Baca kisah sebelumnya di sini à Korban Bullying Harus Move On (Part 1)
Pasca lepas dari para pembullyku, aku hidup tenang dengan teman-teman baruku. Teman yang
sebenarnya. Teman yang bukan hanya ingin memilikiku karena aku bisa diandalkan,
karena aku si juara kelas, karena aku si penurut, dan sebagainya. Aku mulai
merasakan hidup seperti anak-anak lainnya. Bebas bermain, bebas tertawa, bebas
berteriak, bebas curhat, dan bebas mengekplorasi diriku sendiri.
Tebak apa yang terjadi pada para pembullyku?
Hal pertama yang paling kelihatan adalah pada
nilai-nilai sekolah mereka. Anjlok, terjun payung. Mereka yang biasanya
mendapat nilai tidak jauh dari nilaiku, kini harus merasakan betapa sedihnya
mendapat nilai merah. Sedangkan dalam hal lainnya, tidak terlalu terlihat
perbedaannya. Dan satu hal yang tetap sama adalah mereka berdua selalu bersama,
tepatnya selalu berdua. Karena pasca teman-teman kelas mengetahui kisah pembullyanku, kedua pembullyku itu otomatis dijauhi oleh teman-teman kelas lainnya. Jadi lah
mereka hanya bisa bermain berduaan saja.
Oh ya, selama 5 tahun aku dibully, aku sangat ingin sekali pindah sekolah, bahkan pindah rumah.
Setiap hari aku berdoa seperti itu pada Alloh. Keinginanku ini pernah
kuutarakan pada orang tuaku. Ketika orang tuaku bertanya alasannya, aku hanya
bilang aku ingin punya teman-teman baru dan pengalaman baru. Bijak sekali ya
aku. Haha :P
Sayangnya, waktu itu orang tuaku, terutama mamah
tidak memperbolehkan aku pindah sekolah, walaupun aku sudah memberikan opsi
pindah ke sekolah di kampung nenek, supaya aku tinggal dengan nenek. Aku jelas
kecewa. Tapi aku hanya bisa menelan kekecewaanku itu seorang diri. Tidak mungkin
aku menceritakan alasanku yang sebenarnya pada orang tuaku. Biar bagaimana pun,
aku juga masih memikirkan kedua pembullyku
itu, jangan sampai mereka terkena masalah karena aku cerita pada orang tuaku. *duileeh Neng Syifa meuni bageur pisan..
hoyong neke da ih! -__-
Tidak bisa pindah sekolah, aku masih punya harapan
lain. Waktu itu aku berharap semoga masa-masa SD cepat berlalu. Lekas lulus SD,
lalu aku akan memilih SMP di tempat yang jauh. Atau kalau pun harus di SMP
dekat sini, aku sangat berharap semoga nantinya aku tidak pernah
disatu-kelaskan dengan mereka lagi. Begitu lah doaku pada Alloh setiap hari..
Tapii… Setelah aku bebas dari mereka, aku jadi
tidak ingin lagi melanjutkan sekolah di tempat yang jauh. Aku tidak rela berpisah
dengan teman-temanku yang baik-baik ini. Aku ingin selalu bersama mereka. Sekolah
dengan mereka, main lebih lama lagi dengan mereka. Hihihh… Padahal loh yaa,
mamahku sudah siap akan mengirimku pesantren di Bandung. :P
Dan tebak… Bagaimana kehidupan para pembullyku sekarang?
Astaghfirullooh,
bismillaah… Tanpa sedikit pun niat untuk bergosip tentang mereka, Yaa Alloh..
Murni aku hanya ingin berbagi kisah yang harapannya semoga menginspirasi dan
memotivasi banyak orang… Engkau Maha Tahu apa yang ada di dalam hati umat-Mu :)
Si pembully 1,
dia keluar sekolah (SMA) ketika masih di bangku kelas XI karena MBA. Si pembully 2, dia menikah dengan lelaki
pujaannya, punya anak, dan dililit banyak hutang.
Apa yang bisa kita petik dari kehidupan mereka
sekarang?
Bahwa hidup enak dengan cara mendzolimi orang lain
sama sekali tidak dibenarkan, baik oleh agama kita maupun oleh norma sosial. Mereka
yang suka berbuat jahat, lama-lama pasti akan menuai hasil kejahatannya
sendiri. Kecil maupun besar takarannya, hanya Alloh yang tahu.
Bahwa manusia yang dulunya tertindas, atau sekarang
sedang tertindas, bisa jadi 5 atau 10 tahun mendatang kehidupannya akan jauh
jauh jauh lebih baik dari orang yang menindasnya. Jangan pernah remehkan
kesabaran, karena kesabaran justru yang akan membentuk mental dan karakter
tangguh kita.
Tidak selamanya kita harus menjadi lemah. Saat ada
kekuatan yang menghampiri kita, pakai kekuatan itu untuk bangkit, untuk move on, guys! Bukan berarti sekarang kita
lemah lalu kita tidak akan mempunyai masa depan yang cerah. Bukan berarti
sekarang mereka yang berkuasa akan berkuasa selamanya. Aku yakin, korban bullying yang bisa move on pasti bisa menyabet banyak prestasi di hidupnya.
Aku mungkin tidak akan setegas sekarang, seidealis
sekarang, jika dulunya tidak pernah mengalami pembullyan. Aku juga mungkin tidak akan bisa banyak berbagi pada orang
lain di sekitarku, jika aku dulunya tidak pernah mengalami pembullyan. Aku mungkin tidak akan sekeras
baja seperti saat ini (pada mimpi-mimpiku), jika aku dulunya tidak pernah
mengalami pembullyan.
Ya, semua pasti ada hikmahnya..
Terima kasih, Alloh.. Terima kasih para pembullyku… :)
Terakhir, buat para orang tua yang baca tulisan
ini, aku mohon dengan sangat.. Tolong perhatikan anak-anak kalian sebaik
mungkin, semaksimal mungkin. Jangan sampai ada anak seperti aku (dulu) lagi,
yang kelihatannya baik-baik saja, padahal dia tertekan luar biasa. Jangan sampai
ada anak seperti para pembullyku juga..
Bisa saja mereka juga terlihat baik-baik saja di rumahnya, padahal memiliki
sifat jahat, yang disadari atau tidak, pasti karena kesalahan pola asuh orang
tua juga.. ^^
by. si Famysa, berhasil move on :D
pasti akan dapat balasannya kok untuk si pembully ya
BalasHapusiya tantee :)
Hapuskejadiannya sudah bertahun tahun yang lampau ya
BalasHapustapi ganjarannya dirasakan sekarang.
semoga dua pembully itu sadar, mendzolimi orang lain itu sangat menyakitkan
iya tante el..
Hapusaamiin :)
Dija juga pernah dibully sama teman
BalasHapuswaktu playgroup dija beberapa kali dipukul
sampe dija takut sekolah....
tante juga dulu takut sekolah dija..
Hapussemoga temen dija yang pernah ngebully juga sadar yaa :)
Kalau saya sih mba, biasanya cuek aja dengan yang membully gitu. Toh masih banyak teman lain yang lebih peduli pada kita :)
BalasHapusaku dulu ga ada pikiran ke sana fadly. hehe.. namanya juga masih bocah ya :D kalo sekarang sih ya iya udah ngerti..
HapusSy korban bully di tempat kerja saat ini. Sungguh tidak menyenangkan rasanya sangat tertekan sekali. Dan krn ulah si pembully jg sampai ke lingkungan sekitar.
BalasHapus