Jumat, 27 Februari 2015

Mau Bisnis Tanpa Modal? Gabung Bisnis Ini Saja!

Banyak kan ya orang yang katanya kepengen bisnis tapi gak punya modal, atau kepengen bisnis tapi gak punya ilmunya, gak punya bakat, gak punya pengalaman, gak ada relasi, gak bisa dagang, and bla bla bla deh. Hhoho.. Jadi sebenarnya mau bisnis apa mau speak-speak so many reason? :P

Yap, buat mewadahi kalian-kalian yang masih punya segudang alasan buat bisnis, coba gabung 2 bisnisku ini deh. Minimalnya ambil pelajarannya dulu, jangan langsung ngarep pundi-pundi rupiahnya. Karena pasti pundi-pundi rupiah akan mengikuti jika kita serius menjalaninya. Banyak orang sukses bilang, "Hasil akhir tidak akan mengkhianati proses." And yaa, I believe it! :D

Sekarang, siapa mau jadi 'orang gila' seperti aku? -gila bisnis :P-. Ayo gabung sekarang juga! ;) Enak banget kan bisa bisnis sendiri di rumah, atau sambil santai di waktu senggang kerjaan, tanpa modal pula. Apa ruginya coba? Gak ada! Bismillah ajaa, pasti untung yang kamu dapetin ;))

Buat lebih lengkapnya lanjut personal via facebook, whatsapp, dan BBM yaa.. Nanti di bawah aku sertakan link FBnya :)
Buat kamu yang tertarik di bidang fashion batik, gabung Famysa Batik & Handmade, dapatkan ilmunya, dapatkan fulusnya :D
Oh ya, buat Famysa, sebelumnya udah pernah launching tawaran kerja sama bisnis ini. Untuk lebih jelasnya mengenai kerja sama ini, silakan disimak di postingan ini --> Famysa Hunting For Seller Partner (Selpa).
Buat kamu yang tertarik di bidang percetakan (kalender, pin, gantungan kunci, kartu nama, stiker, kartu ucapan, brosur/flyer, desain grafis, cetak foto, buku tahunan sekolah dll), gabung Sakola Printing.

Selamat berusaha..!! Semoga kita semua selalu beruntung... Aamiin ^^

NB: flyernya sama yaa, beda latar dan namanya aja. ahaha... *edisi biar cepet jadi :D

by. si Famysa, business owner 

Kamis, 26 Februari 2015

Semangat Si Enok

Japanese food pertama Enok :D
Namanya Mira Wati, tapi di kampung dia biasa dipanggil Enok –Enok sama seperti Eneng artinya (panggilan) anak perempuan-. Enok masih duduk di bangku kelas 9 SMP di SMP tempat mamahku mengajar, letaknya dekat dari rumah, sekitar 10 menit jalan kaki santai juga sampai. Enok sudah menjadi bagian dari Sakola Printing sejak sekitar dua-tiga minggu pertama Sakola berdiri. Berarti sudah 4 bulanan Enok membantu bisnisku.

Enok adalah tetanggaku. Rumahnya persis di sebelah (serong) kanan rumahku. Segala aktivitas di rumahku bisa terlihat dari rumah Enok, begitu pun sebaliknya. Enok tinggal bersama kedua orang tua dan 3 saudaranya, 1 kakak dan 2 adik. Sebenarnya kakaknya ada 2, tapi kakaknya yang nomor 2 sejak kecil tinggal bersama uwanya di Indramayu. Mamanya Enok bekerja sebagai tukang ojek (mama: bapak dalam bahasa Jawa Cerbonan-Dermayuan), sedangkan emihnya seorang ibu rumah tangga yang nyambi dagang p*p ice pada waktu-waktu tertentu (emih: Ibu dalam bahasa Sunda).

Kata Enok, penghasilan mamanya dari ngojek per hari Rp 30.000. Kalau sedang ramai penumpang mentok Rp 50.000, tidak pernah lebih dari itu. Bayangkan! Rp 900.000 per bulan harus bisa mencukupi kebutuhan 6 orang: 2 orang dewasa, 1 orang usia 18 tahunan, 1 orang usia 15 tahun, 1 orang usia 8 tahun, dan 1 orang usia 1 tahun. Aku saja waktu masih kuliah di Semarang uang Rp 900.000 itu untuk diriku sendiri, lha ini untuk 6 orang -__-

Hebatnya, Enok tidak pernah mengeluh dengan kondisi ekonomi keluarganya. Walaupun tidak pernah punya baju baru, sepatu baru, tas baru seperti anak-anak lainnya, tapi Enok tetap ceria. Enok justru bisa prihatin. Enok dapat membantu meringankan beban orang tuanya dengan sepenuh hati menjadi marketing Sakola Printing. Selain membantu perekonomian orang tua, Enok juga rajin membantu Emihnya masak dan mengasuh adik bungsunya yang masih 1 tahun. Setiap pulang sekolah, Enok pasti setor sekalian main di kantor Sakola Printing sambil membawa serta adiknya. Begitu ashar tiba, Enok pulang untuk membantu Emihnya masak dan beres-beres rumah.

Selain memasarkan produk barang/jasa Sakola Printing, sekarang Enok juga mempunyai barang jualannya sendiri. Enok jualan basreng (baso goreng) dan cilok buatan Emihnya di sekolah. Tiap pagi, Enok membawa 2 jinjingan besar berisi cilok dan basreng. Belum lagi di tasnya juga penuh dengan pesanan teman-temannya di Sakola Printing.
Enok sebenarnya cerdas. Hanya saja anak sekolah di kampungku sini kurang diasah. Beruntungnya aku punya mamah yang melek pendidikan sehingga aku jadi anak yang berbeda di sini, dari segi akademik. Jadi yaa memang nilainya Enok standar saja. Tapi kata mamah, Enok tergolong anak yang cukup rajin. Terbukti dengan tepat waktunya dia mengumpulkan tugas, tidak pernah lalai seperti anak-anak lainnya. Makanya waktu UAS semester kemarin, kupaksa Enok untuk belajar bakda maghrib sampai jam 9 malam di rumahku. Kuajari sebisaku pelajaran-pelajaran yang akan diujiankan esok harinya. Hasilnya, Enok bilang dia bisa mengerjakan soal, walaupun ada yang tidak bisa. Khusus pelajaran Bahasa Indonesia, Enok berhasil meraih nilai lebih dari 80 di raport. Aku tahu karena aku yang menilainya, mamahku kan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hehe..

Selain kupaksa untuk belajar, Enok juga kuajari cara mengoperasikan laptop. Kemarin baru sempat kuajari Microsoft Word. Setiap aku mengajarkan satu poin, Enok bisa cepat menangkap dan mempraktekkannya. Sering kubuat tes kecil untuk Enok. Dan Enok memang bisa. Enok memang anak yang cerdas. Saat anak-anak yang lain ogah-ogahan kutawari belajar laptop gratis karena malu tidak bisa sama sekali, Enok satu-satunya anak yang antusias. Katanya Enok ingin bisa. Enok tidak pernah malu untuk belajar.

Semenjak membantu Sakola Printing, Enok bilang Enok sudah tidak meminta uang jajan lagi pada orang tuanya. Malah Enok yang sering menjajani adiknya ketika mengasuh, kadang kakaknya juga kebagian dari Enok jika kakaknya sedang tidak punya uang. Bahkan jika masih punya uang lebih, biasanya Enok memberikan uang itu pada emihnya, karena menurut Enok emih lah yang paling tahu uang itu harus dibelikan apa, emih kan yang tahu kebutuhan keluarga.

