Surga di atas awan; istilah ini identik dengan
keindahan di puncak gunung, identik dengan kegiatan mendaki gunung, ketika
sudah bercapek-capek ria mendaki, ketika sudah berada di puncaknya, di sana lah
surganya. Tapi kini tidak lagi! Surga di atas awan bukan hanya milik para
pendaki, yang benar-benar mendaki dengan berjalan kaki. Surga di atas awan kini
bisa kita datangi, tanpa harus mendaki dengan kaki. Surga di atas awan itu bisa
dikunjungi oleh ibu hamil, bahkan manula sekalipun. Dimanakah surga di atas
awan itu?
DIENG PLATEAU (dataran tinggi Dieng); ini lah surga
di atas awan itu! Surga yang bukan hanya milik para pendaki.
Tiga hari lagi setelah hari ini, tepat satu tahun
yang lalu, aku dan teman-teman melakukan perjalanan ke Dieng Plateau. Hari itu
kami berangkat kesiangan, pukul 10.30 WIB, dari rumah kontrakanku di Semarang.
Sebenarnya agak berat untuk berangkat, makanya kami jadi kesiangan karena. Tapi
karena sudah direncanakan jauh-jauh hari, apalagi teman-teman dari Subang
sengaja jauh-jauh ke Semarang, jadi lah kami berangkat. Dengan berbekal cemilan
dan sebagian dari kami masih car-leg Subang-Semarang,
demi menikmati hidup, Dieng Plateau telah menjadi tujuan!
Jalur berangkat yang kami pilih adalah via Kabupaten Kendal. Lengkapnya Semarang-Kendal-Temanggung-Wonosobo/Banjarnegara-Dieng.
Alasan kami memilih jalur ini adalah karena salah seorang dari kami ada yang
pernah ke Dieng melalui jalur ini. Kami pikir setidaknya dia bisa jadi penunjuk
jalan.
Dari Semarang, ada dua jalur menuju Kendal, yaitu via tol yang keluar di Ngaliyan atau via Kecamatan Gunung Pati. Kami memilih via tol untuk menghindari jalan jelek
dan sepi di daerah Gunung Pati. Setelah keluar tol, kami melaju ke arah
Selatan. Semakin mendekati perbatasan Kabupaten Kendal, ternyata jalannya
semakin jelek dan berlubang. Tiba waktu duhur, kami masih ada di daerah Kecamatan
Patean-Kendal. Kami sholat dan makan siang dulu di sana.
Memasuki perbatasan Kabupaten Temanggung, teman
kami yang kami anggap penunjuk jalan lupa harus belok dimana. Kami jadi harus meminta
bantuan pada GPS. Beruntung GPS masih bisa menyala di tengah kawasan yang
sepertinya blacklist, hehe.. Kami pun
terus mengikuti petunjuk dari GPS yang bisa bicara itu. Dia bilang belok kiri,
kanan, kami menurut saja. Masuk jalan yang super kecil, naik-turun pun, kami
hanya bisa menurut padanya.
Akhirnya…. Ketika guide GPS menyuruh kami belok kanan, kami bahagia bukan kepalang
karena kami bertemu dengan jalan raya, jalan utama menuju Dieng Plateau. Kami sudah
tinggal mengikuti jalan utama saja, GPS pun kami matikan.
Sepanjang perjalanan, semakin mendekati kawasan
Dieng Plateau, alam menyajikan begitu banyak keindahannya. Posisi kami semakin
tinggi. Jalanan menuju Dieng Plateau naik dan terus naik, berbelak-belok. Bagi teman-teman
yang punya penyakit mabuk perjalanan, sepertinya harus sedia selusin kantong
kresek *peace :P. Tapi sungguh, bagi
teman-teman yang dapat menikmati keindahan alamnya, segala penat di hati dan
pikiran akan hilang! Teman-teman tahu? Di sana, di perjalanan menuju Dieng
Plateau, semakin kita berada di atas, ketika kita melihat ke bawah, kita akan
merasa seperti berada di atas awan. Di bawah kita terhampar kabut-kabut putih
yang menyejukkan. Di samping kanan dan kiri kita terhampar luas hijaunya alam. Ah,
ini benar-benar perjalanan menikmati hidup.
Setibanya kami di gapura Kawasan Dieng Plateau,
kami sudah tidak sabar ingin menikmati indahnya wisata Dieng. Namun, ada yang
membuat kami harus bersabar dahulu. Kami terjebak macet selama 2 jam. Well, beruntungnya karena macet
tersebut, kami jadi bisa keluar dari mobil untuk menghirup udara Dieng. Kami juga
bisa berjalan-jalan di sekitarnya, bisa foto-foto juga. Anggap saja itu sebagai
sambutan selamat datang dari Dieng, hihi..
