Oleh: Syifa Azmy Khoirunnisa
Langit sudah tak lagi berwarna biru. Jingganya memantul di jendela rumahku, membias ke seluruh ruangan. Rumahku terasa seperti istana yang sangat luas, hingga derap langkahku dapat terdengar oleh indera keseimbanganku. Tiba-tiba jingganya langit pergi entah kemana. Datanglah hitamnya malam ditemani semilir angin yang juga mengundang bulir-bulir pembuka pintu rejeki menyambangi rumahku. Kami hanya berdua bertemankan televisi mungil kesayangan kami. Hanya ada aku dan mamahku.
Hujan di luar semakin deras. Tak jarang kilatan cahaya pun datang mendahului gelegar petir yang dapat menggetarkan jendela rumahku. Akhirnya televisi dimatikan oleh mamahku agar aman dari sambaran petir.
Seketika gelap.......
“Maaah... gelaaap... mati lampu...”
Dan, cekrees... Dua lilin kecil pun ikut menyaksikan kebersamaan kami.
Mamah sudah hampir terlelap di kursi panjang di ruang tengah. Sedangkan mataku belum saja dapat terpejam. Aku takut pada hujan kali itu. Apalagi tanpa kehadiran bapak di tengah-tengah kami karena alasan sibuknya pekerjaan. Hening dan sunyi yang tercipta memancingku untuk memulai pembicaraan.
“Mah, kenapa namaku Syifa Azmy Khoirunnisa? Kan kebagusan, Mah. Diantara teman-temanku yang lain tidak ada yang punya nama sebagus namaku.”
“ooh.. sebenarnya nama itu Mamah tiru dari nama anak seorang teman mamah. Namanya Syifa Khoirunnisa. Jadi Mamah tambahin saja Azmy di tengah-tengahnya. Hehe..” jawab mamahku dibarengi tawanya.
“loh memangnya apa alasannya kok Mamah niru nama itu?” tanyaku keheranan.
“karena artinya sangat indah. Syifa berarti obat, Khoirunnisa berarti wanita yang baik. Yaa... Mamah sih berharapnya kamu bisa sesuai dengan namamu.”
“ooohh...” aku mengangguk kecil.
Ketika aku baru akan benar-benar memejamkan mata, mamah justru kembali berbicara. Kuurungkan niatku untuk tidur. Kudengarkan mamahku tercinta bercerita.
“dulu waktu teman Mamah mengandung anaknya yang dia namakan Syifa Khoirunnisa itu, tadinya dia sudah mau minta cerai pada suaminya. Eh tapi ternyata dia sedang hamil. Waktu dia tahu dia hamil, dia gak jadi deh minta cerainya. Akhirnya selama kehamilannya, kondisi dia dan suaminya membaik. Hingga lahirlah seorang bayi perempuan. Nah, karena bayi itu dia anggap sebagai pemersatu dia dan suaminya, maka dia namakan bayinya Syifa yang berarti obat bagi hatinya yang sempat terluka. Dan Khoirunnisa yang dia anggap dapat menjadi mantra agar obat hatinya itu kelak dapat menjadi wanita baik. Wanita baik yang bisa lebih baik darinya, lebih baik dalam membina hubungan dengan suaminya.”
Lagi-lagi aku berkomentar, “oooohh..... loh.. loh.. lalu Azmy itu apa dong artinya?”
“Azmy itu diambil dari kata Ulul Azmi, julukan bagi para Rasul yang telah teruji keimanannya. Karena saking kuatnya mereka dalam menjalankan perintah-Nya, lebih kuat dari nabi-nabi lain makanya Allah memberi keistimewaan predikat Ulul Azmi bagi mereka.”
Aku pun tertidur lelap. Tidurku kala itu dihiasi oleh senyum yang sangat indah. Sungguh tak kusangka arti dari namaku sedahsyat itu.
Kemarin telah menjadi waktu yang lampau bagiku. Kemarin telah menjadi sejarah dan kenangan manis maupun pahit dalam memori dan hatiku. Esok aku tak tahu akan seperti apa. Yang kutahu kini mereka sedang mengurusi segalanya di meja hijau. Entah berkas apa saja yang mereka bawa aku sungguh-sungguh tak mengerti.
Nilaiku hancur. Prestasiku menurun. Dari angka 5 menjadi angka 27. Bayangkan saja betapa sangat terbebaninya hati dan pikiranku. Kehidupan sosialku berantakan. Sering mondar-mandir ke ruang BK. Bahkan sering pula guru BK mengunjungi tempat kosku. Aku jatuh sakit hanya karena menangis. Aku lemas. Aku lemah tak berdaya apa-apa untuk mengembalikan semuanya pada suasana baik-baik saja.
...if i was invisible... and i could just watch you in your room.. if i was invisible...
Telpon genggamku berdering tanda ada panggilan masuk. Ternyata dari bibiku.
