naik bus seadanya. Dan benar-benar seadanya, bus ekonomi, sampai Bapa pun kesal karena ngetemnya, haha.. 
teman-teman Administrasi Publik Undip angkatan 2010
Awal-awal kuliah, aku agak kesulitan mencerna mata kuliahnya. Aku harus belajar esktra, lebih rajin dari biasanya. Waktu SMA aku jurusan IPA, dan di Administrasi Publik aku benar-benar banting setir, total semuanya pelajaran IPS :P OMG, pusing deh awal-awal mah. Apalagi sama mata kuliah Pengantar Ilmu Politik dan Pengantar Ilmu Ekonomi. Dapat nilai B juga sudah syukur :P Tapi lama-lama, setelah menginjak tahun kedua di dunia sosial, aku sudah mulai bisa berdamai dan menikmati arusnya :)
Tian, Isna, aku; 3 dari 7 teman main yang wisuda barengan.
Selama kuliah dan tinggal di Semarang, banyak sekali pelajaran hidup yang kudapatkan. Mulai dari mencicipi dunia MLM, jualan buku, jualan batik, tas handmade, jualan tali rambut rajut, belajar bahasa Jawa, hingga menemukan komunitas-komunitas menulis yang membantuku mengasah kemampuan menulisku. Tak hanya itu, selama kuliah, aku juga banyak mengikuti acara kampus dan luar kampus, seminar, talkshow, mulai dari yang berbayar hingga yang gratisan. Terutama yang paling sering sih yang gratisan ya, apalagi kalau gratisan terus dikasih duit. Wkwk :P
with my personal photographer, waktu belum jadi suami :P
Jogja. Tempat ini menjadi rumah singgahku yang kedua setelah Semarang. Awalnya memang karena Ibank aku ke Jogja. Lama-lama, aku justru bertemu banyak teman di sana. Di Jogja juga ada Rini, sahabat Jamnasku -tahun 2006 lalu-, kami dipertemukan lagi di Jogja :') Aku banyak menemukan hal baru dengan Rini. Aku menemukan partner bisnis batikku juga dengan Rini. Semenjak menemukan 'hidup' di Jogja, aku jadi sering ke sana, paling telat 3 bulan pasti aku ke sana. Karena aku butuh Jogja juga, aku jadi memilih Jogja sebagai tempat magangku. Alhamdulillahnya instansi yang kuincar menerima lamaran magangku, hihi.. Selain magang, selama skripsian juga aku tinggal di Turi, Sleman, Jogja, di rumahnya Mbak Dian. Penelitiannya di Magelang sih, tapi tinggalnya di Turi karena Turi lumayan dekat dengan Magelang, 30 menit - 1 jam motoran juga sampai.
with Rini, my partner in crime :D
Sedihnya, waktu wisudaku, Mamah tidak bisa datang. Bapa datang di wisuda univeritas. Kalau yang di foto-foto ini wisuda fakultas. Aku sengaja memilih Emih, Bibi, dan Mamang saja yang datang ke wisuda fakultas, karena menurut informasi dari kakak kelas, wisuda fakultas lebih sakral, lebih untuk keluarga. Ya, daripada Bapa yang datang, lebih baik Emih. Jadi waktu itu dibagi 2 kloter. Kloter pertama (wisuda fakultas) Emih dan rombongan, kloter kedua (wisuda universitas) Bapa dan rombongan. Kenapa aku lebih memilih Emih yang menghadiri momen sakral ini? Yaa daripada aku sedih ingat Bapa dan Mamah tidak lagi bersama, hehe.. Lagian aku kan pernah janji pada diriku sendiri, mau membanggakan Emih di hari wisudaku, seperti yang pernah kutulis di sini --> Emih; More Than Just A Grandma.
best photo ever by Ibank! sayang itu tali toganya gundul, out of check -_-
Yeah, finally aku bisa nulis cerita ini setelah diendapkan sekian lama dalam draft di hati, hehe.. Ceritanya lagi kangen banget sama dunia kuliah. Ceritanya gak sabar ingin lanjut kuliah lagi, ingin merantau lagi, ingin merasakan aroma kota lain lagi, ah pokoknya ingin berpetualang dan menimba ilmu lebih banyak lagi. Bismillah semoga Alloh membukakan jalan-Nya. Aamiin... :)