Suatu hari aku dan Ibank mengajak Enok main ke Subang Kota, sambil jualan pin di acara ulang tahun Viking Subang. Enok sangat antusias. Katanya jarang-jarang Enok bisa main jauh, Subang Kota saja masih asing bagi Enok. Pulang jualan, aku dan Ibank mengajak Enok makan di food court Toserba Yogya Grand Subang. Aku memilih menu bento, sekalian mengenalkan Enok pada makanan asing. Hehe..

Sepulang dari Subang Kota, Enok meminta foto-foto yang ada di postingan ini. Katanya mau Enok tunjukkan ke emih dan mamanya. Enok tadi makan makanan aneh, makannya pakai sumpit, padahal bukan sedang makan mie. Hihihi…
Akhir-akhir ini, karena orderan stiker dan pin berkurang, bahkan tidak ada, Enok jadi jarang kebagian jatah besar dari Sakola. Dan tadi siang saat Enok setor, kuberi dia jatah Rp 11.000. Enok bilang “kok banyak, Teh? Gak kelebihan?”. Lalu kujawab, “karena Enok hari ini setornya banyak, jadi dapatnya juga banyak.” Dan Enok tersenyum riang.

Enok banyak bercerita tentang cita-citanya padaku. Enok ingin sekolah terus, bahkan cita-cita khayalannya sih ingin jadi dokter karena Enok agak suka pada pelajaran Biologi. Hehe.. Tapi kadang semangatnya untuk sekolah surut lagi ketika Enok melihat kakaknya. Enok merasa tidak enak jika dia minta disekolahkan lebih dari SMP, karena kakaknya juga hanya disekolahkan sampai SMP.

Aku hanya bisa menyemangati Enok dengan beberapa kisah motivasi. Terselip harapan di benakku, aku ingin minimalnya Enok sekolah di SMK dekat rumah. Sayang kalau Enok tidak lanjut sekolahnya. Enok anak yang cerdas, Enok punya potensi. Aku yakin anak-anak seperti Enok ini jika diasah dan dikembangkan terus potensinya, kelak dia bisa jadi orang hebat. Selalu kukatakan ini pada Enok, “Enok pinter, Enok harus lanjut sekolah. Enok kan bisa cari uang sendiri. Enok pasti bisa bantu orang tua biayai sekolah Enok sendiri. Malah mungkin Enok bisa sekolah terus tanpa minta biaya dari orang tua. Enok harus yakin, Enok pasti bisa sekolah, Enok pasti bisa jadi orang sukses, Enok pasti bisa membanggakan orang tua dan keluarga Enok, Enok bisa jadi panutan buat adik-adik Enok!”

Perjuangan dan senyum syukur Enok mengingatkanku pada hidupku dulu. Saat aku baru benar-benar prihatin pada kondisi ekonomi keluarga dan baru benar-benar merasakan sulitnya mencari uang ketika duduk di bangku kuliah, Enok justru sudah memulainya sekarang saat dia masih kelas 9 SMP! Subhanalloh…

Lancarkan rizki Enok dan keluarga, Yaa Alloh… Lancarkan juga bisnisku, Sakola Printing dan Famysa Batik & Handmade, agar aku bisa membantu lebih banyak Enok-Enok lain. Aamiin…

By. Si Famysa, bismillaah sukses!

Rabu, 25 Februari 2015

#ReboNyunda: Panen Hileud

Dua minggu katukang, di tangkal Kananga pipireun rorompok abdi seueuuur hileud keketan, seueur pisan. Barudak nu ngeprin di Sakola Printing dugi ka ngetangan eta hileud ti katebihan, mung ukur ngintip ti jendela –maklum da teu wantuneun ningali caket-caket mah. Haha-. Saurna mah aya sekitar 20-an hileudna. Pastina mah duka sabaraha da lieur ngetangna, warna hileudna sami sareng daunna sih. Ieu mah paneun hileud namina euuy :D

WARNING!! Nu jiji ningali hileud mending tong ningali poto-poto di handap ieu, tong neraskeun maca seratan ieu. Haha peace! :P
Eta nu moto hileudna Ibank. Saleresna mah Ibank sieuneun pisan ka hileud. Malah abdi nu teu sieun, abdi malah resep ka hileud. Tibalik nyaa… Aya ge pameget nu kedahna teu sieunan ka hileud, ieu malah istri :P Ibank moto hileudna ge bari pipirindingan jijieun. Haha.. Hadena gaduh kamera SLR lensa tele, janten tiasa moto ti katebihan. Eta moto hileud ge ti jarak kirang langkung 4 meteran, tapi hileudna tiasa kapoto jelas pisan. Hebat emang nya teknologi, nu sieuneun ka hileud jeung sajabina kabantosan. :D
Eh enya, aya carita tentang abdi sareng hileud.
Ti kapungkur, ti SD keneh, abdi resep pisan ka hileud. –aneh emang, batur mah nyebat hileud teh jiji, saur abdi malah lucu, duka atuh kunaon da nu namina resep sih kumaha :D- Saking resepna, pernah nuju kelas 6 SD abdi ngingu hileud di rorompok. Abdi panasaran hoyong terang kumaha prosesna hileud robih janten kupu-kupu. Harita teh abdi ngingu 3 hileud. Hiji warna hideung aya totol koneng di luhurna, ageungna sahandapeun hileud keket nu di poto. Hiji hileud keket nu sapertos di poto. Hiji deuina hileud tangkal palem, warna hejo ngora herang, luhurna aya garis konengan sareng aya tandukan huluna, hileud palem mah alit.
Abdi ngingu hileudna susulumputan, da sieun diseuseulan ku si mamah, sabab mamahna sieuneun pisan ka hileud sih. Haha.. Ku abdi hileud-hileudna diwadahan ka toples, 3 toples nu benten. Luhurna ditutupan ku palastik, tapi dibolongan aralit palastikna, ditojos ku nyere tea geuning, eta supados hileudna tiasa bernapas. Teras di lebet toplesna ku abdi dipasihan batang sareng daun tempat hirupna si hileud. Biasana ku abdi daunna digentos unggal dinten. Kunaon digentos? Sabab kahiji nya pedah seep diemaman ku si hileud, kadua nya supados daunna angger seger sangkan hileudna betah di kandangan. Mmm… saleresna mah karunya sih ngandangan hileud, tapi da ku panasaran tea hoyong ningal kepompong sareng kupu-kupuna. Hehe.. Pami di tangkal mah pan moal tiasa ningali nya. Paling ge tiasa ningali dugi ka janten kepompong wungkul meureun. Da pami tos janten kupu-kupu mah ke na langsung hiber.

Sanaos susulumputan, angger weh lami-lami mah si mamah terangeun abdi ngingu hileud. Bet si mamah ngajerit jijieun. Hahaha… Teras si hileudna piwarang dipiceun. Tapi pedah abdina keukeuh alim miceun eta hileud, janten si mamah ngelehan. Saurna wios tapina disimpenna di luar, di pipireun bumi, teu kenging di lebet bumi komo di tempat nu bakal katingal ku mamah.

