Senin, 02 Juni 2014

In Front of Chocolate Eiffel

Berawal dari iseng, hari Jumat, 30 Mei kemarin akhirnya sampai juga kaki-kaki mungil ini di Paragon Mall Semarang. Niat awalnya sih mau nemuin teman SMA yang lagi liburan di Semarang. Eeh tapi gak jadi karena si temannya bilang gini, "kalian kalau mau ke sini bawain makanan ya.. kita lapar, di sini gak ada yang jual makanan." Gubraks! Sisi jahat aku dan Khaslinda berkata 'ya udah gak usah jadi nemuinnya ah. kita hangout aja ke Paragon.' Hahaha... :P
Ide untuk hangout ke Paragon tiba-tiba saja terpikir karena aku ingat ada pameran coklat cookies di sana. Agak-agak penasaran seperti apa, makanya kuhasut Khaslinda dan Ayu untuk ke Paragon. Hehe.. Ekspektasi pertama aku dan Ayu mengenai pameran itu mungkin sama seperti pameran semacam kue sebelumnya. Dulu hanya aku dan adikku, Ulfah yang melihat. Ceritanya pernah kutulis di postingan ini -> Garden Cupcake.
Penyelenggara pameran chocolate cookies ini sepertinya sama dengan penyelenggara Garden Cupcake dua tahun lalu, yaitu Fortune. Nama acaranya juga sepertinya sama. Dulu jelas-jelas terpotret olehku, nama acaranya Fortune Baking Festival. Tapi kemarin aku tidak sempat memotret lebih banyak, karena acara sudah akan segera usai. Hanya saja di belakang background 'The Stiries of 10000 Chocolate Cookies' terlihat ada logo bertuliskan FBF 2014. FBF mungkin singkatan dari Fortune Baking Festival. Hehehe banyak mungkin dan sepertinya nih ah. Payah :P Hampura sim kuring nyaa :D  
by. si Famysa, :)

