Kamis, 29 Desember 2011

Andai Saya Anggota DPD RI...

Rakyat Indonesia sudah sangat kehausan akan pemimpin dan wakil rakyat yang benar-benar dapat mewujudkan kesejahteraan bagi mereka. Alih-alih sejahtera, rakyat yang seharusnya mendapat pelayanan dari para pemimpin dan wakil rakyat justru malah seolah rakyat yang harus melayani. Terbalik.
Rakyat benci pemimpin dan wakil rakyat yang terlalu banyak janji namun tanpa bukti. Rakyat benci pemimpin dan wakil rakyat yang harusnya memimpin, malah justru sok kuasa. Wacana good governance seolah hanya menjadi sebatas wacana. Ingat kalian ada karena rakyat, kalian dipercaya oleh rakyat! Kalian harus bisa kembali merakyat!

Anda tahu AGAMA
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan menusia dan manusia serta lingkungannya.

Anda tahu makna DEWASA?  
Dewasa adalah ketika kita bisa bercermin menerima kepribadian kita sendiri. Tidak marah ketika menerima kritik, tetapi justru kritik itu menjadi sarana untuk instropeksi diri, melihat kesalahan-kesalahan yang ada pada diri sendiri.
Seorang yang dewasa memiliki falsafah hidup tertentu (Unifying Philosophy of Life). Biasanya hal ini berhubungan dengan etika atau agama. Orang yang sudah dewasa tahu aturan, tidak berbuat seenaknya sendiri atau bertindak hanya untuk kepuasan sesaat. Dengan memiliki tujuan hidup / cita-cita yang jelas diikuti dengan ketegasan untuk mencapainya dalam perilaku sehari-hari. 

anda tahu KEWAJIBAN DPD RI?
  • Mengamalkan Pancasila
  • Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan
  • Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
  • Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia
  • Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
  • Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan daerah
  • Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan
  • Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya
  • Menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPD dan
  • Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya.

Tiga hal di atas itulah yang akan saya jadikan pedoman jika kelak saya menjadi anggota DPD RI menggantikan para pendahulu saya. 
Agama, dewasa, dan kewajiban!
Dengan berpedoman pada agama saya (Islam), saya yakin saya akan dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim dan seorang DPD RI dengan baik, tanpa ada penyimpangan sedikit pun.
Dengan dewasa, saya bisa berpikir jernih dalam mengatasi persoalan, tanpa debat kusir, tanpa banyak kata tak berguna. Dengan dewasa, saya memiliki prinsip sehingga tidak akan terbawa arus negatif.
Dengan mengetahui pentingnya kewajiban saya, saya akan dapat menjalankan semuanya. Karena jika saya telah menjalankan kewajiban saya, itu berarti saya dapat berkontribusi maksimal terhadap negara saya.

Andai-andai saya tidak terlalu muluk-muluk. Hanya berpedoman dan berpegang teguh pada AGAMA, DEWASA, dan KEWAJIBAN. saya yakin jika semua anggota DPD RI menjadikan tiga hal tersebut sebagai pedoman hidup dan pedoman dalam bertugas, Indonesia akan damai dan sejahtera. karena semua hal  yang berawal dari agama, kewajiban, dan sikap dewasa, akan menghasilkan hal positif bagi negeri.
Semoga dapat dijadikan masukan positif bagi para DPD RI tercinta... 

diikutsertakan dalam lomba blog Andai Saya Menjadi Anggota DPD RI

by. si Famysa, calon anggota DPD ;)

Selasa, 27 Desember 2011

Cinta Berwarna Pink

a letter for my dream, ~wishes~

dear....
gue kangen elo!
tapi gue sadar gue gak bisa terus-terusan kayak gini. gue harus bisa hidup tanpa lo. lo aja bisa, masa gue enggak.
gue cuma gak pengen jadi cewek egois terus. gue sayang sama lo. dan gue tau kalo seseorang sayang sama seseorang lainnya itu berarti dia harus rela melakukan, memberikan apapun demi yang tersayang, bukannya justru malah nuntut ini-itu. gue tau itu, dan gue pengen buktiin kalo gue serius sayang sama lo. gue pilih pergi. pergi dari hidup lo supaya lo gak deket-deket lagi sama cewek egois kayak gue. gue pengen lo bahagia, dengan atau tanpa gue. gue cuma bisa bilang, kalo lo yakin kebahagiaan lo adalah bareng gue, lo temuin lagi gue ntar di masa depan ketika lo dan gue udah sama-sama sukses dan siap hidup bareng.
gue sayang elo!
gue sekarang gak akan peduli lagi siapa yang bakal nganterin nyokap gue belanja, nganterin adek gue jajan, nyuciin motor gue, beliin makanan, nyuapin gue, antar-jemput gue sekolah, nganter gue maen kemana-mana, nemenin gue kabur dari penatnya rumah, dengerin gue curhat, nemenin gue nonton TV padahal guenya tidur, ahh pokoknya semuanya deh. gue bakal coba. sendiri. dalam sepi di tengah ramainya dunia.
bye... 

by. Famysa :)

Jumat, 23 Desember 2011

Talk About Dream; Netherlands

...aku ingin begini, aku ingin begitu. ingin ini, ingin itu, banyaaak sekaliiii....

tiga tahun lagi, aku harus menginjakkan kaki di Negeri Van Oranje. entah bagaimana caranya, di dalam mimpiku selalu tergambar dengan jelas bahwa aku akan melanjutkan studiku di Leiden University, Belanda. mengambil program master of public administration. beberapa hal yang membuatku terobsesi dengan Leiden University diantaranya karena Leiden University merupakan universitas tertua di Belanda dan termasuk ke dalam jajaran universitas terbaik dunia, dulu pada jaman penjajahan Belanda para pribumi yang dianggap cakap dan bisa dimanfaatkan oleh Belanda banyak disetor kuliah di Leiden University, salah satu tokoh pahlawan favoritku (Sri Sultan HB IX) juga kuliah di sana. rasa-rasanya ada segumpal dendam dalam hatiku pada negeri yang satu ini. tapi juga aku amat terkagum-kagum dengan peradabannya yang tinggi sejak jaman dulu. beuuh! pokoknya i want it!!
pict from here
dalam beberapa novel dan buku sejarah yang aku baca juga ternyata aku banyak menemukan tentang Belanda di dalamnya. ini nih yang semakin membuat aku ngiler ingin ke Belanda. salah empatnya yaitu novel De Winst, De Liefde, Negeri Van Oranje, dan Sujud Cinta di Masjid Nabawi. kalau buku sejarah sih ya memang banyak ya. hhoo... 
aku kagum pada Amsterdam. bagaimana tidak, mereka (orang Belanda) bisa membendung laut menjadi daratan. dimana lalu lintasnya juga menggunakan perahu-perahu. wow! dengar-dengar juga mereka sedang membuat kota/tempat anti kiamat di bawah laut. gila kan. ckck.. memang terkadang intelektual tanpa disertai iman membuat manusia sombong. hmm... tapi tetap aku ingin ke sana, dan aku harus ke sana!
pict from here
di sana juga banyak terdapat jalan-jalan bernama pahlawan dan kota di Indonesia. diantaranya yaitu atjehstraat, malakastraat, balistraat, R.A. kartinistraat, mohammed hattastraat, sutan sjahrirstraat, dan chris soumokilstraat. waah... sepertinya kalau kita berada di Belanda berasa di Indonesia gitu ya. hehe..
pict from here
katanya lagi.. kata majalah Orbit (majalah anak-anak) yang waktu anak-anak dulu sering kubaca, Belanda merupakan negara produsen keju terbesar. bisa dibilang pusatnya keju ada di Belanda. segala macam keju ada di sana. nah si aku kan tidak menyukai keju yang kebanyakan di Indonesia rasanya asin-asin gak jelas gitu deh. aneh rasanya. di Belanda justru keju itu tidak asin. kan keju original gitu loh. makanya aku ingin mencobanya. ingin mengetes apakah setelah aku mencoba keju original aku menjadi suka pada keju. hohoho..
pict from here
budaya makan orang Indonesia 'jika belum nasi berarti belum makan' sangat bertentangan dengan budaya makan di Belanda. katanya orang Belanda makannya roti mulu ya? #yaa gak juga siiih. hhehe.. aku jadi penasaran ingin mengetes apakah budaya makan Indonesia itu juga melekat pada diriku jika aku berada di Belanda kelak. keju VS singkong, nasi VS roti. hihi...
pict from here
oh iya... entah kenapa, aku sangat yakin bahwa aku akan dipertemukan dengan Belanda oleh Allah. bagaimana tidak yakin, dari SD hingga SMA otakku dipupuk pelajaran sejarah yang banyak menceritakan Belanda, waktu piala dunia 2006 aku jagoin Belanda padahal tidak terlalu mengerti persepak bolaan, novel-novel yang kubaca tanpa sengaja aku memilih ternyata berlatar tempat di Belanda, dan sekarang aku kuliah di FISIP yang terkenal dengan warna orange membuatku semakin yakin bahwa ini bukan kebetulan. Allah memang akan membuka mataku dengan mimpi yang akan terbentang nyata kelak. Belanda Negeri Van Oranje, FISIPnya juga orange. xD
pict from here
dan satu lagi... hamparan bunga tulip dan kincir angin di Belanda juga sangat membuatku jatuh cinta. it's so romantic! setiap kali aku melihat kincir angin kecil di sepanjang Pantai Eretan, Indramayu, aku selalu membayangkan bahwa itu adalah Belanda. ahahaa.... gila :D
pict from here
Bermimpilah dan berusahalah... maka Allah akan mewujudkannya :)