Kira-kira 2 minggonan ngingu 3 hileud, hasilna nyaeta:
Hileud hideung berhasil janten kupu-kupu. Kupu-kupuna ge sami hideung aya corak konengan. Saee teh ih pami ningali mah. Hanjakal kapungkur mah can gaduh hp nu aya kameraan nya, teu gaduh potona deh.
Hileud keket ku abdi dikaluarkeun deui, disimpen deui ka tangkal Kananga. Sabab hileud keket mah taina arageung baruleud, sering deuih miceunna. Janten si toples teh pinuh weh ku tai. Mending pami teu bau mah, ieu mah bau. Abdina jiji ongkoh kedah mersihan tai unggal dinten mah. Hehe.. Teras duka kunaon, hileud keketna warnana robih janten semu hideung kitu. Ukuran bandanna ge asa ngaalitan. Abdi kan karunya.. Nya ntos weh si keket mah dikaluarkeun deui. Ditambih deuih si keket mah disimpen di panangan teh sok sesah dileupaskeunna, ngeket pisan. Sapertos lintah meureun tah kitu. Abdina janten rada sieun nyonyoo hileud keket deui dugi ka ayeuna, sieun sesah nyopotkeunna. Paingan namina hileud keket nya.. Da emang ngeket pisan.
Hileud palem ge ku abdi dileupaskeun deui. Sabab pami tos nyonyoo hileud palem di panangan, ke na teh pananganna sok bau. Teras tapak lengkah si hileud palem sok aya ciga sawangan kitu, bodas sagaris. Duka apa ti tapak eta nu bau teh apa timana..
Ayeuna mah abdi tos tara ngingu hileud deui. Nambihan saurang sih nu sieuneun ka hileudna. Boa-boa ke abdi nu dikeroyok ku mamah sareng Ibank. Hahaha :P

Kenging. Si Famysa, hileud lovers :D

Selasa, 24 Februari 2015

Mulai Keteteran (Lagi)

Uh, oh, aku mulai keteteran lagi :O Gimana dong, gimana dong? Pusyiang pala belbi nih *ditimpuk duit :P

Aku mulai kehilangan tenaga untuk menulis di blogku, terhitung sejak kemarin. Memang sih baru 2 hari, tapi bagiku evaluasi 2 hari ini akan sangat berarti untuk ke depannya. Aku tidak mau lagi mengalah pada keadaan, baik fisik maupun batin. Cukup deh dari 2011 sampai 2014 aku terlalu banyak mengabaikan blogku dengan berbagai alasan; kuliah, tugas, organisasi, bisnis, belanja, main, magang, PKL, KKL, KKN, skripsi, wisuda. Halah, banyak banget alasannya! Aku sekarang bukan lagi mahasiswa kok, dan seharusnya aku bisa jauuuh lebih baik dari dulu waktu masih jadi mahasiswa. Apalagi sekarang aku sudah punya suami, apa iya masih mau mengalah pada target yang kubuat sendiri? Padahal targetnya realistis banget, tidak terlalu berlebihan menurutku.

Jauh-jauh hari sebelum aku menikah, aku pernah bertekad untuk serius menulis blog ketika aku sudah jadi seorang istri. 1 hari 1 postingan saja, cukup. Kenapa aku bertekad seperti itu? Pertama, karena aku sudah bulat mengambil keputusan untuk bekerja di rumah (bisnis), ini berarti aku bisa mengatur waktuku sendiri, jadi aku bisa lebih leluasa menulis. Kedua, karena aku tidak pernah mengubur cita-citaku untuk jadi seorang penulis. Cita-cita sejak SMP. Menulis apa? Menulis dimana? Apa saja dan dimana saja. Dan menurutku, sejak aku mengenal dunia blogger, aku langsung jatuh cinta. Kupikir ini lah media yang paling mudah dan efektif untuk aku mewujudkan cita-citaku. Ke depannya entah mau menulis buku atau tidak, biarlah Alloh yang menunjukkan jalan-Nya. Yang penting sekarang aku serius menunjukkan pada Alloh bahwa aku memang senang menulis, dan aku sedang melalui proses untuk menjadi seorang penulis. Penulis blog juga tidak menjadi masalah bagiku, yang penting aku happy dan aku serius menekuninya.

Apa ini berlebihan? Tidak! Sekali lagi kukatakan tidak!
Sekarang aku hanya sedang ingin melatih diriku sendiri. Aku ingin keras pada diriku sendiri. Daripada hidup yang keras padaku, lebih baik aku yang keras padaku sendiri. Aku percaya, insya Alloh jika kita keras pada hidup, maka hidup akan melunak pada kita. :)

Sejak kemarin, aku sudah mulai promosi buku tahunan sekolah (BTS) ke SMA-SMA. Sudah 4 sekolah yang kudatangi, 4 sekolah itu ada di 2 kecamatan berbeda. Aku kembali memposisikan diriku sebagai sales girls, seperti yang sering kulakukan dari SMA dulu. Namun aku menilai kali ini lebih ekstrem. Barang/jasa yang kutawarkan bukan lagi bernilai ratusan ribu rupiah, tapi puluhan juta rupiah. Wow, aku saja masih belum percaya, ternyata aku sudah sampai sejauh ini di dunia bisnis. Aku sudah semakin berani. Tanpa modal pengalaman terlalu expert dan tanpa modal uang bergelimang, aku semakin bersemangat.

Akhirnya, sama seperti dulu-dulu, aku kehabisan tenaga. Aku adalah tipe orang yang doyan tidur. Jujur saja aku tidak bisa langsung beraktivitas setelah subuh. Well, sebenarnya ini buruk, apalagi untuk para pengusaha, bisa-bisa rejekinya dipatuk ayam duluan kan. Tapii… aku memang harus tidur lagi. Aku paling bisa bertahan sampai bacaan Al-Matsurat selesai. Kalau pun aku langsung beraktivitas setelah subuh –misal beres-beres rumah-, nah, aku harus tidur lagi setelah selesai beres-beres. Jika tidak, aku sering blank, tidak fokus, bahkan sering berkunang-kunang seperti anemia. Pernah sih dipaksakan diforsir waktu KKN dan KKL. Hasilnya, aku jadi lelah luar biasa, mataku sering berkedut, kepalaku pusing. Bahkan sepulang KKL ke Bali dan Lombok selama seminggu full aktivitas, aku langsung jatuh sakit 3 hari.

Bukan tidak ingin lebih keras lagi pada diri sendiri, tapi yaa aku mah sadar diri saja. Daripada aku sakit harus berobat, harus ini-itu, lebih baik mencukupi kebutuhan tubuh ini dengan berdamai pada jam kerjanya.

Tadi siang, sepulang promosi yang lokasinya lumayan jauh, aku lelah sekali. Badan panas karena terik matahari, wajah serasa penuh debu walau sudah cuci muka, dan tidur pun jadinya tidak enak. Sekarang aku sudah tidak konsen menulis. Draft sih banyak. Tapi aku blank mau mulai dari mana. Otakku sudah tidak sinkron, mana referensi, mana foto, ceritanya dari mana. Tapi karena aku harus memenuhi target 1 hari 1 postingan, maka aku hanya dapat menuliskan curhatan ini. Semata-mata untuk menjaga konsistensi menulisku, semata-mata untuk memenuhi target yang kubuat sendiri. Yaa walaupun jadinya serba dipepet-pepet. Sebelum menulis ini, aku update FB dulu; membagikan koleksi batik jualanku, lalu membagikan postingan kemarin ke beranda dan grup-grup blogger. Tak apa lah… Semoga ini bernilai proses di mata Alloh. Aamiin…

By. Si Famysa, need a sleep. zzzz

Senin, 23 Februari 2015

Make Up VS Fashion

Long, long time ago… Aku pernah terlibat perdebatan sengit dengan seorang temanku -yaelah sengit, gayanyee, kayak apaan aje :P- mengenai make up dan fashion.
Awalnya, aku nyeletuk nanya gini, “kamu katanya gak punya duit, tapi itu perlengkapan make upnya lengkap bener.” Lalu dia jawab, “yaa gak apa-apa, suka aja.” Aku balas dengan memberondong dia dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya, “kenapa suka beli make up begituan? Kayaknya gak terlalu penting juga kan harus punya semuanya itu. Kenapa gak suka sama baju-baju aja, biar fashionable gitu. Kalau baju kan harganya Rp 50.000 aja bisa kepake lama, bertahun-tahun, kelihatan pula. Lha kalau make up, Rp 50.000 palingan cuma kepakai 3 bulan. Terus aja beli-beli terus. Emangnya ketara banget apa di wajahnya? Jadi cantik gitu kalau pakai make up-make up itu? Kalau bagiku sih kayaknya mubadzir. Mendingan baju, diwarisin atau disumbangin juga bisa kalau misal udah gak muat atau udah bosan pake.” Dan dia hanya diam sambil melanjutkan ritual make-upannya. Mungkin cari aman kali ya, gak mau terlibat perdebatan terlalu panjang denganku. Haha *iya, aku emang jahat. Gimana lagi atuh? Da aku mah emang begini ~.~

Jadi, gimana menurut teman-teman?
Aku VS temanku, sama-sama gak punya duit –punya sih, tapi pas-pasan buat hidup doang gitu maksudnya :D-, dia nabungnya buat beli make up, aku nabungnya buat beli barang fashion yang aku suka, terutama yang ada touch of batiknya.

