bicara tentang nenek, tidak akan habis kata kuuntai untuk menunjukkan rasa sayang dan rinduku padanya. dia adalah Emih. Emih adalah panggilan jadul orang Sunda pada seorang ibu. nah loh, lantas kenapa aku memanggil nenekku dengan panggilan Emih juga? itu karena aku ingin sama dengan Bibi dan Mamahku. mereka memanggilnya Emih, aku juga ingin memanggilnya Emih. sebab Syifa kecil sudah tahu bagaimana rasanya iri. ketika semua orang memanggilnya Emih, jelas aku ingin memanggilnya Emih juga seperti mereka. :)
masa kecilku kuhabiskan bersama Emih di kampung Bengle, Desa Situraja, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, di sana lah kampung halaman Emih. dulu orang tuaku memang masih menumpang di rumah Emih sebelum mempunyai rumah sendiri. setiap hari orang tuaku pergi bekerja, dan aku ditinggalkan bersama Emih di rumah. aku jadi betah di rumah Emih. bahkan aku menganggap bahwa aku berasal dari sana dan di sana lah rumahku.
mungkin Emih lebih sering mengaisku ketika aku menangis daripada Mamah. mungkin Emih juga lah yang lebih sering membelikanku pakaian dan mainan daripada Bapa. Emih tak pernah tega mendengar tangisanku ketika aku menginginkan sesuatu. walau dalam keadaan tidak mempunyai uang sekalipun, Emih akan tetap berusaha untuk dapat membelikan apa yang aku inginkan. Emih bukan saja tidak pernah tega ketika mendengar tangisanku, bahkan ketika dia tidak mendengar pun, ketika Emih mendengar kabar bahwa aku menangis karena sakit, Emih akan lansung menitikkan air matanya.
waktu aku kelas 6 SD, itu adalah pertama kalinya aku mengikuti kegiatan perkemahan Pramuka. suatu waktu Emih datang seorang diri hanya untuk melihat keadaanku. Emih berjalan kaki dari rumahku dengan hanya menggunakan pakaian seadanya -sarung dan kaos belel-. memang sih jarak dari rumahku ke area perkemahan hanya memerlukan waktu 10 menit berjalan kaki. tapi untuk seorang nenek yang berjalan kaki demi untuk menjumpai cucunya, kurasa itu lebih dari sekedar berjalan kaki. mungkin berlari. ya.. karena hatinya terus memikirkan cucunya, sedangkan kakinya terus dipacu untuk berjalan. ketika Emih datang, sayangnya aku sedang buru-buru karena sedang ada kegiatan. aku malah berkata dengan cueknya, "Emih ngapain ke sini? Eneng sekarang mau menjelajah. Emih pulang aja." lalu Emih dengan wajah pedulinya menimpali, "ya sukur atuh kalau Eneng baik-baik aja. Emih cuma ingin lihat. nih Emih cuma bawa uang 3ribu, lumayan buat Eneng beli es." dan dengan terburu-buru langsung kuambil uangnya sambil berkata, "iya nuhun, Mih." jlebb! satu hal yang selalu kuingat hingga saat ini. Syifa kecil sudah bisa berlaku kasar pada Emih :'(
waktu aku SMA di kota dan harus kos, Emih juga yang paling mengkhawatirkan keadaanku. Emih sering sekali menjengukku ke kosan. dari Indramayu ke Subang untuk menjenguk cucu, bukankah itu sesuatu! bahkan ketika Emih ke Subang untuk berobat ke RSUD Ciereng pun, pulangnya Emih pasti menyempatkan diri mengunjungiku di kosan. seharusnya kan aku yang menjenguk dan menemani Emih ke rumah sakit. kenapa jadi terbalik?