by. si Famysa, dreamer girl 

Kamis, 22 Desember 2011

Syifa Bagi Ibunda

Oleh: Syifa Azmy Khoirunnisa

Langit sudah tak lagi berwarna biru. Jingganya memantul di jendela rumahku, membias ke seluruh ruangan. Rumahku terasa seperti istana yang sangat luas, hingga derap langkahku dapat terdengar oleh indera keseimbanganku. Tiba-tiba jingganya langit pergi entah kemana. Datanglah hitamnya malam ditemani semilir angin yang juga mengundang bulir-bulir pembuka pintu rejeki menyambangi rumahku. Kami hanya berdua bertemankan televisi mungil kesayangan kami. Hanya ada aku dan mamahku.
Hujan di luar semakin deras. Tak jarang kilatan cahaya pun datang mendahului gelegar petir yang dapat menggetarkan jendela rumahku. Akhirnya televisi dimatikan oleh mamahku agar aman dari sambaran petir.
Seketika gelap.......
“Maaah... gelaaap... mati lampu...”
Dan, cekrees... Dua lilin kecil pun ikut menyaksikan kebersamaan kami.
Mamah sudah hampir terlelap di kursi panjang di ruang tengah. Sedangkan mataku belum saja dapat terpejam. Aku takut pada hujan kali itu. Apalagi tanpa kehadiran bapak di tengah-tengah kami karena alasan sibuknya pekerjaan. Hening dan sunyi yang tercipta memancingku untuk memulai pembicaraan.
“Mah, kenapa namaku Syifa Azmy Khoirunnisa? Kan kebagusan, Mah. Diantara teman-temanku yang lain tidak ada yang punya nama sebagus namaku.”
“ooh.. sebenarnya nama itu Mamah tiru dari nama anak seorang teman mamah. Namanya Syifa Khoirunnisa. Jadi Mamah tambahin saja Azmy di tengah-tengahnya. Hehe..” jawab mamahku dibarengi tawanya.
“loh memangnya apa alasannya kok Mamah niru nama itu?” tanyaku keheranan.
“karena artinya sangat indah. Syifa berarti obat, Khoirunnisa berarti wanita yang baik. Yaa... Mamah sih berharapnya kamu bisa sesuai dengan namamu.”
“ooohh...” aku mengangguk kecil.
Ketika aku baru akan benar-benar memejamkan mata, mamah justru kembali berbicara. Kuurungkan niatku untuk tidur. Kudengarkan mamahku tercinta bercerita.
“dulu waktu teman Mamah mengandung anaknya yang dia namakan Syifa Khoirunnisa itu, tadinya dia sudah mau minta cerai pada suaminya. Eh tapi ternyata dia sedang hamil. Waktu dia tahu dia hamil, dia gak jadi deh minta cerainya. Akhirnya selama kehamilannya, kondisi dia dan suaminya membaik. Hingga lahirlah seorang bayi perempuan. Nah, karena bayi itu dia anggap sebagai pemersatu dia dan suaminya, maka dia namakan bayinya Syifa yang berarti obat bagi hatinya yang sempat terluka. Dan Khoirunnisa yang dia anggap dapat menjadi mantra agar obat hatinya itu kelak dapat menjadi wanita baik. Wanita baik yang bisa lebih baik darinya, lebih baik dalam membina hubungan dengan suaminya.”
Lagi-lagi aku berkomentar, “oooohh..... loh.. loh.. lalu Azmy itu apa dong artinya?”
“Azmy itu diambil dari kata Ulul Azmi, julukan bagi para Rasul yang telah teruji keimanannya. Karena saking kuatnya mereka dalam menjalankan perintah-Nya, lebih kuat dari nabi-nabi lain makanya Allah memberi keistimewaan predikat Ulul Azmi bagi mereka.”
Aku pun tertidur lelap. Tidurku kala itu dihiasi oleh senyum yang sangat indah. Sungguh tak kusangka arti dari namaku sedahsyat itu.
Kemarin telah menjadi waktu yang lampau bagiku. Kemarin telah menjadi sejarah dan kenangan manis maupun pahit dalam memori dan hatiku. Esok aku tak tahu akan seperti apa. Yang kutahu kini mereka sedang mengurusi segalanya di meja hijau. Entah berkas apa saja yang mereka bawa aku sungguh-sungguh tak mengerti.
Nilaiku hancur. Prestasiku menurun. Dari angka 5 menjadi angka 27. Bayangkan saja betapa sangat terbebaninya hati dan pikiranku. Kehidupan sosialku berantakan. Sering mondar-mandir ke ruang BK. Bahkan sering pula guru BK mengunjungi tempat kosku. Aku jatuh sakit hanya karena menangis. Aku lemas. Aku lemah tak berdaya apa-apa untuk mengembalikan semuanya pada suasana baik-baik saja.
...if i was invisible... and i could just watch you in your room.. if i was invisible...
Telpon genggamku berdering tanda ada panggilan masuk. Ternyata dari bibiku.
Teh, kamu jangan menyalahkan mamahmu karena meminta cerai pada bapak. Mungkin cerai dari bapak memang hal yang bisa membuat mamahmu bahagia, Teh. Teteh gak tahu kan gimana kelakuan bapak teteh sebenarnya selama ini? Bapak teteh terlalu pintar bohong, dia jago bersandiwara. Bahkan sekarang sampai Teteh saja bisa menyalahkan mamah atas semuanya. Padahal tidak, Teh. Ya mungkin mamah Teteh memang salah. Tapi bapak teteh juga salah. Biarkan mamah Teteh bahagia. Kalau memang sudah tidak ada jalan lain kecuali cerai, ikhlaskan, Teh. Asal Teteh tahu ya, dari sebelum ada Teteh juga mamah Teteh itu sudah tidak kuat hidup bersama bapak. Dia selalu mengeluh pada keluarga ‘apa cerai saja ya?’. Tapi mamah Teteh selalu berusaha untuk diam dan mengalah. Walaupun bapak egois, walaupun bapak sering meninggalkan mamah, dan asal Teteh tahu juga... walaupun bapak berbohong bujangan ketika menikah dengan mamah padahal dia duda yang meninggalkan istrinya yang sedang hamil muda, mamah Teteh tetap bertahan. Dia menganggap dia bisa memperbaikinya. Dia menganggap sabar dan diamnya itu bisa menyelesaikan masalah. Padahal tidak. Itu hanya menjadi bom waktu bagi mamah teteh. Dan bom itu ternyata sekarang lah waktu meledaknya.”
Tangisku meledak seketika. Aku bahkan hampir tak sadarkan diri dibuatnya. Kupingku panas, hatiku panas, otakku panas, jiwa dan ragaku panas. Aku roboh. Ruangan berukuran 3 x 3 meter itu menjadi saksi linangan air mata terperihku.
Terima kasih, Mamah atas segalanya... atas nyawa dan cinta yang kau pertaruhkan untukku... atas kasih sayang yang tak kan pernah sanggup aku balas...
Kini aku tahu, Syifa Azmy Khoirunnisa dalam anganmu adalah aku.