Aku lebih suka nabung buat fashion –baju, kerudung, sepatu, sandal, dll- karena kupikir itu berguna untuk bisnisku –iya, dasar otak bisnis mah apa-apa juga dikait-kaitin semuanya sama bisnis, alias itungan banget :P-. Berguna gimana maksudnya? Yaa jadi kan barang-barang itu bisa aku mix-match sama batik-batikku, kan bisa dipakai untuk pemotretan, masa iya pemotretan sepatunya itu-itu aja, atau kerudungnya itu-itu aja. Lagian kalau pemotretannya bagus, terus banyak orang yang suka juga kan jadinya nanti batikku laris manis. Hehehe

Perkara make up, pemotretan juga emang butuh sentuhan make up. Gak mungkin juga kalau wajahku pucat pasi tertangkap kamera. Oh tidak! 
Naah, caranya supaya aku bisa tetap make-upan yaitu: beli make up lengkap, lalu diawet-awet, make-upnya beneran cuma dipake pas pemotretan atau pas kondangan or acara resmi aja, bukan untuk sehari-hari. Haha.. Saking awetnya, maskaraku (hadiah dari teman blogger) mengering, blush on warisan mamah masih ada sampai sekarang (blush on itu udah ada waktu aku masih SMA), milk cleanser + toner udah mau masuk setahun belum habis, foundation kayaknya udah 2 tahunan (sampai wadahnya rusak duluan karena jatuh), masker wajah dari jaman SMA masih ada, bedak tabur dari jaman SMA baru habis pas kuliah (sekitar 3 tahunan), bedak padat beli waktu kuliah semester 3 sekarang masih ada. Apalagi lipstick sama eye shadow, beuh itu mah awet pisan. Malah sekarang aku punya 4 lipstick, yang beli sendiri sih 1 doang, 3 laginya dari hadiahan semua :P Eye shadow dan parfum juga ada yang hadiahan dari orang. Uuuhhh ngirit banget kan si Syifa mah? Ahaha…

Well, aku hanya gak mau menghabiskan uangku untuk barang-barang konsumtif, apalagi sekedar make up. Rasanya lebih banyak barang lain yang harus aku beli, tentunya yang bermanfaat dan berjangka panjang untuk aku dan keluarga, juga untuk lingkunganku. Kalau sekedar make up kan hanya bermanfaat untuk diriku sendiri. Sedangkan suamiku, keluargaku, lingkunganku, mereka gak kebagian manfaatnya dong. Apa iya dengan melihat diriku yang bersolek, semua orang akan gembira? Tidak, kan! Aku lebih memilih apa adanya daripada diribetkan oleh make up ini-itu. Kadang kesal juga kalau nunggu teman yang lambreta banget cuma gara-gara make-upan dulu. Halah, make up begitu mah ternyata bikin dirimu gak percaya diri, girls! Padahal mah siapa juga yang mau merhatiin make-upnya. Mending bedakan, lipbalm-an, parfuman doang kayak aku, dijamin kilat deh dandannya. Wkwk..

Beda sama barang fashion. Barang-barang ini sih berjangka panjang *kalau menurutku loh ya.. Misal kaos harganya Rp 20.000. Ada 3 kemungkinan; pertama, kaosnya lama-lama rombeng atau belel atau gak layak pakai deh, nah kan bisa dijadiin lap. Kedua, kaosnya masih bagus tapi kita udah bosan atau udah kekecilan, bisa diwarisin deh tuh ke adik atau tetangga atau siapa aja yang mau dan butuh, bisa juga disumbangin ke lembaga-lembaga sosial. Ketiga, kalau kita kreatif, kita bisa merefashion kaos itu jadi fashion terbaru atau membuatnya jadi bentuk lain yang sama-sama berguna.

Buktinya, baju-bajuku sekarang kebanyakan adalah baju-baju dari jaman baheula. Dari jaman SD juga masih ada loh, masih dipakai. Baju-baju warisan dari bibi juga masih ada, masih dipakai. Tapi gak kelihatan kan kalau itu baju jadul? :P Yang penting mah bisa mix-matchnya aja. Kalau penampilan kita rapi, pakaian kita gak ngebosenin, gak make upan juga kayaknya gak masalah. Beda kalau kita make upan tapi baju kita ngebosenin, itu-ituuu aja, bahkan udah lusuh, kan jadinya gak kece, wajah menor tapi baju kayak baju molor *oops :D

Hmm… Hmm… Entah sejak kapan aku jadi amat perhitungan seperti ini. Bawaan calon pengusaha sukses kali ya.. Ahaha… Aamiiin….

Lalu, gimana pendapat teman-teman tentang hal ini, make up VS fashion? Share dongs di sini :)

By. Si Famysa, gak terlalu suka make up

Minggu, 22 Februari 2015

Modus Penipuan 'Numpang Transfer'

Tanggal 6 April 2014 lalu, waktu aku mau beli tablet di Ramai Mall Jogja, ada satu pengalaman yang tidak terlupakan sampai sekarang. Niat hati sih ingin langsung menuliskan ceritanya (duluu), tapi apa daya, tahun kemarin tahun paling sepi tulisan di blogku. Wkwk..

Jadi begini ceritanya…

Di ATM Center Ramai Mall, aku mengantri bersama para nasabah lain yang akan bertransaksi di ATM itu. Aku bersama Ibank. Di depan kami, ada seorang ibu yang sepertinya sedang bercakap-cakap dengan seorang laki-laki cungkring bertato. Tak lama, si ibu pun pergi meninggalkan laki-laki itu.
Tiba giliranku masuk ke ATM, aku dicegat oleh laki-laki itu. Tanpa segan laki-laki itu langsung memulai percakapan denganku.

(Ket: L: Laki-laki itu, S: Syifa, I: Ibank)
L: Mbak, mau ambil uang ya?
S: Iya.
L: Mbak, aku boleh minta tolong gak?
S: Minta tolong gimana, Mas?
L: Aku numpang transfer dari ATM Mbak. Ini nanti uangnya aku ganti cash (sambil menyodorkan uang cash Rp 1.000.000). Ada gak, Mbak?
S: Hmm… Ada sih… Tapi bentar ya, Mas, aku cek dulu barangkali belum ada uangnya.
I: Kalau boleh tahu, emang uangnya buat apa ya, Mas?
L: Aku mau transfer ke temanku, Mas.. Kasihan dia habis kemalingan di jalan, dompet sama HPnya hilang.
I: Emang posisi teman Masnya dimana?
L: Dia lagi di Jakarta, Mas.. Kasihan dia nanti gak bisa pulang. Lagian di Jakartanya nanti gimana dia, kan gak punya uang.
I: HPnya hilang kok bisa ngehubungin Mas?
L: Dia nelpon pinjam HP orang lain di sana, Mas. Katanya darurat banget dia minta ditransfer.
I: Oh ya udah kita cek dulu saldonya ya, Mas. Ini tuh lagi nunggu transferan Bapa, gak tahu udah ditransfer apa belum.
L: Oh iya, monggo, Mas..