Kurang lebih pukul 16.00 WIB, akhirnya kami sampai
di area wisata Dieng. Hari sudah sangat sore, tidak mungkin kami langsung
kembali ke Semarang. Kondisi teman kami sang supir juga capek. Akhirnya, yang
tadinya kami tidak berencana bermalam di Dieng terpaksa harus bermalam di sana.
Yaa, suatu keterpaksaan yang menyenangkan. Kami jadi bisa lebih lama menikmati
hidup. Kapan lagi coba bisa ke Dieng bersama teman-teman dekat, hehe.. Walaupun
tidak membawa banyak uang dan baju ganti :P
Dengan informasi yang kami peroleh dari penjaga
loket tiket, kami mendapatkan home stay seharga
Rp 400.000/malam. Harganya mentok, tidak bisa ditawar lagi. Kami lebih memilih home stay daripada kamar penginapan yang
harga per malamnya Rp 150.000, kamarnya kecil. Sedangkan untuk tiket terusan
wisata Dieng (Candi Arjuna+Kawah Sikidang) adalah seharga Rp 25.000. Penjaga
loket bilang, tiket terusan itu juga bisa berlaku untuk Telaga Warna, kita
hanya tinggal membayar Rp 3.000 saja, dari harga normal weekday Rp 7.500.
Dieng Plateau merupakan kawasan dataran tinggi yang
masuk ke dalam dua kabupaten, yaitu Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten
Banjarnegara. Letaknya berada di sebelah Barat kompleks Gunung Sindoro dan
Gunung Sumbing, sehingga kedua gunung itu dapat terlihat di sepanjang
perjalanan Dieng sampai Temanggung. Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan
dapat dikatakan sebagai gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Tidak
salah jika banyak wisata pendakian gunung di sekitar Dieng, karena Dieng adalah
gunung api raksasa dengan beberapa puncak gunung.
Tempat pertama yang kami kunjungi sore itu adalah
Telaga Warna. Konon katanya telaga ini warnanya bisa berubah-ubah, makanya
dinamai Telaga Warna. Namun yang paling umum kita dapati ya warna hijau.
Seperti waktu kami ke sana, warnanya hanya hijau, tidak ada warna lain. Dan
pemandangannya subhanalloh luar biasa… Mata kami sungguh dimanjakan.
Selain Telaga Warna, ada banyak telaga lainnya di
sekitarnya. Ada sih penunjuk jalannya, namun ketika kami susuri jalan itu, kami
terbentur oleh jalanan yang becek. Sepertinya telaga lain di sekitar Telaga
Warna belum mendapat perawatan yang baik, tidak seperti Telaga Warna. Jika
kalian nekat mendekati telaga lainnya, silakan saja. Berani kotor kan baik ya,
hehe..
Selepas menikmati keindahan Telaga Warna, kami
langsung pulang ke home stay. Tidak
ada acara nongkrong atau ngerumpi malam, apalagi begadang. Kami sudah terlalu
capek. Kami semua langsung tidur setelah sholat isya. Bahkan kami yang rencananya
ingin ikut pemandu wisata menyaksikan sunrise
dari desa tertinggi Dieng, mendadak melupakan rencana itu. Hahaha… Habisnya
berangkatnya jam 3 pagi. Jelas kami masih mengantuk. Kami hanya berjalan-jalan
di sekitar home stay selepas sholat
subuh, hingga akhirnya kaki kami sampai di Kawah Sikidang. Lumayan, olahraga
pagi di tempat dingin tidak terasa capek, hihi..
Di perjalanan menuju Kawah Sikidang, kami menemukan
Candi Bima. Kami foto-foto sebentar di sana, lalu melanjutkan langkah kami.
Mendekati area Kawah Sikidang, kami melihat ada pipa panjang sekali. Di pipa
itu terbaca uap panas. Dan memang ada uap yang mengepul keluar dari pipa yang
sepertinya sedikit bocor. Kami melewati pipa itu, dan tak lama, di depan kami adalah
Kawah Sikidang. Dari jauh, kami sudah bisa mencium bau belerang. Seperti
belerang pada umumnya, bau kentut. Hahaa… Siapa hayoo yang kentut pagi-pagii??
:D
Puas berjalan-jalan di sekitar Kawah Sikidang,
sempat kami naik mini bukit di sana juga, kami bergegas pulang ke home stay agar bisa segera mengunjungi
tempat berikutnya: Candi Arjuna. Di perjalanan pulang dari Kawah Sikidang
menuju home stay, kami bisa melihat
pohon papaya carica khas Dieng. Pohonnya mini, buahnya lucu. Hihiii… Seperti miniatur
pohon papaya normal.