Minggu, 01 Juni 2014

Catatan Akhir Mahasiswa Super

Aku bukan mahasiswa yang hanya mengandalkan uang kiriman dari orang tua. Tanggal muda maupun tanggal tua sama saja bagiku, sama-sama harus selalu kerja keras. Beruntung aku punya tabungan yang cukup untuk modal hidup ketika orang tua tidak bisa memberi kiriman selama lima bulan. 
Aku sempat merasakan kerasnya dunia Multi Level Marketing (MLM). Senang rasanya mendapatkan uang dengan nominal yang cukup besar dari hasil jerih payah sendiri, bekerja di bawah tekanan dari pagi sampai malam, lumayan untuk nombok kekurangan biayaku.
Aku bukan mahasiswa yang mau apa tinggal bilang pada orang tua. Walaupun mungkin orang tuaku akan mati-matian mengusahakannya, tapi aku tidak sekurang ajar itu. Aku bukan mahasiswa yang dua kali ganti laptop selama kuliah. Cukup laptopku, PinkQ saja yang menemaniku. PinkQ kusebut legendaris karena dia adalah laptop tertua dan terawet diantara laptop teman-temanku. Meski sudah sakit-sakitan, tapi PinkQ masih bisa kuajak menghasilkan uang.
Aku bukan mahasiswa yang berkali-kali minta pada orang tua untuk ganti hp atau gadget lainnya demi mengikuti tren, demi tidak diledeki kudet, demi eksis di sana-sini. Karena kamera digital, hp android, kamera SLR, dan tablet yang kumiliki saat ini adalah hasil jerih payahku berjualan batik online, serta untuk mendukung kelangsungan bisnis onlineku juga. Kupikir untuk apa hp atau tablet yang canggih kalau sekedar untuk mengikuti tren, untuk bermain games, untuk mengakses yang tidak penting. Untuk apa kamera keren kalau sekedar demi kesenangan semata. 
Aku bukan mahasiswa yang kerjaannya santai, 'kupu-kupu' alias kuliah-pulang-kuliah-pulang, tanpa secuil prestasi pun diluar kuliah. Apalagi menonton film sampai pagi, mati-matian menghafal lirik lagu dan selebriti, nongkrong di sana-sini, buang uang sana-sini. Aku mempunyai target. Betapa sia-sianya waktuku selama empat tahun kuliah jika hanya dipenuhi oleh lagu-lagu dan film-film.
Aku bukan mahasiswa yang kebanyakan uang. Di saat orang lain berkali-kali berganti tas, aku justru tetap setia dengan tas-tasku sejak jaman sekolah dulu. Toh tas-tasku masih bagus dan bisa dipakai. Tidak perlu lah mengikuti keinginan dan memuaskan rasa bosan terus. Buku tulis saja aku cuma beli satu kali, itu pun paroan dengan temanku. Binder dari jaman SMP masih kupergunakan. 
Aku bukan mahasiswa yang fashionable, yang bisa berganti baju baru atau sepatu baru terus. Sepatu putihku yang buluk setia menemani langkahku. Pakaian-pakaianku sebagian besar adalah peninggalan dari jaman sekolah dulu. Bahkan pakaian dari jaman SD saja masih ada yang terpakai.
Aku bukan mahasiswa yang bisa jajan seenaknya. Mau eskrim tinggal beli, mau coklat tinggal beli, mau cemilan apapun tinggal beli. Hanya ketika stres tugas dan skripsi saja aku bisa jajan semaunya. Selebihnya, sering-sering tahan iman, tahan godaan. Masih banyak hal lain yang lebih penting, masa depanku lebih penting daripada nafsuku pada jajanan.
Aku bukan mahasiswa yang tiap minggu bisa menengok kampung halamanku. Aku mahasiswa rantau. Bahkan pulang pun bagiku bukan sekedar melepas rindu, tapi harus mendapatkan ilmu dan pemasukan rupiah baru dari hasil daganganku.
Aku bukan mahasiswa yang mempunyai serentet kisah SD yang indah untuk diceritakan pada teman-teman. Uang jajanku paling besar selama SD adalah Rp 500, itupun dengan catatan kalau tidak sarapan di rumah. Kalau sudah sarapan di rumah, kadang diberi Rp 200, atau tidak sama sekali. Karena Rp 200 pun sering habis oleh mereka para pembullyku. Namun senang sekali rasanya ketika aku bisa mengumpulkan tabungan sebanyak Rp 200.000 saat kelas 2 SD dari uang jajan Rp 200ku plus tambahan angpau dari kakek dan nenekku. Wow!
Aku mahasiswa kampungan. Ya, aku berasal dari kampung. Banyak tempat gaul dan apapun yang gaul-gaul yang aku tidak tahu. Tapi sepertinya sekarang anak kampung ini sudah agak maju. Minimalnya beli gadget saja tidak usah minta pada orang tua.
Aku bukan mahasiswa yang berasal dari keluarga kaya raya atau keluarga harmonis. Mungkin ketidakharmonisan yang membuat keluargaku seperti tidak kaya raya, padahal mereka mempunyai segudang simpanan harta. Aku bukan mahasiswa yang fokus kuliah, berbisnis, dan berkarya tanpa masalah keluarga. Justru masalah-masalah keluargaku itu yang memicuku semakin giat bekerja keras. Namun apakah harus mereka yang berada dalam kedamaian keluarga merasakan masalah keluarga dahulu agar semangat juangnya terpicu? Menurutku ini bukan solusi. Hanya saja ini kerap dijadikan alasan bagi mereka yang malas bekerja keras.
Aku bukan mahasiswa biasa saja, karena aku adalah mahasiswa luar biasa! Aku tidak akan merasakan menjadi pengangguran, karena pada detik ini pun aku sudah mempunyai kesibukan yang menghasilkan pundi-pundi rupiah. Aku hanya seorang mahasiswa yang tiada henti memotivasi diri bahwa aku adalah seorang pebisnis, penulis, pembelajar, dan pengabdi :)
And whats the next? Aku ingin terus berbisnis, aku ingin terus menulis, aku ingin kuliah S-2, aku ingin menikah, dan aku ingin berbagi dan terus berbagi hingga tutup usia nanti.... Aamiin...
Bukan perjuangan namanya jika segala sesuatunya berjalan dengan mudah. Karena bagiku perjuangan adalah usaha menembus batas ketidakmungkinan, usaha yang penuh dengan halang rintang, usaha yang bisa membuat kita menggapai bintang-gemintang.
Ada tujuan, ada usaha. Ada tujuan, tanpa usaha, mustahil tujuan dapat tercapai. Berharap ada keajaiban pun tak berhak. Karena keajaiban hanya diperuntukkan bagi mereka yang berusaha sekuat tenaga. 
by. si Famysa, mahasiswa super!  

Mijn Vriend