Di dalam ATM, aku agak gemetaran. Takut. Apalagi uang di ATMku waktu itu cukup banyak.
Aku berdiskusi dengan Ibank…
S: Gimana nih? Dikasih jangan? Beneran gak sih itu orang? Tapi kan uangnya nanti diganti langsung sama dia.
I: Ibank ragu, Syif.. Kan katanya mau transfer ke temannya di Jakarta, temannya kemalingan, dompet dan hapenya hilang. Nah kalau dompetnya hilang, otomatis ATMnya juga hilang dong? Biasanya kan kita nyimpan ATM di dompet. Atau gak di dompet HP kayak Syifa. Terus katanya darurat, ini udah malam, kalau harus ngurus ATM atau ambil uang ke bank sekarang juga kan gak bisa.
S: Hmm… Iya juga yaa… Terus kok dia punya uang Rp 1.000.000 itu? Berarti kalaupun kita transfer, kita kan tetap punya uangnya cash dari dia.

Kami sejenak termenung….
Kemudian…
S: Oooh… Bisa saja uang yang di tangannya itu uang palsu atau uang hasil curian. Dia mau transfer uangnya supaya jejaknya hilang. Ibaratnya money laundry. Jadi kan nomor seri di uang yang dia curi itu berpindah ke tangan kita. Dia malah bersih. Nanti kita yang kena batunya. Atau mungkin uang itu palsu. Nanti kita juga yang kena masalah.
I: Iya bisa jadi. Lagian kalau Ibank atau Syifa yang kena musibah, pasti yang dihubungi pertama kali keluarga kan. Atau kalau Ibank mah ngehubungin Syifa dulu deh karena hafalnya nomor Syifa. Hebat banget ya itu orang, dia mah hafalnya nomor temannya.  
S: Terus sekarang gimana cara keluarnya?
I: Ya udah keluar aja. Kita bilang ke orang itu uangnya gak ada, belum ditransfer.
S: Oke, ayo!

Di luar, orang itu setia menanti kami.
L: Gimana, Mas, Mbak, bisa nggak saya numpang transfer?
S: Maaf, Mas, ATMku gak ada segitu saldonya. Bapaku ternyata belum transfer. Permisi ya, Mas, kami mau masuk dulu.

Di pintu masuk Ramai Mall, kami kembali menoleh ke ATM Center. Orang itu masih di tempatnya, hanya di ATM bank itu, tidak berpindah ke ATM bank sebelahnya. Sepertinya dia masih akan terus mencari mangsa lain.

Satu sisi, aku takut aku yang berburuk sangka pada orang lain yang padahal memang sedang membutuhkan bantuan. Tapi di sisi lain, dia orang asing. Helloww… Aneh banget kan dia berdiri terus di ATM sambil memegang uang Rp 1.000.000-nya tanpa takut ada jambret atau apa lah. Alasannya juga gak masuk akal. Penampilannya pun mencurigakan.

Pokoknya, kita mah waspada saja lah! Jangan mudah percaya pada orang asing, jangan mudah dirayu dan menaruh simpati pada orang asing! Waspadalah, waspadalah… Kejahatan bukan hanya terjadi karena ada niat si pelaku, tapi juga karena ada kesempatan. So, kita sebagai –mungkin- target, jangan sampai memberikan setitik kesempatan pun pada orang-orang jahat untuk melancarkan aksinya.

Dan di dalam Ramai Mall…
S: Lalu aku harus ambil uang dimana? Kan mau beli tabletnya saat ini juga. Kalau balik lagi ke ATM Center Ramai Mall nanti ada orang itu lagi… :(
I: Oh iyaaa….. *tepok jidat

Terpaksa kami berjalan ke luar Ramai Mall lewat pintu depan (Jalan Malioboro) dan mencari ATM terdekat di Jalan Malioboro. Akhirnya nemu deh ATM bank lain. Higs, kena potongan lumayan deh karena bukan di ATM bank sendiri. Ahaha :P

By. Si Famysa, waspada!

Sabtu, 21 Februari 2015

Berulang (Lagi dan Lagi)

Selamat malam mingguan, Mblo :))

Postingan ini mungkin gak penting. Gak usah dibaca saja, aku ikhlas kok. Aku hanya ingin cerita pada diaryku ini.

Setan kembali merasuk
Ia merajuk dengan kegoblokannya, ia merajuk dengan kepicikannya
Semakin lama bukkannya ia yang membusuk. Ia justru ingin pengikutnya yang membusuk.
Agar menjadi sebusuk perangainya.
Sampai kapan?
Entah.
Mungkin sampai ia berhasil mengeruk emas di lautan lepas
Hahaha

Tak sudi aku membiarkan ancamannya bertengger kokoh lagi
Tak sudi aku mengalah lagi
Meski mengalah bukan berarti kalah, tapi mengalah juga dapat mengartikan lemah
Tidak. Aku tidak lemah.
Aku tidak ingin berkawan dengan setan
Aku tidak ingin berpapasan dengan setan
Akan kuusir ia. Dan tidak akan pernah kubiarkan setan itu mengusirku lagi.
Sudah cukup.
Kini saatnya aku yang melawan
Kini saatnya aku yang menebar ancaman
Melawan setan, mengancam setan.

Lalu, sekarang kamu berani apa, setan?
Dasar setan bertempurung!
Lawan aku! Jangan kau beraninya sembunyi dibalik tempurung busukmu!
Akan kuhentikan langkahmu detik ini juga.
Aku tidak takut.
Aku tidak akan pergi.
Aku tidak akan membiarkan gangguanmu berulang (lagi dan lagi)!!
pict from here
by. si Famysa, marah.

Jumat, 20 Februari 2015

Hand Sanitizer; Gak Boleh Ketinggalan!

Teman-teman ada yang cleany freak kayak aku? Gimana sih rasanya jadi cleany freak? Pastinya yang kepikiran nomor uno adalah kebersihan dimana pun kita berada. Iya kan?
Jadi seorang cleany freak, senang sih, tapi tetap saja ada susahnya. Senangnya ketika aku bisa memastikan tempat tinggalku bersih, aku jadi leluasa bergerak karena gak takut sama apa-apa yang menjijikan. Susahnya, kalau pergi! Apalagi kalau harus menginap di tempat orang, entah itu rumah atau penginapan. Aku jadi banyak bergidik. Kayak di film horror saja deh, ketika si pemeran utama shocked ketemu hantu, nah kalau aku shocked-nya ketika ketemu sarang laba-laba di langit-langit atau lantai yang ngeres atau taplak meja yang kotor atau apa lah semacamnya. Tiap kali bepergian, aku selalu sangat amat bersyukur kalau tempat yang kutemui itu bersih, minimalnya kayak di rumahku lah ya. Walaupun gak bagus, gak mewah, dan gak rapi, minimalnya bersih saja deh, itu sudah cukup bagiku.