Selamat hari ibu....  J

by: si Famysa, love mom :*

Rabu, 21 Desember 2011

Sekolah Pintar Merapi

hari Sabtu & Minggu, 17-18 Desember kemarin, aku melancong ke Jogja bersama Isna. awalnya sih mau pergi bertiga sama Zizah. tapi ternyata Zizah berkhianat karena satu alasan. higs *ampela banget (istilahku dengan Zizah :D). kami ke Jogja untuk suatu tugas dari organisasi, yaitu untuk menghadiri acara temu FSLDK ISIP (Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Nasional di Universitas Negeri Yogyakarta. sebelum hari keberangkatan, aku, Isna, dan Zizah sudah sepakat untuk pergi bersama-sama, aku bahkan berikrar jika ada salah satu diantara kami yang tidak pergi maka aku juga tidak akan pergi. eeehh... pokoknya entah bagaimana kronologisnya (hanya aku, Isna, dan Allah yang tahu xP), jadilah hanya aku dan Isna yang pergi.
hari Sabtu sebenarnya acara temu FSLDK ISIP dimulai jam 9 pagi. tetapi karena kegalauan berbagai hal, kami baru berangkat jam 11 siang. bwahaha kurang asem banget kan. itu pun kami harus menunggu bus datang dulu. hmm... sebenarnya sudah ada sih bus Ramayana, tapi kami inginnya pakai bus Nusantara. jadi deh lama. hho.. dan bus Nusantara pun datang nyaris jam 12 teng. di perjalanan macet dan hujan deras pula. hhh... tetapi aku tetap tidur pulas. hehe.. jam 4 sore kami pun sampai di Terminal Jombor Jogja. kami solat ashar plus jamak dzuhur dulu, ngebakso dulu saking laparnya, baru deh ke halte trans Jogja. untuk bisa sampai ke UNY kami harus naik bus 2B, dan itu artinya kami harus menunggu agak lama. alhasil, kami baru benar-benar menginjakkan kaki di UNY ketika maghrib tiba. #plaaak :S
selesai registrasi, solat maghrib, dan makan malam, acara selanjutnya pun dimulai. apa yang terjadi, pemirsa?? ampelaaa banget deh. berhubung FSLDK ISIP Nasional ini merupakan yang pertama kalinya diselenggarakan, jadi kemarin itu acaranya adalah diskusi pembentukkan dan penugasan tetek-bengeknya. aku dan Isna yang sebenarnya kurang aktif di organisasi yang mendelegasikan tugas ini pada kami hanya bisa melongo gak pakai ngiler. kami sama sekali tidak mengerti. apalagi aku yang kurang menyukai forum debat dan semacamnya itu lah, hmm... merasa sangaaat ampela. kami hanya ikut mengangguk-angguk kecil saja tanpa bisa menambahkan saran maupun kritik, iya saja lah pokoknya, kami tahu beres saja. karena saking ampelanya, kami sempat marah-marah dan menyalahkan Zizah yang tak jadi ikut, juga menyalahkan senior yang menyampaikan amanah ini pada kami. huu... seharusnya yang datang ke acara ini justru adalah para senior kami. tapi apa mau dikata, bubur sudah tidak bisa menjadi nasi. yang bisa kami lakukan hanyalah menikmati dan membumbui bubur itu agar bisa berubah menjadi bubur spesial :D
wajah kami sudah memproduksi minyak berlebih ><
acara pada hari Sabtu selesai pada pukul 21.00. setelah itu kami (para peserta) langsung diantar oleh bus UNY ke tempat kami akan tidur. ooh... senangnyaaa :D tempat kami tidur adalah di asrama Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Yogyakarta. tempat dan fasilitasnya lumayan lah untuk sekedar merebahkan diri, melepaskan penat dan kegalauan. *wew apaan sih.
like a barbie, right? hihii
pagi harinya, pukul 06.30, kami harus sudah siap untuk kembali ke UNY. dengan menggunakan bus yang sama seperti semalam, tak secepat kilat kami sudah berada di kampus FIS UNY lagi. 
delegasi FISIP Undip VS FISIP UNS berfoto bersama :D
sebelum agenda hari ini dilaksanakan, kami sarapan dulu.
serius makan, jadi gak sadar kamera.
sarapan pun selesai. kini waktunya menuju penutupan acara. whehee berasa gimanaa gitu ya, baru saja kemarin sore datang, paginya sudah penutupan lagi xP setelah penutupan, acara inilah yang paling kutunggu-tunggu... :D kami akan dibawa berkunjung ke Merapi, tepatnya ke Sekolah Pintar Merapi (SPM) di Sleman, Jogja yang dikelola oleh mahasiswa UNY. 
perjalanan dari UNY ke TKP cukup jauh dan memakan waktu 1,5 jam. bagaimana denganku? dapat ditebak. apa cobaa?? tiduuuur selama perjalanan! hehehe.. eh tapi gak tidur terus dong. ketika sampai di jalan desa yang kecil aku terbangun. semakin mendekati tempat yang kami tuju, aku mulai melihat pemukiman sementara para korban Merapi. rumahnya seragam semua, rumah bambu berdinding bilik dan beratap seng. ~Ya Allaaaah :'( aku tak sampai hati. ternyata aku jauuuh lebih, bahkan sangat beruntung jika dibandingkan dengan mereka. ampuni aku karena selalu lupa untuk bersyukur, Yaa Robb..~
jalan pun semakin ekstrim. apalagi ketika melewati jalan rusak, kecil, berpasir, dan ada luberan air kali, beuuuh... busnya seakan-akan nyaris terguling *naudzubillah.. di kanan-kiriku, yang terlihat hanyalah hamparan pasir yang bertumpuk-tumpuk, pepohonan yang mati kering, bangkai rumah hancur yang dipenuhi oleh pasir. sungguh dadaku sesak melihatnya :'( bayangkan saja, Kawan... hunian kita yang tadinya adalah tempat paling nyaman sedunia, seketika musnah dan berubah menjadi dunia kelabu akibat guyuran lahar. apa yang akan kau rasakan?? mungkin ketika membayangkan hal itu, terbersit pikiran dalam hati bahwa mati lebih baik daripada hidup sengsara dan diliputi trauma.
pict from here