Eh, jadi inget deh, bulan Maret tahun lalu aku masih sibuk garap skripsi, masih sering tinggal di rumah Mbak Dian. Sekarang, Maret tahun ini, aku sudah bukan mahasiswa Undip lagi ternyata yaa.. Di belakang namaku sudah ada gelarnya, Syifa Azmy Khoirunnisa, S.A.P. Ahaha :D

Waktu begitu cepat berlalu... Betapa banyak lengahnya aku... :') 

by. si Famysa, kangen kuliah :')

Selasa, 24 Maret 2015

Mimpi-mimpiku

Dalam tugas UAS mata kuliah Kewirausahaan ini, saya hanya akan bercerita. Saya tidak anak menomorinya, karena saya hanya ingin bercerita. Semua jawaban dari keempat pertanyaan akan saya selipkan dalam cerita saya ini.

--0--

Saya percaya pada kekuatan Dream Book. Kurang lebih 3 tahun lalu ketika pertama kalinya motor Honda Scoopy diluncurkan, saya bermimpi bahwa suatu hari nanti saya akan dapat memilikinya atau setidaknya bisa mengendarainya dalam waktu lama. Kemudian saya mengunggah foto motor Scoopy ke dalam daftar mimpi saya di facebook. Kurang lebih dua tahun lalu ketika saya pulang kampung, Bapak saya bilang bahwa beliau membeli motor baru, motor Scoopy, warnanya pink. Bapak menawarkan agar saya saja yang memakai motor Scoopy ketika saya sedang di rumah. Saya gemetar ketika pertama kali mengendarainya. Saya berpikir bahwa ini lah cara Allah mewujudkan mimpi-mimpi saya, bisa melalui perantara orang tua, maupun melalui usaha sendiri atau pun orang lain.
Saya juga mengunggah foto benang rajut, kegiatan menulis buku, baju couple, dan butik batik ke dalam daftar mimpi saya di facebook. Sebenarnya masih banyak foto-foto lain yang saya unggah. Namun di sini saya hanya menyebutkan beberapa foto karena beberapa foto tersebut lah yang sekarang sedang saya usahakan untuk diwujudkan.
Waktu kelas 3 SMA, saya pernah jualan tali rambut rajutan karena saya hobi merajut. Saya unggah foto benang rajut agar menjadi motivasi saya untuk bisa melanjutkannya di sini, di bangku kuliah. Alhamdulillah sedikit demi sedikit, saya sudah mulai merajut lagi dan menawarkan hasil rajutan saya pada teman-teman kuliah. Antusiasme teman-teman cukup memotivasi saya untuk terus merajut dan berusaha. Penghasilannya pun lumayan untuk uang jajan.
Dari SMP, saya bercita-cita menjadi seorang penulis. Bakat menulis ini telah saya sadari sejak kelas 5 SD. Awalnya karena saya hobi membaca majalah dan novel, kemudian saya jadi terampil menulis dengan sendirinya. Dari SD sampai SMA pun, nilai yang paling besar adalah nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia. Padahal saya tidak perlu belajar lagi untuk pelajaran itu. Mengenai majas, puisi, pantun, karya sastra, dll, saya pun dapat dengan mudah memahaminya tanpa perlu mengulangi pelajarannya lagi. Sampai sekarang di bangku kuliah pun, saya merasa sangat beruntung karena saya pandai menulis. Saya mudah mengerti ketika ada tugas makalah, jurnal, penelitian, bahkan hingga seminar konsentrasi saya kemarin pun dipuji dosen penguji. Memang saya melihat, latar belakang seminar konsentrasi saya sangat berbeda dengan teman-teman lainnya. Dan ternyata memang hasil tulisan saya dipuji oleh dosen penguji. Dosen bilang latar belakangnya bagus, sudah sesuai dengan yang seharunya, merunut dari global hingga spesifik.