“Teh, kamu jangan menyalahkan mamahmu karena meminta cerai pada bapak. Mungkin cerai dari bapak memang hal yang bisa membuat mamahmu bahagia, Teh. Teteh gak tahu kan gimana kelakuan bapak teteh sebenarnya selama ini? Bapak teteh terlalu pintar bohong, dia jago bersandiwara. Bahkan sekarang sampai Teteh saja bisa menyalahkan mamah atas semuanya. Padahal tidak, Teh. Ya mungkin mamah Teteh memang salah. Tapi bapak teteh juga salah. Biarkan mamah Teteh bahagia. Kalau memang sudah tidak ada jalan lain kecuali cerai, ikhlaskan, Teh. Asal Teteh tahu ya, dari sebelum ada Teteh juga mamah Teteh itu sudah tidak kuat hidup bersama bapak. Dia selalu mengeluh pada keluarga ‘apa cerai saja ya?’. Tapi mamah Teteh selalu berusaha untuk diam dan mengalah. Walaupun bapak egois, walaupun bapak sering meninggalkan mamah, dan asal Teteh tahu juga... walaupun bapak berbohong bujangan ketika menikah dengan mamah padahal dia duda yang meninggalkan istrinya yang sedang hamil muda, mamah Teteh tetap bertahan. Dia menganggap dia bisa memperbaikinya. Dia menganggap sabar dan diamnya itu bisa menyelesaikan masalah. Padahal tidak. Itu hanya menjadi bom waktu bagi mamah teteh. Dan bom itu ternyata sekarang lah waktu meledaknya.”
Tangisku meledak seketika. Aku bahkan hampir tak sadarkan diri dibuatnya. Kupingku panas, hatiku panas, otakku panas, jiwa dan ragaku panas. Aku roboh. Ruangan berukuran 3 x 3 meter itu menjadi saksi linangan air mata terperihku.
Terima kasih, Mamah atas segalanya... atas nyawa dan cinta yang kau pertaruhkan untukku... atas kasih sayang yang tak kan pernah sanggup aku balas...
Kini aku tahu, Syifa Azmy Khoirunnisa dalam anganmu adalah aku.
Selamat hari ibu.... J
by: si Famysa, love mom :*
nice story syifa :) kamu punya ibu yang kuat :)
BalasHapussyifa pasti sayang ibu ya
BalasHapus@kak Indi: makasih kak :D
BalasHapus@mom Lid: iya dong Tan :D
selamat hari ibu...
BalasHapuscheers for the greaters mom in the world... :)
yap.. cheeeerss :D
BalasHapusNama adalah do'a, dan sebaik-baiknya do'a adalah do'a seorang ibu kepada anaknya. Syifa punya kedua-duanya, bahkan lebih...SEMANGAT!!!
BalasHapusKakak rasa penambahan "Azmy" ditengah nama Syifa Khoirunnisa itu membuat maknanya bertambah luas karena menyangkut predikat Rasul,
"The girl who can heal the world", kira2 ini artinya dalam bahasa bule.
kak Adi bikin sfa makin mellow nih.
BalasHapussemangaaat!!
makasih kakak :D
Jadi terharu bacanya... Memang berkaca dari pengalaman, seorang Ibu sangatlah kuat kalau menyangkut anak2nya. Bahkan ketika belumpun mereka sanggup menyembunyikan perasaan demi sebuah harapan akan perbaikan.
BalasHapusSemoga Syifa dimudahkan untuk melihat permasalahan dengan jernih. Salam untuk mamah ya :)
insya Alloh :)
BalasHapusmakasih yaa ^^
Aku jadi kangen ibu nih, kak :(
BalasHapusObatnya kangen itu,, peluklah beliau jika msh ada.. Atau kirimkan doa utk beliau jika sdh tiada :)
BalasHapusAku lagi kangen mama neh,tapi mau telpon malah lupa ngisi pulsa tadi,trus aku pikir besuk aja deh,my mother is everything,very love her
BalasHapusSyifa yang sabar ya.... ini cobaan dari Allah.
BalasHapusSebenarnya setiap orang adalah cobaan bagi orang lain. Termasuk orang tua. Syifa harus tetap obyektif menghadapi masalah keluarga. Biarlah orang tua menyelesaikan yang terbaik bagi mereka. Jangan membenci atau kecewa pada salah satunya.
Syifa tidak sendiri. Dan Syifa lebih tabah dari yang Syifa tahu.
Semangat, pandang lurus semua masalah dan selesaikan dengan penuh keikhlasan..
@mba alice: lain kali pastiin dulu pulsanya full mba. hehehe
BalasHapusyup setuju mba :)
@tante Susi: iya tanteee :D makasih yaaa :D
SELAMAT HARI IBU
BalasHapusSelamat :)
BalasHapus