bus terus melaju. pak sopir sampai berkata, "waduh saya sampai berkeringat gini bawa bus," saking ekstrimnya jalan. kali Gendol berada tepat di depan kami. tentunya teman-teman tahu kali Gendol bukan? kali yang menjadi santapan lahar panas merapi yang mengalir deras. kali yang seketika terkenal di berbagai media berkat amukan sang Merapi. kata Mbak Guide kami, dulunya kali Gendol tidak sebesar sekarang. dulunya kecil. tetapi akibat lintasan lahar merapi, kali Gendol menjadi melebar. hmm... bus pun sempat berhenti untuk memikirkan strategi melewati jalan itu. dengan sangat hati-hati dan tentunya atas kehendak Yang Maha Kuasa, kami berhasil melewati Kali Gendol dengan selamat. terima kasih Allah dan Pak Sopir :)
pict from here
pict from here
tak begitu jauh dari kali Gendol #eh agak jauh juga dink. hehe.. kami terus nanjak melewati jalan yang berliku tajam *beuuh. hingga terlihat dengan jelas di hadapan kami, seonggok Gunung Merapi yang masih berdiri dengan gagahnya. kami terus mendekat ke arahnya. bahkan aku sampai mengira ~wah ke Gunung Merapinya beneran nih~ hho.. namun ternyata perjalanan kami terhenti pada suatu tempat. dan memang itu lah tempat yang kami tuju. yap, SPM :)
eh iya, di sepanjang perjalanan tadi, selalu kubaca tulisan peringatan "AWAS LAHAR DINGIN / AWAN PANAS" atau "ANDA MEMASUKI WILAYAH BAHAYA". aduuh gimana coba rasanya jika membaca peringatan seperti itu. takut gak takut sih.. tapi yang memang takut juga. hho.
begitu keluar dari bus, subhanallaaah.... panas sekali di sana. bahkan lebih panas dari Semarang. higs.. bagaimana mungkin mereka bisa hidup di tengah-tengah kondisi seperti itu. panas, tidur beralaskan tikar, beratapkan seng yang menurutku semakin menambah panas. Yaa Robb... :'( jika bukan karena-Mu, mereka tidak akan bisa bertahan.
berjalan menyusuri rumah korban Merapi, menuju SPM.
lihat lebih dekat!
di ujung gang kecil itu.. di sana lah SPM berada. SPM merupakan tempatnya anak-anak Merapi belajar, bermain, berbagi sukacita, berbagi kebersamaan dan saling berpelukan. SPM mencakup TPA dan SD. sayangnya ketika kami berkunjung ke sana, sekolah sedang libur. kami jadi tidak bisa melihat kegiatan belajar-mengajarnya. ya iya lah... wong hari Minggu.
SPM merupakan lembaga nonprofit yang bergerak dalam bidang sosial. tujuan dari SPM ini sendiri adalah untuk membangkitkan anak Merapi dari trauma pasca bencana Merapi, memberikan fasilitas sekolah darurat bagi anak Merapi, dan mengakomodasi anak Merapi. motto SPM tertulis "karena kebahagiaan adalah milik kami", sumpaaah menyayat hati :'( aktivitas sekolah oleh SPM berlangsung setiap hari kecuali hari libur sekolah seperti sekolah-sekolah biasanya. pengajarnya adalah mahasiswa-mahasiswa UNY, dibantu oleh relawan lainnya juga. dana untuk SPM didapat dari para dermawan dan dermawati yang baik hati dan tidak sombong. hehe.. monggo bagi yang mau menyumbang bisa langsung menghubungi SPM di websitenya saja :)
kegiatan yang kami lakukan kemarin bersama anak-anak Merapi adalah berkumpul, minum susu, mengaji, dan bernyanyi bersama. kami juga membantu relawan SPM untuk memberikan hadiah pada para juara kelas. beruntungnya aku kebagian jatah memberikan hadiah pada Nurul, sang runner-up dari kelas 4 SD. hihii... tapi sayang fotonya tidak sempat kuminta di temanku, peserta dari UNS. lucu deh.. selain para juara kelas, anak-anak yang lain juga tetap berhak mendapatkan hadiah. tapi dengan beberapa syarat. ada yang dites dengan harus menjawab satu pertanyaan dari bu guru dulu, ada juga yang otomatis mendapat hadiah jika rajin menulis diary. ~waah aku mau dong, Bu Guru... aku kan rajin nulis diary :D~ ada lagi yang lucu.. aku melihat ada salah seorang anak yang memakai pin bergambar almarhum Mbah Marijan, di bawah gambarnya ada tulisan 'Mbah Marijan, Presiden Merapi'. hihii
adek kecil yang lagi berdiri pake baju merah lucu deh, tapi gak mau difoto. huhuu
ibu guru Putri (kerudung ungu) sedang membagi-bagikan hadiah.
"aku adalah malaikat, tugasku mencabut nyawa. siapakah aku?" tanya ibu guru. 
"siapa yaa? aku gak tau, Bu.." dengan polosnya :)
notes:
- maaf yaa foto sekitar kali Gendol dapat copast. soalnya aku tidak sempat mengkopi foto-fotonya dari temanku. ketika acara usai, dia langsung pulang pakai motor sedangkan aku tetap di bus. huhuu 
- Terima kasih, Ya Robb telah memepertemukanku dengan anak Merapi dan SPM. semoga ini bisa menjadi bekal untukku kelak yang bercita-cita mendirikan taman belajar di sekitar rumahku :) 
- sungguh bersama mereka begitu mengingatkanku akan kuasa-Mu, Allah...
- ikut FSLDK ISIP, jadi nambah teman baru deh :D
- pulangnya, di bus (Jogja-Semarang) bau duren. aku ngomel melulu jadinya. selama perjalanan aku berasa sesak nafas akibat bau duren. nyoba tidur gak tidur-tidur juga. minum antimo tetap gak mau tidur. nyoba menikmati pemandangan di luar kaca malah pusing. akhirnya, muntah deh sekresek kecil penuh. belum selesai sampai di situ.. turun dari bus muntah lagi deh di pinggir jalan Banyumanik. wuahahaa... maafin aku ya, Na, jadi ngerepotin kamu kayak anak kecil. hihii.. untung ada Isna. coba kalau sendirian, malu-maluin deh masa iya muntah berantakan. hahahaa

by. si Famysa, nice Xperience :)