Ada satu hal yang paling-paling-paling membuatku ribet kalau bepergian. Yaitu tiap kali mau makan dan mau pegang muka. Dimana letak ribetnya? Aku selalu harus cuci tangan dulu. Iya kalau di tempat aku berhenti mau makan ada tempat buat cuci tangan. Kalau gak ada? Uh sungguh merepotkan diriku sendiri. Aku bela-belain gak jadi makan daripada harus makan pakai tangan yang kotor.

di ruang kerja pun wajib ada!
Jadi begini ceritanya..
Waktu masih kuliah, aku sering pulang-pergi Semarang-Subang motoran sama Ibank. Atau pulang-pergi Semarang-Jogja, Jogja-Magelang motoran sendirian. Kalau Semarang-Jogja doang sih tidak terlalu jauh, masih bisa nemu tempat cuci tangan di pom bensin, tidak terlalu cepat lapar juga di jalannya. Jogja-Magelang juga dekat, aku bisa bawa bekal makanan dari rumah (rumahnya Mbak Dian, tempat tinggalku selama garap skripsi), lengkap dengan botol minum dan sendok. Jadi gak masalah gak cuci tangan juga.
Yang jadi masalah adalah waktu motoran Semarang-Subang atau sebaliknya. Jarak tempuhnya kan panjang banget, sedangkan aku menunggangi motor. Jelas dong kotoran nempel dimana-mana, apalagi tangan sama muka, beuh sudah jelas kotor itu mah walaupun sarung tanganan dan maskeran.
Namanya motoran, apalagi motornya si mungil b*at, barang bawaan aku dan Ibank benar-benar dipilah-pilah sedemikian rupa supaya gak terlalu memberatkan dan menyempitkan. Mau bawa botol minum dan wadah makanan pun, ribet. Akhirnya kami beli makanan (dibungkus) dan air mineral 1 botol sedang, supaya kalau sudah habis bisa langsung dibuang, jadi gak makan tempat dan harus bongkar-bongkar tas lagi. Biasanya kami sudah kelaparan setelah 3-4 jam menempuh perjalanan. Dan kalau sudah lapar, pokoknya harus makan saat itu juga, daripada dipaksakan cari tempat enak nanti malah gak konsen nyetirnya. Di pinggir jalan pun, di bawah pohon, jadi deh buat tempat makan. Begitu buka bungkusan nasi, Ibank mah main makan-makan saja, dia gak begitu peduli tangannya kotor atau tidak. Sedangkan aku, ribetnya di sini nih si cleany freak. Mau cuci tangan pakai air minum, sayang. Kan cuma sedikit bawa minumnya, harus diirit-irit.
Nah, makanya aku selalu bawa hand sanitizer kemana pun aku pergi, terutama kalau bepergian jauh. Aku gak mau dong makan sama kuman-kuman sepanjang jalan Pantura. Uweks! -_-

Ada juga cerita kalau main ke kosan Ibank…
Kosan Ibank kan di lantai 2. Biasanya kami ngobrol-ngobrol di balkon. Ribetnya di kosan Ibank itu, di lantai 2 gak ada kamar mandi (kamar mandinya hanya ada di lantai 1). Lah kalau aku mau ngemil? Kan ribet plus cape juga kalau harus naik-turun tangga buat cuci tangan doang. Makanya aku selalu bawa hand sanitizer. Ibank mah kerut-kerutin kening doang deh sama kebiasaanku yang satu ini. Haha

Sekarang, kalau kalian kepoin tas atau beauty case aku, kalian pasti akan selalu nemu benda yang satu ini, hand sanitizer. Wajib dibawa deh ini mah. Kalau lupa gak bawa benda ini, hmm… aku pasti bakal nyesel banget. Rasanya gimana gitu kalau jalan-jalan sama teman atau keluarga, di mobil ngemil padahal tangannya habis pegang yang berdebu, kotor, atau bisa saja habis ngupil *eh. 

Ahh, hand sanitizer itu segalanya lah bagiku. Benda ini adalah benda wajib yang paling simple untuk mengobati penyakit cleany freakku. Kan gak mungkin dong kalau aku harus bawa sapu dan lap pel juga. Haha :P :D

by. si Famysa, cleany freak

Kamis, 19 Februari 2015

Hidayah Datang Kapan Saja

Dua hari yang lalu, aku dan Ibank main ke rumah Emih. Sesampainya di sana, aku disambut oleh dua sepupuku yang sedang duduk di teras depan. Kemudian Emih keluar, dan tak lama bibi datang. Lalu aku bertanya pada bibi, “mamang kemana, Bi?” dan kata bibi, “Tuh ada di dalam rumah. Mamang kemarin mah abis ikut pesantren kilat 3 hari, Neng.” Tak lama mamang pun keluar karena bibi memanggil.
Seperti biasa, mamang selalu antusias kalau aku main ke sana sama Ibank. Entah kenapa, sejak sebelum menikah, bahkan belum ada wacana untuk menikah pun, mamang seperti menemukan klik jika mengobrol dengan Ibank. Malah kata Ibank, mamang pernah curhat seputar masa bujangnya sampai pagi, sampai Ibank tak kuat menanggapi karena mengantuk waktu rame-rame menginap di kontrakanku semalam sebelum aku wisuda. Haha…

Ada yang beda dari obrolan dengan mamang kemarin… Mamang yang biasanya berbicara –selalu- perihal duniawi, entah itu kapusing hirup, atau keluh-kesah, atau hutang, atau apa lah yang duniawi-duniawi, tapi kemarin tidak lagi membicarakan hal itu. Mamang kemarin banyaaak sekali cerita pengalaman pesantren kilatnya. Dan ajaibnya, mamang benar-benar mempraktekkan ilmu yang didapatnya dari pesantren kilat. Kupikir mamang berubah 180 derajat!

“Mamang kemarin pesantren 3 hari Cuma bayar Rp 30.000 doang. Itung-itung ganti uang makan sehari Rp 10.000. ya memang sih makannya alakadarnya, makan bareng-bareng di atas nampan. Sarapannya aja cuma minum kopi segelas untuk 4 orang. Awalnya emang berat karena biasanya di rumah sarapan sampai kenyang. Tapi pas hari kedua, mamang sudah mulai bisa membiasakan diri. Ya mau gimana lagi, emang adanya itu makanannya. Tapi anehnya mamang sama jamaah lainnya bisa kuat loh. Emang benar ya, makan itu sekedar ambil fungsinya aja, jangan sama nafsu. Kalau kita cuma ambil fungsinya aja dijamin cepat kenyang deh. Nih mamang udah buktiin. Sekarang mamang gak pernah ngomel lagi kalau bibi belum nyiapin sarapan sebelum mamang berangkat ke sawah. Mamang minum kopi aja juga udah cukup kenyang.”

“Enak banget pesantren kemarin. Kita (jamaah) dibekam dan diruqyah gratis. Ilmu yang diajarkan juga sederhana, gak neko-neko, gak menyesatkan kita. Intinya mah cuma ngajak sholat yang benar sama ibadah-ibadah sunnah lainnya. Pulang dari sana mamang benar-benar ngerasain kalau sholat itu memang kebutuhan. Sekarang rasanya gak enak kalau gak sholat. Malah pengennya kalau lagi gak ada kerjaan, daripada diam di rumah, paling-paling nonton TV, mending ke masjid sholat sunnah kek, atau dzikir. Jamaah yang lain juga sama kayak mamang loh, Neng, bawaannya tuh pengen ibadaaah terus. Malah ada loh tukang mabok dan judi yang jadi rajin ibadah, dia tobat sama mabok dan judinya. Mamang seumur-umur baru lihat dia sholat ya pas di pesantren kemarin. Dulunya mah boro-boro, lebih-lebih dari mamang lalainya deh.”

“Mamang pulang dari pesantren tuh ngerasa enaaak banget hati sama pikirannya. Berasa nge-blank gitu. Kosong aja semuanya, kayak kembali ke awal lagi. Badan juga terasa ringan. Ibadah juga berasa nikmat banget. Biasanya sholat karena terpaksa sambil ogah-ogahan, sekarang jadi gak pengen ketinggalan sholat, kalau bisa ya di masjid terus berjamaah.”