Saya pun mengunggah foto kegiatan menulis ke dalam daftar mimpi saya. Tanpa sadar, ternyata daftar mimpi saya telah membimbing saya untuk terus produktif menulis, walaupun sekarang masih dalam skala blog. Dari aktivitas blogging, sudah cukup banyak kejuaraan yang saya raih. Baik itu menghasilkan hadiah uang, voucher belanja, kenang-kenangan, tiket Jakarta Fashion Week, maupun buku. Setidaknya saya bisa mendapat nilai lebih dari blogging. Blog saya juga cukup ramai pengunjungnya. Sampai hari ini, kurang lebih sudah ada 30.000 orang yang membaca blog saya. Pengikutnya ada 202 orang. Angka yang tidak sedikit untuk bloger personal. Blog saya: www.bermimpimeraihsukses.blogspot.com. Silahkan dikunjungi! Selain sebagai blogger personal, saya juga merupakan anggota dari Forum Lingkar Pena, sebuah komunitas penulis besar di Inodnesia.
Saya juga memimpikan mempunyai butik batik, kaos couple, dan kerajinan tangan khas Yogyakarta. Sekarang, saya baru mempunyai online shop di FB Syifa Azmy Khoirunnisa (Famysa Collections). Barang yang saya jual di online shop saya adalah kaos merk Caping  (sekarang Jogja United) dan Gepeng Jogja, batik mengambil dari rumah produksinya di Jogja, kerajinan tangan khas Jogja mengambil dari lapak dan pengrajin langsung. Untuk batik, saya juga sudah mulai membuat desain-desain sendiri. Saya juga berperan sebagai model di online shop saya sendiri, karena pelanggan cenderung lebih menyukai barang yang dipakai (ada fotonya) oleh saya. Selain online shop ini, saya juga sudah display kerajinan tangan khas Jogja di toko saudara sepupu saya di Indramayu. Saya berperan sebagai supplier.
Saya bisa melakukan langkah-langkah dalam rangka pencapaian mimpi saya tersebut dengan kelebihan-kelebihan yang saya miliki. Pertama, saya ambisius sehingga saya akan memiliki tekad yang kuat untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan. Kedua, saya pekerja keras sehingga saya tidak suka terlalu banyak bersantai apalagi untuk melakukan hal-hal tidak penting yang hanya menyia-nyaiakan waktu saya. Ketiga, saya serius sehingga saya bisa fokus pada mimpi-mimpi saya. Keempat, saya mandiri sehingga saya bisa bertahan hidup walau tanpa kiriman uang dari orang tua, namun hingga saat ini saya baru bisa bertahan lima bulan tanpa kiriman, lebih dari itu belum pernah. Kelima, saya hemat sehingga saya bisa mempergunakan uang saya untuk modal usaha.
Sejatinya manusia biasa seperti saya, selain memiliki kelebihan pasti juga memiliki kekurangan. Satu hal yang masih menjadi kekurangan mendasar dalam diri saya adalah terkadang susah sekali memanage waktu. Saya masih sering keteteran dan tidak disiplin. Contohnya dalam hal memanage waktu kuliah, upload barang baru, menulis, dan mengurusi barang yang akan dikirim ke toko di Indramayu. Kadang jika ada waktu libur, saya sering menghabiskannya dengan tidur dan istirahat penuh karena saya merasa lelah pada aktivitas hari-hari sebelumnya. Kekurangan saya yang lain adalah egoisme dan individualis. Namun dari kekurangan saya sebagai seorang yang egois dan individualis, saya bisa menjadikannya sebagai kelebihan saya. Bahwa seorang yang egois dan individualis tidak akan terlalu terseret oleh arus buruk. Saya jadikan egois dan individualis saya sebagai suatu hal yang positif yang justru dapat membangun saya menjadi yang terbaik.
Target saya satu tahun ke depan adalah terus mengembangkan usaha yang telah saya miliki. Saya akan mempunyai butik pribadi, baik itu di rumah sendiri atau membeli / sewa ruko. Saya juga akan terus berusaha untuk bisa menjadi desainer pakaian batik yang memiliki brand / merk sendiri.