Kamis, 15 Desember 2011

Nurse of TeKa

sebelum hari pelaksanaannya sih, aku biasa-biasa saja terhadap Teka (Temu Keakraban) Administrasi Publik 2011. bahkan cenderung cuek karena pada saat detik-detik terakhir persiapan Teka, bentrok sama persiapan LKMI. sebagai sekretaris di LKMI, tentunya pikiranku lebih terkuras ke sana, aku lebih memikirkan bagaimana LKMI akan berlangsung dengan persiapan yang alakadarnya dan kurangnya personil. higs :'(
#1 day
sampai pada waktu pelaksanaan Teka tiba, barulah aku merasa super sibuk. di awal keberangkatan, aku harus membagi-bagikan kresek anti mabok dan antimo pada tiap-tiap PJ bus. huft.. senangnya aku karena setidaknya di bus 2 (tempatku menumpang) tidak ada peserta yang mengeluh penyakit perjalanan. 
sesampainya di Hotel Kartika Wisata, Kopeng, Salatiga, keadaan masih aman terkendali (keadaan = kesehatan peserta maksudnya). hingga malam tiba, ketika itu sedang berlangsung acara pembukaan dan sambutan-sambutan, mulai banyak panitia yang melapor padaku banyak peserta yang sakit. panitia A memberi tahu ada peserta di pojok kiri yang sakit, panitia B memberi tahu ada peserta yang butuh kayu putih, panitia C memberi tahu ada peserta di bagian tengah yang butuh tolak angin. whuaa si aku mulai bingung. kucoba tangani peserta yang sakit satu persatu. ketika aku menghampiri peserta yang tertunduk lesu (sebut saja namanya Linda), kutanya dia kenapa. dia bilang tidak apa-apa. padahal sudah jelas-jelas badannya demam. kutawari dia minum obat. awalnya dia menolak, tapi karena kupaksa akhirnya dia mau. setelah minum obat, dia tetap tidak berkutik di ruangan itu. kupikir lebih baik dia istirahat di kamar daripada tetap di aula tapi tidak bisa fokus, merepotkan teman-temannya, mengganggu suasana peserta lain yang sedang bersuka ria. well, finally i bring her to her room. belum beberapa lama aku mengurusi Linda di kamarnya, aku mendapat laporan bahwa ada peserta yang pingsan karena alergi dingin dan asma. whuaa aku panik #lebayisasi. kutitipkan Linda pada petugas kesehatan yang lain, sedangkan aku meluncur ke tempat si pingsan diamankan (sebut saja namanya Dinda). ooo maan... wajahnya pucat, nafasnya terengah-engah. untungnya dia tidak lupa membawa semprotan asmanya (gak tau namanya maklum). kalau sampai lupa mah beuuh ya bisa-bisa berabe. bagian kesehatan kan tidak menyediakan obat mahal dan pribadi seperti itu (ketahuan kere dananya deh --"). alhamdulillah si Dinda ini lama-lama membaik juga. dia minta dijemput bapaknya pulang. syukurlaah satu tugas berkurang. hehe..
heran sama foto ini kenapa berkali-kali diupload hasilnya tetap rusak? >,<
aku kembali lagi ke aula. di tengah-tengah ramainya aula oleh tawa panitia maupun peserta, tiba-tiba ada peserta yang menyingkir ke pinggir. kuhampiri dia. katanya dia sakit perut. aku belum mengerti dia sakit perut kenapa. kutanya apakah diare, masuk angin, atau sakit karena haid, jawabnya bukan semuanya. dia juga tidak mengerti itu sakit perut karena apa, yang jelas bukan karena beberapa hal yang kusebutkan tadi. dia hanya minta kayu putih, dan selesai deh.
di penghujung acara.. "Syif, ada yang pingsan!" buru-buru kuhampiri peserta yang pingsan tersebut. aku dan petugas kesehatan lainnya, serta dibantu juga oleh panitia non kesehatan agak kesulitan menyadarkan peserta itu dari pingsannya (sebut saja namanya Pipi). Pipi tak kunjung bangun walaupun sudah kami pijat-pijat keras, kami beri kayu putih, kami tampar-tampar pipinya (jahat ya. hho). setelah agak lama, Pipi baru sadar. tapi tingkat kesadarannya hanya satu persekian persen. haduuh... proses menyadarkannya 100% inilah yang agak ribet. dan pokoKnya singkat cerita, sadarlah dia 100%.
acara pada hari pertama berakhir sudah, peserta dan panitia diperbolehkan untuk bercumbu dengan kamarnya masing-masing. dan apa yang terjadi... baru saja aku masuk kamar, ada laporan bahwa peserta di kamar sekian dan sekian ada yang sakit. kudatangi kamar pertama dulu. ternyata yang sakitnya itu ya yang tadi di aula sakit perut gak jelas. tapi dia bilang dia tidak apa-apa dan tidak membutuhkan obat apapun. ok, lalu kutinggalkan saja nomor hapeku agar jika dia kenapa-kenapa tinggal sms saja. satu persatu kamar kudatangi dan kutanyai, "semuanya sehat kaann? apa ada yang sakiit? butuh obaat?". sampai pada kamar peserta perempuan yang terujung, ada yang mengeluh sakit maag. kuberi dia obat maag, dan selesai. aku lanjutkan perjalananku ke kamar laki-laki.
alhamdulillah di kamar laki-laki keadaan aman terkendali. hanya kutemukan peserta yang meminta tolak angin dan plester saja.

#2 day
sebelum senam dimulai, aku mengunjungi Linda dahulu untuk memberinya makan dan minum obat. kaget juga aku ketika sampai kamarnya ternyata di sebelahnya Linda juga terbaring teman lainnya yang sakit. alhamdulillahnya dia (sebut saja namanya Opi) masih kuat untuk bicara, dan Opi bilang dia sudah minta dijemput bapaknya pulang. bagus! dua peserta gugur meninggalkan medan perang.
saat senam (kalau ada yang ngeluh sakit pagi-pagi gini kelewatan deh --"), amaaan. hehe.. selesai senam, kami semua bersiap-siap pergi outbond. outbond pun diawali dengan penanaman pohon berjamaah di Taman Nasional Gunung Merbabu. lalu lanjut dengan outbond menyusuri pos demi pos. aku kebagian bertugas menjaga pos 1 sebagai sinyal hijau bagi panitia yang jaga di basement. nah berhubung di pos 1 ini para peserta harus turun ke sungai melewati turunan yang licin, maka si aku membantu peserta untuk turun dan naik dengan tambang dadung (kecil).
beres sudah di pos 1, kini saatnya aku mengontrol keadaan para peserta ke setiap pos. aku berjalan ditemani Nindy. waktu itu banyak yang mengeluh maagnya kambuh. ya mungkin itu akibat dari jadwal yang molor. seharusnya sudah masuk waktu makan siang, beberapa peserta malah baru beres dari pos 1. jadi deh obat maag laris. selain obat maag, plester pun juga laris. namanya juga outbond, wajar deh kalau banyak yang terluka lecet atau tergores sesuatu.
setelah kupastikan peserta yang masih dalam perjalanan dari pos ke pos dalam keadaan aman terkendali, kuputuskan untuk duluan ke basement. karena jujur aku capek juga mondar-mandir pos. wkwk #tidak baik, tidak untuk ditiru! dan untungnya aku segera ke basement, karena di sana ada peserta yang terluka kakinya. aku dan Ayu pun segera mengobatinya. ketika aku mengobati dan melihat lukanya, aku berkata seperti ini, "untung gak ada darahnya." lalu si peserta yang terluka itu bertanya, "emang kenapa, Kak?" sontak Ayu yang menjawabnya, "dia kan takut darah." bwahaha ketahuan deh kalau aku bukan petugas kesehatan yang profesional :D
setelah semua peserta berkumpul, panitia telah merancang sebuah games istimewa untuk para peserta. tawuran! ya, tawuran boo :D panitia melempari peserta dengan air (dari plastik, botol, gayung, ember, & bak) agar lilin yang dibawa oleh peserta padam sebelum sampai garis finish. nah, efek samping yang timbul dari tawuran ini adalah banyak peserta yang kedinginan. dan itu membuatku harus keliling menawarkan kayu putih. sampai bahkan ada peserta yang demam akibat sudahlah dia sedari tadi berpakaian basah, tawuran pula. hufftt.. kuberilah dia obat penurun demam. parahnya lagi, ada peserta yang terluka cukup ekstrim akibat terkena lemparan bak berisi air dari panitia tadi. telapak tangannya lecet, berdarah sedikit. tangannya merah, ada luka-luka goresan dan memar. dan punggungnya... wow! merah dan memar. jelas aku panik. secara, di kotak obat-obatan tidak tersedia obat untuk luka dalam seperti memar. akhirnya luka di punggungnya hanya kubersihkan saja. kubilang padanya jika nanti masih sakit juga hubungi panitia kesehatan saja. agak gimanaa gitu memang pada saat membersihkan punggungnya yang luka. habis mau gimana lagi, wong tidak ada petugas kesehatan laki-laki. panitia laki-laki lain yang sekiranya dapat dimintai tolong pun tidak ada. hmm... ya sudahlah, daripada anak orang kutelantarkan, lebih baik kuobati saja.
malamnya... aku kembali menjaga Linda yang tak kunjung sembuh dari sakitnya di kamarnya. saat itu aku berpikir, sedih banget di Teka gak bisa lihat pensi. padahal pensi adalah acara yang paling kutunggu-tunggu. higs... mahal-mahal bayar gak bisa nonton pensi :'(. yaa gitu deh kalau sedang galau. tapi ya wajar dong namanya perawat juga manusia. karena saking galaunya dan karena kulihat Linda sedang tertidur pulas, aku memutuskan untuk ikut tidur barang sebentar saja. baru saja aku menutup mata, terdengar bunyi ketukan yang memanggil-manggil namaku. mereka meminta obat. ketukan dan panggilan itu tidak hanya satu atau dua kali saja, mungkin hingga 10 kali atau bahkan lebih. padahal sudah kubilaaang, kotak obat semuanya dibawa Ayu. aku di kamar Linda hanya menjaga Linda dan mengambil obat-obatan Linda saja. whuaa tidur pun tak terlaksana.