Sesampainya di home
stay, kami disuguhi sarapan teh hangat dan gorengan oleh pemilik home stay. Hmm… Enaknya… Hangat-hangat
di tengah dinginnya Dieng, benar-benar menikmati hidup :). Kami juga jajan
sosis bakar dan es warna-warni dari pedagang yang lewat di sekitar home stay. Jajanan anak kecil. Hihi… Dan
rasanya makan es di tengah dinginnya Dieng ituuu, brrrr makin dingin!
Sayangnya, kami tidak bisa berlama-lama di home stay. Kami harus bersegera
siap-siap pulang ke Semarang. Masih ada destinasi wisata lain di Semarang yang
ingin kami kunjungi, dan juga kami mengantisipasi jika terjebak macet lagi. Lebih
baik pulang lebih awal daripada sampai Semarang kemalaman. Kasihan teman kami
sang supir satu-satunya, yang tidak ada gantinya.
Sebelum benar-benar meninggalkan Dieng, kami
mengunjungi Candi Arjuna dulu. Walaupun hanya sebentar, walaupun rasanya tidak
puas, tapi kami anggap perjalanan ini cukup memanjakan kami. Kami bisa
menikmati hidup, menikmati masa muda, menikmati indahnya alam Indonesia.
Lalu bagaimana jika aku mendapatkan tiket wisata ke
Bali gratis? Apalagi bisa berdua dengan suamiku.. Waah… Sepertinya catatan
perjalanannya akan lebih mengasyikan daripada ini. Semoga Tiket.com dan nulisbuku.com berbaik
hati memberikan tiketnya padaku, hihi… Aamiin… ^^
Jurnal ini ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi
Menulis Jurnal Perjalanan dari Tiket.com dan nulisbuku.com #MenikmatiHidup
#TiketBaliGratis
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusindah banget pemandangan nya mbak.. amin semoga saja dapet tiket gratis ke bali...
BalasHapussaya cantumin nama mbak di Liebter award :)
aamiin yaa Alloh...
Hapuswah apaan tuh liebster award?
gak ada ya waoo kok mbak cuma penghargaan dari sesama blogger gtu biar tambah akrab. hehe..
HapusHijau..asri sekali ^^ Mampir juga di blogku ya, aku menulis pengalaman mendaki gunung bromo bersama teman-teman TF-SCALE dari Indonesia & Singapura ^^
BalasHapuschalwoo
kapan2 aku mampir ke blogmu yaa :D
HapusAku ke Dieng waktu masih SD. Bagus banget memang pemandangannya. Nyobain kentang Dieng nggak, Syif? Manisnya kentang Dieng beda sama kentang kebanyakan :9
BalasHapuswah ngga tuh mba? waktu aku kesana ga ada yang nawarin kentang. aku cuma nyobain carica sama mie ongklok aja..
Hapuswah ngga tuh mba? waktu aku kesana ga ada yang nawarin kentang. aku cuma nyobain carica sama mie ongklok aja..
HapusPesonanya sangat indah ya teh,,, Candi Dieng,,, sebelum membaca kebawah di kira aku mah di kawasan Bali,,, karna ada Dieng nya ternyata masih di pulau Jawa hhehheee..
BalasHapusDulu sebelum menikah,,, suka menjelajah kemana - mana. Nah sekarang sudah ada pendamping hidup akan lebih romantis apabila ada yang mendampingi untuk berpetualang ke tempat yang lebih bagus :D
udah ada pendamping justru prioritasnya jadi lain kang. haha
HapusAku belum pernah kesana Syifa
BalasHapusayo kesana tante :D
Hapusaku pingin ke dieng belom kesampaian juga, tapi membayangkan naik nya dari wonosobo katanya jalannya sempit....trus adem, rada-rada ngeri....tapi pingin kesana :D kapan ya....this year semoga
BalasHapusKirei pemandangan'a, jdi pengen liburan ke dieng :D
BalasHapuskeren pemandangannya :)
BalasHapusamin semoga saja dapet tiket gratis ke bali...
penasaran dengan rasa carica di Dieng.. kapten pernah ngajak dan belum kesampean ke sana, keburu berut buncit..
BalasHapussalam hangat dari bandung :)
aku juga mau traveling lebih banyak lagi malah keburu perut buncit nih mba. hihii
Hapuscantiiiknyaaa....masuk bucky list ini, wajiiib :)
BalasHapusiya mba, cepetan pulang ke indo terus ajakin aku ke dieng lagi. wkwk
Hapus