“Ternyata emang ilmu kehidupan yang susah mah. Neng sama Ibank sekolah tinggi-tinggi juga belum tentu ngerti ilmu kehidupan. Pendidikan tinggi gak ngejamin orang itu punya ilmu kehidupan. Mamang juga baru ngerasain sekarang. Ternyata enak banget ya hidup kalau selalu dekat sama Alloh mah. Apa-apa doa aja ke Alloh, kita mah gak usah terlalu ambil pusing, yang penting usahanya tetap dijalani.

Suami-istri kalau makan baiknya sepiring berdua, itu untuk menyatukan hati. Mamang juga sekarang makannya sepiring berdua aja sama bibi. Terus ikutin cara duduk makannya Rasul (kaki kanan lututnya ditekuk sampai bertemu dada) deh, ternyata memang posisi duduk seperti itu bikin cepat kenyang loh. Mamang gak ngerti secara medisnya mah gimana, tapi mamang udah ngerasain sendiri. Kalau makan pakai tangan kanan, kalau pakai tangan kiri itu sama aja kayak kita gak makan. Malah ustad-ustad di pesantren kemarin mah bela-belain ngebuang timun yang satu sisinya dipegang oleh tangan kiri waktu memotong. Mereka ngajarin kita motong timun sama teman, satu orang pegang satu sisi timun, satu orang lagi pegang sisi lainnya, jadi kan kepegang sama tangan kanan semua tuh.”

“Mamang dulu biasanya kalau di sawah lihat ulat di padi tuh ngomel-ngomel, tapi sekarang mah belajar buat ikhlas, ‘ah ya biarin deh, berarti bukan rejeki kita, itu rejekinya ulat, ulat juga kan pengen makan”.

Kalau mau usahanya lancar jangan lupa sama sholat dhuha… Senjatanya orang-orang bisnis justru lewat sholat dhuha itu.”

Di perjalanan pulang, aku tak henti-hentinya berdecak kagum atas perubahan mamang. Aku dan Ibank jadi termotivasi untuk bisa lebih banyak belajar dan belajar lagi tentang agama, untuk berusaha memaksimalkan ibadah, untuk menyeimbangkan waktu antara dunia dan akhirat..

Ternyata, hidayah memang bisa datang kapan saja. Hidayah tak kenal waktu, tak kenal usia. Namun yang perlu digarisbawahi, hidayah sebagian besar datang hanya bagi mereka yang ada usaha untuk menjemputnya. Contohnya mamang yang usaha menjemput hidayah dengan mengikuti pesantren kilat :)

Mamang yang awam, yang tinggal di kampung (lebih kampung dari kampungku), jauh dari akses menuntut ilmu aja bisa berubah menjadi lebih baik, dan berniat untuk terus menjadi lebih baik, kenapa aku gak bisa? Kenapa kita gak bisa? Sebuah kisah kan ada untuk dipetik hikmahnya. Iya kan, iya kan? :D

Oh ya, bibi juga cerita, katanya mamang sekarang meminta bibi untuk berhijab. Hihihi… Semoga segera terwujud. Semoga keluargaku, keluarga kita semua senantiasa didekatkan dengan hidayah-Nya yaa.. aamiin…
para sepupu; para bocah korban kamera depan :P
By. Si Famysa, senang ^^

Rabu, 18 Februari 2015

#ReboNyunda di Blog Jejak Si Miaw

pict from twitter @infobdg
Kata Om Wiki, Rebo Nyunda atau Rabu Sunda adalah salah satu kegiatan mingguan di Bandung yang bertujuan melestarikan budaya Sunda sebagai salah satu budaya lokal yang berkembang di Jawa Barat. Program Rebo Nyunda ini digagas oleh Walikota Bandung -yang terkenal itu looh... Siapa hayoo? Masa gak tahu? :D- Bapak Ridwan Kamil, dan mulai diberlakukan di Bandung pada tanggal 6 November 2013. Latar belakang program Rebo Nyunda ini adalah karena kekhawatiran akan lunturnya budaya Sunda di masyarakat Sunda-nya sendiri. 
Di Bandung, setiap hari Rabu warganya wajib berbahasa Sunda dalam berkomunikasi, terutama bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) baik itu dalam komunikasi formal maupun informal. Di sekolah pun sama. Dan sebagai pelengkapnya, masyarakat juga dihimbau untuk berpakaian adat Sunda. Untuk wanita menggunakan kain batik dan kebaya, dan untuk pria menggunakan iket kepala batik dan pangsi (baju dan celana longgar berwarna hitam-hitam) serta menambahkan hiasan kujang (senjata tradisional Jawa Barat) bila memungkinkan.
Selain Kota Bandung, daerah lain yang sudah menerapkan program Rebo Nyunda adalah Kabupaten Garut dan Kota Bogor. Sedangkan di daerah tempatku tinggal, di Subang tercinta, sepertinya masih sekedar mengekor, belum ada peresmian dari pemerintah setempat untuk menerapkan Rebo Nyunda. 

Memang, sangat terasa olehku, penggunaan bahasa Sunda di daerah Sunda -Jawa Barat- sudah jarang. Bukan tidak pernah digunakan loh ya, tapi jarang digunakan. Beda sekali dengan di daerah Jawa. Selama kuliah, aku sering ditanya dalam bahasa Jawa oleh orang yang pertama kali bertemu -yang belum tahu bahwa aku tidak bisa bahasa Jawa-. Sedangkan di sini, di tatar Sunda, seringnya orang-orang memulai percakapan/sapaan dengan bahasa Indonesia. 
Sebagai contoh waktu aku SMA di Subang Kota. Percakapan utama antar teman ya menggunakan bahasa Indonesia. Padahal ini di Subang, bukan di Bandung, Bekasi, Bogor, Depok yang memang sudah banyak terpengaruh oleh bahasa budaya lain. Karena Subang hanya kabupaten pinggiran, perbatasan dengan Indramayu, kukira orang-orangnya semua berbahasa Sunda dalam kesehariannya. Seperti aku yang memang dari kecil berbahasa Sunda. Bahkan guru-guruku di SD dan SMP pun tak segan menjelaskan pelajaran dengan bahasa Sunda. Guru-guru hanya berbahasa Indonesia ketika mendiktekan sepertinya, atau kecuali pelajaran bahasa Indonesia, itu mah gak heran kalau full bahasa Indonesia. Hho..
Awal-awal berada di lingkungan Subang Kota dengan 'bahasa Indonesia'nya membuatku agak susah beradaptasi. Ada sih sedikit yang berbahasa Sunda, dan sedikit sekali yang berbahasa Sunda halus, tetap saja kebanyakan berbahasa Indonesia. Aku sedikit agak kagok dalam berbicara karena belum terbiasa.
Lama-lama, karena sedari SMA sampai kuliah aku 90% berbahasa Indonesia, kemampuan berbahasa Sunda halusku sedikit demi sedikit pudar. Aku lupa apa bahasa Sunda halusnya -misal- tertawa. Bahkan aku agak gagap waktu mengobrol dengan orang yang lebih tua dalam bahasa Sunda, karena otomatis harus bahasa yang halus kan. Aku hanya lancar berbahasa Sunda loma -sedang-, bahkan kasar. 
Beruntung aku sekarang kembali ke kampung, kembali ke keluarga yang berbahasa Sunda halus. Dengan begini aku bisa sedikit demi sedikit memperbaiki lagi bahasa Sunda-ku yang sempat terlupakan. Tapiii... ada yang membuatku prihatin juga.. sekarang di sini, di kampungku anak-anaknya kok 50% berbahasa Indonesia ya.. bahkan anak kecil -bayi- di sini sekarang diajarkannya bahasa Indonesia oleh orang tuanya, padahal orang tuanya berbahasa Sunda loh. Ckck.. Apakah orang-orang sini sudah mulai gengsi berbahasa Sunda?