#3 day
pagi hari ketika sarapan, sudah ada panggilan meminta pertolongan dari peserta. kuhampiri. kutanya kenapa. dia menunjukkan luka kecil dengan darah kecil pula di jari tangannya. yaelaah gini doang mesti manggil gue --". pikiran seperti itu tak bisa aku tepis. tapi walaupun begitu, aku tetap mengobatinya dengan lembut #dusta! setelah itu aku yang hendak mengantarkan makanan pada Linda dicegah oleh peserta satu kamarnya. mereka bilang Linda sudah baikan, bahkan sekarang saja dia akan ikut sarapan bersama kita di aula. senanglah aku. akhirnya si Linda ini ada kekuatan juga :) tapi.. tapi eiiits... tak berapa lama, ada yang melapor padaku bahwa lagi-lagi ada peserta yang sakit. setelah kulihat, "ini sih Linda." Linda pun harus kembali lagi ke kamarnya. kutanya teman-temannya Linda tadi sempat sarapan tidak. teman-temannya menjawab Linda tetap tidak mau makan (dari hari pertama sakit), dia malah muntah (muntah cairan tubuh). jujur ada rasa kesal dalam hatiku. si Linda ini sakit, anak rantau, tapi dia tidak tahu bagaimana menghadapi dan melawan sakitnya. dia hanya menangis dan mengeluh. dia tidak mau makan, bagaimana bisa minum obat. dia tidak mau makan, bagaimana mungkin ada yang membantu melawan penyakit dalam tubuhnya. mamahku selalu bilang jika aku sakit aku tetap harus makan walaupun rasanya tidak enak, sebab asupan makanan itulah yang akan membantuku melawan penyakitku. kalau tidak makan ya lemas, mana bisa ada tenaga untuk bangkit dari sakit. huh.
Linda terus mengeluh, "dingiiin, Kak... kakinya dingiiin." buseet daah... waktu si Linda bilang kakinya dingin dengan wajah yang amat memprihatinkan, aku langsung berpikir bukannya dicabut nyawa itu dari kaki dulu ya? katanya sih kalau kakinya dingin berarti sudah dekat dengan ajalnya -- aduuh jangan mati di sini dong, nanti aku yang disalahin. bukannya itu pikiran gila!? hahah tapi ya memang itu yang langsung terlintas saking paniknya dan tak tahu harus berbuat apa. sudah dikompres dengan air hangat, sudah digosok-gosok dengan kayu putih, sudah pakai selimut 3, sarung tangan, kaos kaki, jaket, dia tetap kedinginan. alamaaakk... anak orang iniii >,< jalan terakhir yang kami tempuh adalah menuntunnya untuk tetap mengingat Allah dengan berdzikir dan membantunya untuk berpikir positif bahwa dia pasti bisa sembuh.
menurut laporan dokter yang memeriksa Linda, Linda hanya demam biasa. dia cuma capek, kedinginan, bercampur dengan nyeri haid jadi satu. menurut laporan dari teman-temannya, sebelum berangkat Teka Linda memang sedang dalam keadaan sakit. dia sering tidak masuk kuliah. dan kadang saat kuliah pun dia sering terlihat pucat. intinya si Linda ini memang sering sakit-sakitan. aku menyimpulkan bahwa Linda seperti sekarang ini karena faktor jauh dari orang tua. dulu juga pernah ada temanku yang seperti Linda. waktu SMP sehat-sehat saja, eh ketika SMA di rantau dia jadi sakit-sakitan.
ketika Linda sudah bisa tertidur tenang, aku kembali ke aula. tak terasa acara Teka pun berakhir sudah. saatnya pulaaang :D good bye nurse! hehe..
but totally i'm very happy cause i can took a picture in the middle of ILALANG :)

by. si Famysa, masih sakit :(

Selasa, 13 Desember 2011

Dapatkah Bumiku Sehijau Ini?