Benda yang harus saya miliki tahun 2013 adalah handphone Sony Ericsson Xperia android seharga kurang lebih 3 juta rupiah, kamera SLR Sony seharga kurang lebih 5 juta rupiah, dan handycam Sony seharga kurang lebih 5 juta rupiah. Saya memilih benda-benda tersebut karena saya butuh dan saya ingin. Saya membutuhkan hape yang canggih untuk kelangsungan bisnis online saya, juga untuk keperluan kuliah. Saya membutuhkan kamera XLR karena saya adalah seorang model untuk online shop saya sendiri. Tentu saja saya membutuhkan kamera yang kualitasnya lebih canggih daripada kamera digital biasa. Selain itu karena saya juga hobi fotografi. Saya membutuhkan handycam karena saya ingin, karena saya hobi merekam detik-detik kehidupan. Saya memilih merk Sony untuk semua barang tersebut karena saya sudah terlanjur suka pada merk Sony.
Pada tahun 2013 juga, saya harus bisa menerbitkan tulisan saya yang berjudul “Miaw Dungdung” dan kumpulan cerita pendek saya dan ibu saya. Kemudian pada tahun 2014, saya harus bisa menerbitkan novel saya yang berjudul “Asihan Bapa” dan tulisan nonfiksi “Hadiah Untuk Adik”. Seterusnya, saya akan menjadi penulis produktif dengan minimal menerbitkan 2 karya dalam bentuk buku dalam satu tahun. Selain terus aktif blogging.
Tahun 2015 setelah saya lulus kuliah S1, saya akan menikah dengan teman hati saya, Muhammad Iqbal Hendrawan. Bahkan untuk hal yang satu ini, lebih cepat saya rasa lebih baik. Untuk apa menunda kebaikan, bukan? Hanya orang yang bermental pekerja yang takut menikah karena alasan belum bekerja dan belum punya modal nikah.
Setelah menikah, saya ingin pergi bulan madu ke daerah pegunungan, Subang pun masuk ke dalam pilihan bulan madu saya. Saya ingin makan malam dengan suami di atas perahu di tengah danau, di sekitar perahu dihiasi oleh cahaya lilin.
Tahun 2017, saya merencanakan untuk sudah memiliki anak. Jika perempuan, namanya Nur Anbiya Venusyiq Firdhani. Jika laki-laki, namanya Nur Shidqi Marsyiq Firdaus. Syiq di belakang nama Venus dan Mars adalah singkatan dari Syifa dan Iqbal.
Saya tidak ingin membangun rumah di tempat lain, karena saya pikir rumah orang tua pun sudah cukup. Bukan berarti saya tidak ingin lepas dari orang tua, tetapi saya lebih memandangnya dari segi Manajemen Lingkungan. Saya sebagai lulusan administrasi publik tidak ingin menghabisakan lahan Indonesia hanya untuk tempat tinggal pribadi. Toh manusia pun tidak akan selamanya hidup kan? Begitu pun dengan saya maupun orang tua saya. Saya hanya akan merenovasi rumahnya menjadi pinky-purple-green or rainbow house. Saya juga ingin tetap tinggal di rumah di Cipunagara Subang karena saya ingin mendirikan taman baca / sanggar belajar dilengkapi dengan perpustakaan untuk anak-anak / siswa-siswa di sekitar kampung saya. Saya prihatin dengan keadaan pendidikan mereka. Makanya saya ingin tetap di sana untuk memotivasi dan memfasilitasi mereka untuk maju dan bersaing dengan pendidikan.
Tahun 2019, saya harus sudah bisa memiliki mobil Nissan Macra C+C Pink Barbie atau Honda Jazz warna pink. Karena saya hobi travelling, saya ingin mobil ini menemani saya keliling Indonesia, bahkan dunia.
Tahun 2020, ketika anak pertama saya sudah berumur 3 tahun dan saya sudah memiliki cukup modal rohani dan ragawi, saya akan pergi haji bersama suami. Jika orang tua saya belum pergi haji sampai saat saya akan pergi haji, saya juga akan mengajak serta mereka dengan tentunya membiayai segala sesuatunya.
Tahun 2021, saya ingin mendirikan sebuah Cafe Jagung dengan menu andalan jagung bakar sambal setan. Pertama-tama berlokasi di Jogja, kemudian di Semarang dan Subang, hingga terus menjamah seluruh wilayah di Pulan Jawa dan Indonesia. Untuk jagung bakar ini sendiri, saya sedang mengusahakannya dari sekarang dengan cara menjadi pedagang kaki lima (PKL) bersama Iqbal dan temannya di Jogja.