waktu aku baru mau menjadi mahasiswa, aku berbicara seperti ini ketika sedang mengobrol dengan Emih dan Bibi, "Eneng harus beli kemeja nih. kemeja Eneng cuma sedikit, sedangkan kuliah harus pakai kemeja." ajaibnya, tanpa aku meminta -karena aku memang tidak ada niatan sedikit pun untuk meminta-, Emih membekaliku segenggam uang untuk membeli kemeja. "Emih punya uang segini, Neng. beliin kemeja yang Eneng suka ya. atau mau sekarang aja belinya diantar sama Bibi?" jlebb! Yaa Alloh... Emiiihh.... aku hanya bercerita. mengapa Emih sepeka itu terhadap semua ceritaku? :'(
terakhir, waktu Januari lalu aku kecelakaan motor (baca kisahnya di sini). Bibi cerita padaku, katanya Emih terus menangis dan menangis ketika mamah mengabari Emih bahwa aku kecelakaan dan terluka cukup parah. Emih langsung datang ke rumahku. pekerjaannya di sawah dan mengasuh cucu kecil (dari anak kedua Emih) pun ditinggalkan. Emih hanya ingin menjengukku. dan begitu sampai di rumahku, Emih langsung menunjukkan wajah khawatirnya, "aduh alah Neeeng... kenapa bisa kecelakaan segala sih? makanya Emih bilang juga hati-hati kalau bawa motor tuh. apalagi di jalan besar. blablabla..." yaa kali itu aku hanya bisa nyengir kuda saja :D seperti biasa Emih juga menawariku ini-itu. ada tukang bakso lewat, Emih menawari, "Neng, mau bakso enggak?". ada tukang cilok lewat, "Neng, mau cilok enggak?". ada tukang cendol lewat, "Neng, mau cendol enggak?". begituu terus dan begitu terus setiap ada tukang makanan atau minuman lewat. aku juga terus menjawab "gak mau...". sampai akhirnya Emih menyerah dan bertanya dengan lirih, "Eneng maunya apa emang? masih sakit ya lukanya?" higs :'( kadang aku suka menyesal jika melihat Emih bersikap seperti itu padaku. kenapa tidak aku iya-kan saja salah satu tawaran Emih tadi? aku terlalu sombong sekarang. aku sadar aku tidak lagi seperti cucu kesayangan Emih yang dulu. maafkan aku, Mih...
Emih pernah bilang padaku bahwa aku memang cucu Emih yang paling Emih sayang. aku juga merasakan hal itu. namun aku tahu Emih sudah bersikap adil padaku dan pada cucu-cucunya yang lain. Emih lebih menyayangiku karena aku yang paling sering tersakiti oleh seseorang yang tidak bisa aku sebutkan di sini. terima kasih, Emih... atas semuanya.
Mih, sekarang aku sedang bingung. wisudaku memang masih lama. bahkan sekarang saja aku baru semester 4. tapi aku sudah terpikirkan akan hari itu. meski aku tidak tahu akan kah umurku sampai pada hari itu atau tidak...
aku bingung mau mengundang siapa di hari wisudaku nanti. jika aku mengundang Mamah, tentu Mamah akan mengajak suaminya. dan aku tidak mau suaminya ikut menghadiri wisudaku! jika aku mengundang Bapa, tentu Bapa juga akan mengajak istrinya. dan aku pun tidak mau istrinya ikut menghadiri wisudaku! Emih tahu kenapa kan? karena Emih juga mengerti akan rasa sakit itu. karena Emih yang menangis sebelum aku bisa menangis.
dan hmm... jika aku mengundang calon suamiku, aku juga tidak mau! karena aku maunya dihadiri oleh suamiku.
sebagai persembahan rasa sayang dan cintaku pada Emih... bagaimana jika Emih saja yang menghadiri momen wisudaku? nanti Emih datang dengan Bibi ya.. kan katanya Emih ingin tahu Semarang seperti apa.. aku juga ingin melihat Emih bangga kepadaku. Emih sudah menjadi lebih dari sekedar nenek bagiku. Emih adalah ibuku, Emih adalah sahabatku, Emih adalah baby sitterku, Emih... adalah segalanya bagiku.
yaa Robb, sudah tidak terhitung berapa rupiah uang dan berapa besar kasih sayang Emih untukku... jaga Emih, Yaa Robb... beri selalu kesehatan untuk Emih agar Emih bisa bermain lebih lama lagi denganku.. aku sayang dan cinta Emih, selalu untuk selamanya :*
artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog #sukasuka di genksukasuka yang disponsori oleh Bunda Desi, Kak Juli, dan Teh Ani Berta
jangan lupa ikutan Jejak Si Miaw :-) #1 Giveaway yaa ;) tinggal 5 hari lagiiii!!
by. si Famysa, love Emih :*