tanggal 3 Desember lalu, aku beserta kawan-kawan FKMM (Forum Keluarga Mahasiswa Muslim) FISIP Undip melancong ke Limbangan, Kendal. kami ke sana untuk melakukan survey tempat yang akan digunakan untuk acara LKMI (Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Islam).
pukul 10 lebih kami mulai bersiap untuk berangkat. kami yang terdiri dari tujuh orang yaitu aku, Zizah, Lia, Mba Ratih, Mas Dhani, dan A Bayu janji bertemu di pom bensin Undip. setelah semuanya berkumpul, berangkatlah kami ke tempat yang dituju. eh tapi sebelum ke Limbangan, kami mampir dulu ke sebuah penginapan di daerah UNNES. dan ternyata memang tempat di penginapan tersebut penuh, jadilah kami melancong ke Limbangan. hehe
sesampainya di Limbangan, setelah sebelumnya sempat menyasar dulu ke sana-ke mari (mencari alamat #eh), kami disuguhi udara yang sejuk, lingkungan yang asri, hijau, tenang, damai, aahh pokoknya adem banget ke hati deh. kami sempat kaget begitu kami sampai dan bertemu dengan bapak (yang punya wilayah, link-nya Mba Ratih), kok banyak anak SMA berkumpul. sedang apakah mereka? bahkan ketika kami mengobrol, mengutarakan maksud kedatangan kami pun, anak-anak SMA itu ikut nimbrung. semakin tanda tanya besar deh.
nah, ternyataa... anak-anak SMA itu adalah anggota dari Morester, tim pecinta alam di Kendal. mereka menawarkan diri untuk membantu jalannya acara kami. barangkali kami butuh pemandu untuk outbond gitu, mereka siap. mereka juga menawarkan melakukan kegiatan penanaman pohon. waah, aku sudah membayangkan seru tuh. apalagi banyak brondongnya. ahihii #alamak keceplosan BD bapaknya cerita bahwa kegiatan Morester sangat positif. sebagai pecinta alam, kerjaan mereka tidak hanya mendaki gunung, lewati lembah saja, tetapi memang benar-benar praktek dan menunjukkan bahwa mereka mencintai alam. kegiatan yang paling sering dilakukan adalah penanaman pohon, menyemai bibit pohon lalu menjualnya, menjaga kebersihan lingkungan, dan tak kalah ketinggalan ya mendaki-daki itu tadi. hmm... ini nih yang namanya pecinta alam. karena jujur aku memang sangat suka dengan alam, aku suka hiking, climbing, rafting, dll, tapi ketika di SMA dulu ada pecinta alam, aku tidak tertarik untuk bergabung ke dalamnya. soalnya yang aku lihat kegiatan mereka ya itu tadi, sekedar berpetualang menaklukkan ganasnya gunung, menjinakkan air, dan lain sebagainya, tetapi mereka tidak peduli tuh dengan lingkungan sekolahnya sendiri. bahkan buang sampah sembarangan. itu sih bukan pecinta alam namanya. --" pokoknya aku baru menemukan pecinta alam yang benar-benar mencintai alam. Morester! :) terlebih lagi, selain pecinta alam, mereka juga multitalenta loh. ada yang jago nari, nyanyi, ngeband, dll. salut dehh!
tak begitu lama berbincang-bincang dengan bapaknya dan Morester, kami langsung diantar ke rumah Pak Kadus (Kadus atau Kadis ya? ah itu deh pokoknya. wkwk) untuk meminta izin memakai wilayahnya sebagai tempat kami dan peserta nanti bermalam dan melaksanakan kegiatan kami. ketika kami duduk, suguhan pun datang. hehe.. teh manis hangat dan kripik singkong. hmm... sesuai dengan dinginnya cuaca di sana. tapiii... sayangnya aku tak bisa memakan kripik singkongnya sepuas hatiku. habis bunyi kunyahannya berisik sih. kan maluu... (tumben punya malu =O)
ada yang membuat kami salut dengan kehidupan di desa yang jauh dari keramaian. mereka sangat memperlakukan tamunya dengan baik dan sopan. bayangkan saja, dari pertama kami datang, sambutannya luar biasa. semua orang menunggu di depan, tidak justru menunggu tamu mengetuk pintu dulu. mereka sangat welcome. berbeda sekali dengan kehidupan di kota. selain cara penyambutan tamu yang luar biasa, mereka juga memiliki prinsip yang luar biasa. mereka tidak butuh untuk menjadi jutawan, dengan bertani dan bisa makan tanpa kesusahan pun sudah cukup bagi mereka. mereka memilih hidup tenang dan damai tanpa neko-neko seperti orang kota. hmm... berasa pengeen gitu tinggal di tempat seperti itu. tapiiii.... di sisi lain si aku juga ingin menikmati gemerlapnya kehidupan kota. hehehe *galauers
sawah yang indah ^^
siapa mau rumahnya di situu??
pemandangan menuju rumah Pak Kadus
masker kite gahoool :D
notes: 
- sayang tidak ada foto Morester >_<
- pemirsa jangan melihat tanggal di bawah kanan foto ya.. itu settingan tanggal di kameranya yang salah --"
- si aku sedang sangat rindu dengan suasana alam. si aku rindu hiking. huk