Well aku mulai mengetahui program Rebo Nyunda ini pasca lulus kuliah. Aku mulai tahu dari instagram teman-temanku -yang berprofesi sebagai guru- yang mengunggah foto bertema Rebo Nyunda, dengan bahasa Sunda dan dengan pakaian adat Sunda. Lalu beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan blog Sundanis pisan -Arip Blog-. Tema blognya sangat Nyunda. Dan hari Rabu lalu aku membaca postingannya yang berbahasa Sunda. Aku jadi ingat 'oh, iya yaa.. kan ini hari Rabu, kan ada Rebo Nyunda'. Sejak saat itu aku jadi terinspirasi untuk menulis dalam bahasa Sunda juga setiap hari Rabu. Walaupun bukan orang Bandung dan bukan anaknya Bapak Ridwan Kamil, tapi kan aku ini asli urang Sunda. Apa salahnya aku juga ikut melestarikan bahasa daerahku sendiri. Iya kan, iya kan? :D NB: hatur nuhun inspirasina nya, Rip! :) *mugia Arip maca postingan ieu. Hehe..

Insya Alloh, mulai hari Rabu depan, setiap hari Rabu, di blog ini akan tayang postingan dalam bahasa Sunda. Semoga niatku ini terlaksana yaa.. Aamiin :))

Terakhir sebelum menutup tulisan hari ini, "Yu urang Sunda, ti ayeuna urang diajar miara basa nyalira. Pami sanes ayeuna, iraha deui? Pami sanes urang, saha deui?" ;)

by. si Famysa, USA -urang Sunda asli-

Selasa, 17 Februari 2015

Tips Nulis (ke-8) di Blog Ala-ala Jejak Si Miaw

Jadi ceritanya kemarin aku sudah nulis panjang lebar untuk giveaway blog Cokelat Gosong - Mba Hilda Ikka. Udah aku publikasikan tuh. Eh pas aku mau daftarin tulisannya di kolom komentar, aku baca lagi rulesnya, ternyataa maksimalnya 700 kata. Muahaha aku kelewatan sama rules itu. Aku udah nulis dua kali lipatnya! :P Jadinya antara link permanen sama judul postingan gak sinkron deh. Wkwk... Naah daripada tulisan setengahnya dibuang sayang, mending aku publikasikan sekarang dalam postingan lain. Hihi ;)

Aku membuat blog ini sejak Oktober 2010 karena terinspirasi teman kuliahku. Kok kayaknya asyik ya ngeblog, nulis sendiri, terbitin sendiri, selain bisa dibaca lagi oleh kita, orang lain juga bisa ikutan baca tulisan kita, gak ribet, gak harus kirim naskah ke sana-sini. Setelah blogku jadi, aku gak langsung nulis tuh, entah kenapa :P Seingatku, aku baru aktif nulis blog setelah 4 bulan membuat blog, yaitu sekitar bulan Februari 2011. Waktu itu aku juga termotivasi untuk terus menulis karena aku gabung di Forum Lingkar Pena (FLP) Semarang. Dan blog lah akses yang paling mudah dan asyik untuk nulis.

Nulis di blog bagiku bukan hanya sekedar untuk hepi-hepian. Tapi untuk melatih kemampuan menulisku. Gini-gini kan aku juga bercita-cita ingin jadi penulis novel kayak teman-teman semua. Iya kaan? Hehe… Aku ngeblog juga salah satunya karena termotivasi ingin jadi penulis. Hanya saja aku terlalu kedul alias malas kalau disuruh nulis terlalu panjang dengan judul yang sama. Padahal nulis kitab skripsweet yang tebalnya gak ketulungan bisa yaa. Kenapa nulis novel belum bisa saja. Hmm… :P Nulis di blog juga bisa jadi pembawa rejeki bagiku. Saat kanker –kantong kering melanda, eh tiba-tiba baca pengumuman aku menang kontes blog yang hadiahnya uang. Atau saat aku mupeng banget sama suatu barang, eeh aku bisa dapat barang itu dari hadiah menang kontes blog juga. Alhamdulillah yah… Selain dapat rejeki dari blog, aku juga dapat teman baru, entah itu sesama blogger atau pembaca blogku.

Seiring berjalannya waktu, perkuliahanku semakin padat, semakin banyak tugas dan penelitian ini-itu. Belum lagi magang, KKL, KKN, dan skripsi yang lumayan menguras waktu dan tenaga, duit juga :P Aku jadi jarang sekali nulis di blog. Paling-paling satu bulannya aku Cuma bisa nulis paling banyak 4 postingan, bahkan kosong mlompong.

Naah, sekarang adalah waktunya untukku membuktikan bahwa aku memang seorang blogger. Karena sekarang aku kerja di rumah (bisnis), jadi aku punya waktu untuk insya Alloh konsisten nulis di blog. Ditambah sekarang mah ada suami yang selalu mengingatkanku untuk nulis. Muehehe…

Ini dia tips nulis (ke-8) di blog ala-ala Jejak Si Miaw: -untuk 7 tips sebelumnya mangga dibaca di sini --> 7 Tips Nulis Blog Ala-ala Jejak Si Miaw-
  • Rajin cek email & web/blog penyelenggara lomba 
Aku punya 2 pengalaman kurang baik dalam lomba blog karena menyepelekan cek ricek email maupun web/blog penyelenggara lomba.

Pengalaman pertama waktu aku menang juara 2 lomba blog tentang hari Valentine yang diselenggarakan oleh Zalora Indonesia. Menjelang hari pengumuman, aku pulang kampung. Tahu sendiri kalau di kampung mah sinyalnya lup-lep ya, jadinya aku gak bisa internetan deh. Dua harihari setelah hari pengumuman itu, aku baru banget nyampe Semarang. Langsung kubuka FB Zalora. Dan ternyata aku juara 2 dong. Lalu aku buka email untuk mengecek surat pemberitahuannya. –juara 2 hadiahnya tiket Jakarta Fashion Week, dress code touch of blue, jadwalnya besok malam!- Ulala, mau gimana coba? Aku baru aja nyampe Semarang, aku gak punya dress code biru, aku gak punya duit buat ongkos ke Jakarta, dan yang paling parah adalah aku tidak diijinkan pergi oleh orang tuaku. Hufftt…

Pengalaman kedua waktu aku terpilih sebagai 24 besar –calon finalis- Ubek Negeri Copa De Flores – Adira Faces of Indonesia. Waktu itu aku sedang panas-panasnya penelitian skripsi. Seharian ada yang menelponku, bahkan dari kemarin-kemarin, no telpon kode area Jakarta. Tapi tidak terjawab karena aku mobile ke sana-ke mari motoran. Akhirnya aku bisa menjawab telpon itu setelah isya pada hari itu. Mbak penelpon bilang bahwa aku lolos sebagai calon finalis dan berhak mengikuti tahap selanjutnya. Namun ada persyaratan yang harus dipenuhi. Katanya aku sudah telat, waktu kirim berkas sudah terakhir kemarin. Namun aku masih diberi kesempatan 1 jam. Aku disuruh cek email segera. Persyaratan yang ditulis di email adalah scan KTP dan pernyataan ijin dari orang tua. What the what the… Waktu itu sudah malam, tidak ada scanner di kosan, aku sedang di Jogja, orang tuaku di kampung tidak akan bisa mengirim email segera –karena harus ke warnet dulu yang letaknya jauh dari rumah-. Hufftt… Aku cuma bisa kirim foto KTP remang-remang dan screenshot sms pernyataan ijin dari mamah. Apa-apaan kan.. Ya sudah lah, aku pasrah.

Well, well, semoga teman-teman semua tidak ada yang mengalami hal kurang baik dalam lomba blog seperti aku yaa... 
Semoga bermanfaat ^^

by. si Famysa, a blogger

Mijn Vriend