Tahun 2022, saya ingin mendirikan asrama Subang / Jawa Barat di Semarang. Karena hingga saat ini himpunan mahasiswa dan pelajar dari Kabupaten Subang belum terbentuk dengan baik, maka perlu kiranya ada sebuah asrama yang dapat mempersatukan mereka. Tujuannya agar mereka bisa lebih kreatif merumuskan hal-hal positif untuk Kabupaten Subang khususnya, dan untuk Indonesia umumnya.
Mengenai semua mimpi-mimpi saya yang besar ini, terutama mimpi untuk menjadi penulis dan pengusaha, pernah suatu waktu sahabat saya bertanya seperti ini, “memangnya kamu yakin tidak akan bekerja pada orang lain, Syif?”, dengan nada sinis dan seolah meragukan kemampuan saya. Kemudian saya jawab, “mungkin akan. Tapi itu hanya sekedar untuk bentuk pengabdian saya kepada negeri ini, sebagai bentuk berbagi / mempraktekkan ilmu yang telah saya dapatkan selama ini. Bukan untuk bekerja dalam artian mencari uang.”
Kondisi saya saat ini mungkin sama dengan sahabat saya yang bertanya di atas. Kami sama-sama perlu mencari uang tambahan untuk biaya hidup di perantauan karena kiriman dari orang tua sangat terbatas. Namun bedanya, saat ini saya keukeuh dan fokus dengan usaha saya sendiri walaupun tidak ada jaminan nominal uang tiap bulannya. Sedangkan sahabat saya sekarang bekerja part time sebagai pelayan restoran. Saya memilih untuk tidak mencari uang dengan bekerja part time karena saya pikir dengan bekerja tidak sesuai dengan mimpi saya, maka saya hanya akan membuyarkan mimpi-mimpi saya secara perlahan. Saya memilih untuk tetap fokus mengurus online shop, menulis, dan menjadi supplier. Sambil sekali-kali membuat desain baju batik sendiri. Saya memilih jalan ini karena saya yakin bahwa Allah sangat menghargai proses dan kerja keras dari kesungguhan saya akan mimpi-mimpi saya.
Alasan lain mengapa saya tidak memilih untuk bekerja pada orang lain adalah karena background keluarga saya. Sejak SD hingga SMA, orang tua saya tidak pernah sekali pun datang ke acara pembagian raport untuk mengambilkan raport saya. Selalu saja tetangga, om, bibi, bahkan bapak kos (ketika SMA) yang mengambilkannya. Kedua orang tua saya selalu beralasan sibuk bekerja. Mungkin mereka harus profesional dengan tidak boleh meninggalkan pekerjaan barang sebentar demi anaknya. Padahal saya selalu rangking 1 atau masuk 10 besar (SMA). Namun ternyata prestasi itu pun tidak bisa menarik perhatian orang tua saya. Oleh karena itu, saya tidak ingin kelak anak-anak saya merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan karena ibunya adalah seorang pegawai (karyawan). Saya akan jadi manusia independen, saya akan jadi seorang pengusaha yang bisa memberi penghidupan bagi orang lain.
Saya 10 tahun yang akan datang adalah saya yang lebih mahir menulis dan lebih mahir berbisnis. Saya 10 tahun yang akan datang adalah seorang ibu yang memberi perhatian penuh pada anak-anak tanpa terhalang kesibukan kerja. Saya 10 tahun yang akan datang adalah seorang yang lebih terampil dalam berkomunikasi dan bergaul, ramah, menyenangkan banyak orang. Dengan saya 10 tahun yang akan datang, saya akan dapat berbagi banyak ilmu dengan orang lain.
Untuk mencapai semua mimpi saya sepuluh tahun ke depan, saya harus tetap berusaha dengan kelebihan-kelebihan yang saya miliki. Serta meminimalisasi kekurangan saya, atau merubah kekurangan saya menjadi kelebihan saya. Saya harus lebih giat berusaha dan berdoa, serta bersyukur. Saya harus tetap rendah hati, dermawan, dan tetap menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri saya. Insya Allah, pasti bisa!!