by. si famysa, is sick

Kamis, 08 Desember 2011

Sebab Ku Kasihi Dia


Oleh: Syifa Azmy Khoirunnisa

Awal bulan November setahun silam di rumah tanteku...
“Sitiiiii......” teriak Enek sangat kencang dan mengkhawatirkan dari kamarnya.
Ternyata Enek terjatuh di kamar mandi ketika hendak buang air kecil.
Tak ada yang bisa mengembalikan luka menjadi suka. Tak ada yang bisa mengembalikan sesal menjadi putusan. Semua telah terjadi. Kini tubuh renta yang acapkali mencoba untuk pergi hanya bisa terbaring kaku di atas kasur merahku. Usahanya untuk terbang mengejar rajawali ternyata sia-sia, karena kini dia tertahan dalam sebuah penjara diri. Bukan... penjara diri bukanlah penjara tempatnya orang-orang kriminal. Penjara diri hanyalah sekat tipis antara dunia nyata dan tidak nyata.
Sempat kusesali mengapa harus kamarku yang dijadikan kamar Enek. Meskipun hanya sementara, tapi tetap saja itu membuat keadaan kamarku berubah. Ahh... tak ada guna. Biarkan saja hatiku yang mencoba berkompromi dengan akalku.
Enek kini entah hidup di dunia mana. Antara dunia nyata dan tidak nyata, adakah dunia itu?
Tawanya kadang mengajakku untuk ikut tersenyum. Lucu memang. Seperti bayi yang tiba-tiba tersenyum ketika bermimpi indah. Kupikir lebih baik dia tenggelam dalam tawa. Setidaknya sedikit tawa itu dapat memperlambat sel-sel sarafnya terputus dan membantu asam lambungnya membaik.
Namun tawanya tak pernah lama. Selepas tawa, seperti datang gemuruh ombak menyapu setiap kecantikan bibir yang merekah indah. Enek kembali bergulat dengan bayangan-bayangan yang ada dalam dunianya. “pergi kamu, Setan! Pergi jauh-jauh dariku. Jangan pernah kau datangi aku lagi. Aku muak padamu. Anjing!”
  Aku malu. Aku benci. Aku prihatin. Malu karena dia adalah nenekku. Benci karena dia menjadi orang yang setengah waras-setengah gila, walau pada kenyataannya prosentase kegilaannya jauh lebih tinggi ketimbang kewarasannya. Prihatin karena dia tak kunjung dijemput Aki untuk hidup kekal bersamanya. Ya.. mati. Aki telah mati. Dan kupikir hanya mati lah yang dapat membebaskan Enek dari belenggu penjara diri.
Rasa benciku mulai menjalar pada ibu dan adikku. Mereka pergi. Apalagi ibuku. Dia sepertinya memang sengaja pergi dan tak pulang hingga malam. Tinggallah aku berdua dengan Enek di rumah. Satu hal yang sangat tidak aku inginkan terjadi.
Dengan sangat amat terpaksa, aku harus memberi Enek makan. Itupun demi melaksanakan perintah ibuku. Aku bingung dengan pesan ibu, ‘tolong beri Enek makan. Makanannya ada di meja.’ Meja manakah yang dimaksud? Asumsiku hanya terpaku pada meja makan tua peninggalan ayahku itu. Kubuka tutup saji, namun tak kulihat apa-apa kecuali goreng pisang yang sudah layu. Inikah makanan Enek? Hanya goreng pisang selama berhari-hari.
Kutengok kamarku yang dipinjam oleh Enek. Tak kudengar lagi Enek mengoceh dengan bayangan-bayangan dalam dunianya. Enek tetap terbaring. Mungkin dia tidur. Lantas aku tak tahu harus kuapakan pisang goreng ini. Sempat aku bergetar dibuatnya. Aku bergetar takut melihat Enek seperti mayat hidup. Kutanya ibu, katanya sediakan saja di sampingnya nanti juga dimakan. Baik, akhirnya dengan tutup hidung aku mendekati Enek. Semakin dekat, uh! Baunya semakin tidak karuan. Antara bau makanan yang sudah membusuk dikerumuti semut, bau Enek yang semakin menua, bau pampers adult tempat Enek mengeluarkan segala isi perutnya. Aku muak, mual, sedih.
Salahkah indera penciumanku jika aku mencium bau tak sedap? Lalu salahkah refleks mulutku yang mengeluh ‘uh bau...’ ketika indera penciumanku mengirim data pada otak dan memutuskan bahwa itu adalah bau. Oh sepertinya selama Enek masih tetap tinggal di sini aku tak akan ada henti-hentinya mengeluh dan mengeluh.
Enek terbangung ketika aku tepat berada di sampingnya untuk menyimpan makanannya. Dia menyadari keberadaanku makanya dia terbangun. Yaa Tuhan, apa yang harus kulakukan? Aku tak mau menyuapinya. Aku hanya ingin membiarkan dia makan sendiri tanpa harus kusuapi.
“Dah.. Odah... Odah bukan?” tanya Enek. Mungkin dia melihat sosok yang mirip dengan Odah –ibuku- namun dia ragu apa benar sosok itu adalah ibuku –anaknya-.
“bukan, Nek. Ibunya kan sedang kerja. Ini Nyai Uni.” Jawabku sekenanya.
“oh iya ya.. Odahnya kan kerja.”
Dia bahkan tidak memperhatikanku. Dia tidak ingat padaku, cucunya yang dulu menjadi cucu emasnya. Dulu Enek bangga kepadaku karena aku selalu ranking satu di kelas. Enek bangga karena aku mewarisi kecerdasannya. Enek merasa tidak sia-sia menyekolahkan ibuku hingga perguruan tinggi, karena aku –cucunya- juga menjadi anak yang cerdas. Aku pun kerap dibawa Enek ke kondangan-kondangan. Dia ingin menunjukkan pada semua teman-temannya bahwa inilah cucu dari anaknya yang berhasil menjadi sarjana. Memang hanya ibuku yang kuliah. Pamanku –kakaknya-, tante dan omku –adiknya- tidak ada yang kuliah. Jadilah aku menjadi cucu emas Enek. Namun kini... satu-satunya yang dia ingat di rumah ini hanyalah ibuku.
Tangisku pun membuncah. Aku tak bisa menahan bulir-bulir itu berjatuhan. Lelah aku memaksa untuk bertarung, pada akhirnya aku memang harus menyerah. Kubiarkan air mataku mengalir perlahan. Melewati pelupuk mataku, pipiku, hidungku, bibirku, dan jatuh..
Aku keluar walau tetap mengintip untuk mengawasi. Kubiarkan Enek menggapai makanannya sendiri. Dengan tangan kirinya dia mengambil satu buah goreng pisang yang tadi kutaruh di sampingnya. Enek terlihat sangat riang ketika melahap segigit demi segigit goreng pisang. Entah apa lagi yang tergambar dalam benaknya sekarang.
Aku masih mengingat hari itu. Hari pertama Enek dipindahkan ke rumahku karena om dan tanteku harus bekerja di luar negeri.
“Sitiiiii........” panggil Enek.
“Sitinya gak ada, Mak. Kan lagi di luar negeri sama suaminya.” Jawab ibuku.
“ooh emang ini Emak dimana?”
“di rumah Odah, di Bandung.”
“Emak kira Emak masih ada di Karawang sama Siti.”
Selesai bertanya, Enek kembali sibuk dengan dunianya. Dia mengobrol entah dengan siapa, entah membicarakan apa, kadang terbahak-bahak, kadang mengumpat, kadang seperti sedang dikejar-kejar ketakutan. Enek sepertinya bahagia dengan dunianya sendiri. Mungkin di sana dia bisa berjalan, bahkan berlari. Mungkin juga di sana dia mempunyai banyak teman yang kini telah mendahului Enek menghadap Yang Maha Kuasa. Tak jarang pikiran ingin masuk ke dunia Enek melintas di depan mataku. Tapi itu tidak mungkin karena dunia kami berbeda. Dunia kami terhalang oleh ruang. Aku nyata, Enek hanya berkhayal.
Ibu pernah memintaku untuk mengelap badan Enek dan menggantikan popoknya. Jelas saja aku menolak. Mengurus bayi mungil yang lucu pun aku tidak mau, apalagi mengurus nenek jompo lumpuh seperti itu.
Kudengar dari luar kamar Enek ketika ibu sedang menyuapinya makan bakso..
Oh ya, awalnya aku heran kenapa ibu memberi Enek makan bakso, bukannya nasi. Ternyata kata ibu, sekarang Enek sudah tidak mau lagi makan nasi. Aku hanya mengangguk-angguk kecil.
“Odah.. si Engkus sih mana? Kok jarang kelihatan.”
Ibu menjawab lirih, “dia lagi sibuk-sibuknya kerja, Mak. Jadinya gak sempat pulang untuk ketemu Emak.”
Enek. Andai dia tahu. Ibu dan Engkus –ayahku- sudah lama berpisah. Ayahku kini telah bahagia bersama yang lain. Aku benci Enek jika sampai Enek melukai perasaan ibuku. Terlebih lagi ketika Enek memanggil adikku dengan nama Mahmud. Mahmud bukan nama adikku, Nek! Dan dia sekarang sudah kelas 1 SMP, bukan bayi lagi. Aku hanya bisa berharap agar Enek bisa segera menghentikan kegilaannya. Dia terlalu terbuai oleh dunianya. Oh dadaku terlalu sesak.
Dan untuk yang kesekian kalinya, lagi-lagi ibu membiarkanku berduaan dengan Enek di rumah. Ibu sok romantis ingin mendekatkan aku dengan Enek. Aku tak suka.
Aku hendak mengambil baju yang ada di lemariku di kamar Enek. Bersamaan dengan suara decit pintu lemari, sayup-sayup kudengar ada suara yang memanggilku. ‘Nyi Uni’. Aku berbalik. Ternyata Enek yang memanggilku. Enek mengingatku. Enek tidak lagi memanggilku Odah.
Mataku berkaca-kaca, tapi aku tidak boleh menangis. Perasaan aneh bercampur takjub dalam hatiku meluap-luap tidak terbendung. Enek sedang mengajakku bicara. Aku harus bisa mengalahkan perlawanan air mataku yang ingin terbebas dari sangkarnya. Aku harus tetap berbicara dengan Enek.
Hanya lima menit aku berbicara dengan Enek sebagai Nyi Uni. Biasanya aku harus berdusta, berpura-pura bahwa aku adalah Odah. Dan aku terlalu muak. Kini setelah tak lebih dari lima menit Enek mengingatku, Enek kembali larut dalam dunianya. Ahh...
Suatu malam ketika aku sedang duduk berdua dengan ibuku.. Hening yang tercipta dibuyarkan oleh umpatan Enek yang semakin keras. “Goblok, Sialan, Bangsaaat!! Pergii... pergiii!!”
“Bu, tidakkah Enek capek mengumpat, menyumpah-serapah setiap hari? Aku saja sampai capek mendengarnya. Bukannya kata dokter juga penyakit Enek menjadi semakin parah karena kesempitan hatinya. Kerjaannya tiap hari saja begitu. Gimana mau sembuh. Sudah lumpuh, maag, terus nanti penyakit apa lagi yang akan muncul coba, Bu.”
Ibuku hanya tersenyum tanpa menjawab dengan satu kata pun.
Tanpa sadar senyuman ibu telah membuatku takut. Yaa Tuhaaan... tidak! Jangan biarkan pikiran buruk yang sesaat melintas di benak ini terjadi. 

by. si Famysa, banyak PR

Mijn Vriend