NB: Tulisan ini adalah tugas UAS (take home) mata kuliah kewirausahaan (semester 6, tahun 2013) yang diampu oleh Bapak Edi Nugroho, S.A.P. Soalnya ada 4, maksimal halaman tugasnya cuma 6 halaman. Jelas itu tidak cukup bagiku, haha :P Aku juga gak tahu teman-teman lain bikin tugasnya seperti apa. Apakah menjawab per nomor atau sama seperti aku model curhat begini :P Yang jelas, ini adalah tugas UAS yang paling bikin aku happy. Serius deh! Gak ada beban banget ngerjainnya.. Malah sambil senyum-senyum sendiri dan semangat menggebu-gebu. Gak nyangka aja ternyata banyak sekali mimpi yang pernah aku tuliskan, sedikit demi sedikit telah terwujud. Meski dengan alur yang agak beda (karena skenario Alloh jelas lebih indah dari rencana manusia :)), tapi tetap berjalan menuju titik yang sama.

Thanks a lot, Mr. Edi.. Bapak akan selalu jadi dosen favoritku sepanjang masa :)
And I promise, Pak.. Someday I will make my dreams happen!! 

by. si Famysa, a dreamer

Sebongkah Batu Berdarah

“Ka, gue takut. Gue pengen pulang. Sekarang!”
“Tika, lu tenang dulu deh ya.. Kita semua juga pengen pulang. Lu jangan kayak gini dong! Nambah panik kita semua kalau elunya kayak gini.”
Tidak ada yang bisa menahan tangisan Tika. Bahkan Barka, pacarnya sendiri terlihat kesal karena rengekan Tika yang tiada henti meminta pulang.
Semua gemetaran, semua kedingininan, semua tegang. Tidur di mushola kecil, kotor, dan penuh dengan jejak kaki anjing itu ternyata tidak lebih baik dari tidur di tenda walau harus bergelut dengan hujan yang mengguyur deras. Dari tangan ke tangan, semoga bisa sedikit memberi kehangatan dan ketenangan pada malam hari itu, malam Jumat Kliwon.
Runi sebagai orang yang disebut pemimpin perjalanan diminta untuk mencari tahu siapa sebenarnya sosok itu. Manusia kah? Atau manusia jadi-jadian? Atau malah semuanya sedang dibuat berhalusinasi oleh alam? Dengan berbisik dari telinga ke telinga, akhirnya semua memilih Willy yang akan menemani Runi keluar mencari tahu.
Dengan perasaan tak karuan karena diliputi rasa takut, Runi dan Willy permisi pada sosok itu. Dan sosok itu hanya berdehem dengan suaranya yang berat, “ehmmm...” Runi dan Willy segera pergi, tanpa sempat memperhatikan sosok itu.
Hujan semakin deras. Angin dan petir pun bersahutan. Mereka seperti sedang mengejek. Mereka seperti sedang menertawakan Runi dan Willy yang hanya bercahayakan lilin dan mempunyai sedikit keberanian.
Runi dan Willy berjalan dalam gelap. Cahaya senter yang mereka bawa tidak cukup bisa melawan kelamnya malam. Derasnya hujan membawa cahaya senter mereka pergi. Derasnya hujan pun menembus jas hujan yang mereka pakai. Jalanan yang licin, berbatu dan berlumut, serta guyuran hujan memperlambat langkah mereka menuju warung yang sekaligus rumah bagi pemiliknya. Berjalan turun 500 meter saja seperti sedang berjalan naik berkilo-kilo meter. Terasa lama dan payah.

--o--

“Ehmmm.... Kalian jangan berani macam-macam di sini. Apalagi berani macam-macam dengan saya. Saya ini bukan manusia. Tinggi saya tujuh meter. Saya tidak akan segan-segan menceburkan kalian ke dalam aliran curug jika kalian berniat buruk. Saya juga tidak akan segan-segan membunuh kalian jika kalian tidak memercayai kata-kata saya ini. Bahkan kalau kalian tidak percaya, silahkan buktikan saja. Hahahaha....” 
Tertawanya bak di film-film horor ketika dukun sedang beraksi. Suaranya berat namun dapat menelan suara-suara sekitarnya. Suaranya seolah tak terkalahkan. Sekali pun enam orang siswa-siswi SMA di mushola itu berteriak, suara sosok itu pasti akan lebih keras mencabik-cabik mereka. Mereka hanya bisa diam sambil memegang jantung masing-masing. Syukurlah jika jantung mereka masih berada di tempatnya...
Entah kapan datangnya sosok itu. Diantara mereka tidak ada yang menyadarinya. Tiba-tiba saja sosok itu ada di tengah-tengah mereka yang baru saja akan tertidur lelap. Mulanya Runi memang kaget. Tapi Runi pikir paling itu penduduk sekitar yang sedang berkeliling area curug, kehujanan, dan berteduh di mushola, sama seperti Runi dan teman-temannya. Namun ketika sosok itu mulai tertawa dan meracau segala hal, baru semuanya terbangun dan sepenuhnya tersadar. Sosok itu terus meracau. Kadang nada bicaranya turun sampai tak terdengar. Tapi kebanyakan nada bicaranya tinggi seperti sedang menghantui.
“Dulu saya pernah mendorong muda-mudi yang datang ke curug. Saya tahu niat mereka buruk. Mereka melecehkan apa yang saya katakan. Mereka tidak percaya segala hal tentang Curug ini. Tengah malam, mereka ingin membuktikan kebenarannya. Aaahhh.... anak-anak muda seperti itu tidak tahu diuntung! Saya bunuh saja mereka, dua-duanya. Hahahaaa....”
Sosok itu seperti tahu apa yang mereka pikirkan. Semakin mereka ketakutan, sosok itu semakin meracau tak tahu arah. Pun ketika terlintas di pikiran Runi... Bagaimana bisa tinggi aslinya tujuh meter? Kapan dia berubah menjadi wujud aslinya?
“Saya tidak main-main dengan perkataan saya. Bahkan wujud lain saya adalah harimau. Saya berteman dengan Ratu Penguasa Pangandaran dan Dewi Sri. Kalian tahu Dewi Sri? Dia pemilik semua nasi yang kalian makan!” sentaknya membuyarkan pikiran Runi.
Mungkin sosok itu manusia jadi-jadian. Ah, tidak. Mungkin sosok itu sedang kerasukan makhluk lain.
Barka terus merapalkan semua doa yang ia bisa. Tika terus menangis. Awan mencoba mencairkan suasana dengan berusaha masuk dalam obrolan sosok itu. Runi dan Willy akan mencari sebait kalimat dari penduduk yang dapat menenangkan mereka. Sedangkan Ria, Yodha, dan Lita tetap dalam posisi mereka dengan gemetar ketakutan.

--o--

“Wil, sepertinya kita tersesat. Perasaan gak sejauh ini deh jarak dari mushola ke warung penduduk.”
“Kamu juga ngerasa gitu, Ni? Aku kira aku yang terlalu ketakutan, sampai jalan ke warung aja kerasa jauh banget.”
Runi dan Willy saling menangkap raut kekhawatiran di wajah masing-masing. Tersirat tanda tanya besar di wajah mereka. Namun siapa yang bisa menjawab pertanyaan mereka? Selain angin yang terus berhembus kencang dan penguasa kegelapan yang mempermainkan.
“Lalu sekarang kita harus kemana? Balik ke mushola atau lanjut ke warung?”
Willy menyibakkan lengan jas hujan untuk melihat jam tangan. Senter yang kian redup cahayanya ia arahkan ke jam tangannya.
“Parah! Sejam lebih kita jalan, warungnya belum kelihatan juga. aku gak yakin kita bakal nemuin warung-warung penduduk itu, Ni. Lebih baik kita balik aja. Kasihan teman-teman lama menunggu kita.”
Runi dan Willy balik badan putar haluan. Mereka kembali menyusuri jalan yang tadi telah dilewati. Mereka kembali bertarung melawan dingin dan ketakutan. Mereka terus berjalan, bahkan setengah berlari. Niat hati ingin cepat sampai di mushola untuk kembali berkumpul bersama teman-teman. Kenyataannya.... Sesampainya di mushola, tak ada seorang pun di sana! Sosok itu pun tidak ada! Kemana perginya Awan, Ria, Lita, Yodha, Tika, dan Barka?

--o--

“Gue gak mau matiiiii!! Tolongin gueee! Gue gak mau mati! Please jangan bunuh gue! Gue masih mau hidup. Gue gak mau matiiii!!!!!! Gue takuuut!”
Jeritan Lita menciptakan lolongan panjang. Tangisan yang menyelimuti lolongan itu membuat suaranya semakin lama terdengar semakin parau. Hingga teriakannya sama sekali tidak terdengar lagi. Lenyap diguyur derasnya hujan. Hilang bersama angin yang bertiup semakin kencang.    
“Ha..Ha..Ha... Dengan jasad dan darah segarmu, aku akan hidup lebih lama lagi. Ha..Ha..Ha.... Kau bukan manusia baik, kau selalu berniat buruk, sama sepertiku. Lebih baik aku meminum darahmu, lalu kita akan bersatu. Ha..Ha..Ha...”
Tangannya menggenggam sebongkah batu. Sambil terus tertawa mengerikan.

--o--

“Litaaa.....”
“Litaaaa.....!!”
“Lita, lu dimana?”
“Litaaa!”
“Lit, lu jangan tinggalin guee! Lu dimana, Lit??”
Tidak ada siapa-siapa lagi di tengah hutan selain mereka berlima. Kecuali sebongkah batu yang berlumuran darah dan tetesan darah di sepanjang jalan setapak. Lalu tetesan darah itu menghilang di tepian sungai yang menjadi tempat mengalirnya air curug.  

by. si Famysa, nostalgia :)

Mijn Vriend