Tampilkan postingan dengan label Friends. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Friends. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Maret 2015

Dieng Plateau; Surga di Atas Awan

Surga di atas awan; istilah ini identik dengan keindahan di puncak gunung, identik dengan kegiatan mendaki gunung, ketika sudah bercapek-capek ria mendaki, ketika sudah berada di puncaknya, di sana lah surganya. Tapi kini tidak lagi! Surga di atas awan bukan hanya milik para pendaki, yang benar-benar mendaki dengan berjalan kaki. Surga di atas awan kini bisa kita datangi, tanpa harus mendaki dengan kaki. Surga di atas awan itu bisa dikunjungi oleh ibu hamil, bahkan manula sekalipun. Dimanakah surga di atas awan itu?

DIENG PLATEAU (dataran tinggi Dieng); ini lah surga di atas awan itu! Surga yang bukan hanya milik para pendaki.

Tiga hari lagi setelah hari ini, tepat satu tahun yang lalu, aku dan teman-teman melakukan perjalanan ke Dieng Plateau. Hari itu kami berangkat kesiangan, pukul 10.30 WIB, dari rumah kontrakanku di Semarang. Sebenarnya agak berat untuk berangkat, makanya kami jadi kesiangan karena. Tapi karena sudah direncanakan jauh-jauh hari, apalagi teman-teman dari Subang sengaja jauh-jauh ke Semarang, jadi lah kami berangkat. Dengan berbekal cemilan dan sebagian dari kami masih car-leg Subang-Semarang, demi menikmati hidup, Dieng Plateau telah menjadi tujuan!

Jalur berangkat yang kami pilih adalah via Kabupaten Kendal. Lengkapnya Semarang-Kendal-Temanggung-Wonosobo/Banjarnegara-Dieng. Alasan kami memilih jalur ini adalah karena salah seorang dari kami ada yang pernah ke Dieng melalui jalur ini. Kami pikir setidaknya dia bisa jadi penunjuk jalan.

Dari Semarang, ada dua jalur menuju Kendal, yaitu via tol yang keluar di Ngaliyan atau via Kecamatan Gunung Pati. Kami memilih via tol untuk menghindari jalan jelek dan sepi di daerah Gunung Pati. Setelah keluar tol, kami melaju ke arah Selatan. Semakin mendekati perbatasan Kabupaten Kendal, ternyata jalannya semakin jelek dan berlubang. Tiba waktu duhur, kami masih ada di daerah Kecamatan Patean-Kendal. Kami sholat dan makan siang dulu di sana.

Memasuki perbatasan Kabupaten Temanggung, teman kami yang kami anggap penunjuk jalan lupa harus belok dimana. Kami jadi harus meminta bantuan pada GPS. Beruntung GPS masih bisa menyala di tengah kawasan yang sepertinya blacklist, hehe.. Kami pun terus mengikuti petunjuk dari GPS yang bisa bicara itu. Dia bilang belok kiri, kanan, kami menurut saja. Masuk jalan yang super kecil, naik-turun pun, kami hanya bisa menurut padanya.

Akhirnya…. Ketika guide GPS menyuruh kami belok kanan, kami bahagia bukan kepalang karena kami bertemu dengan jalan raya, jalan utama menuju Dieng Plateau. Kami sudah tinggal mengikuti jalan utama saja, GPS pun kami matikan.

Sepanjang perjalanan, semakin mendekati kawasan Dieng Plateau, alam menyajikan begitu banyak keindahannya. Posisi kami semakin tinggi. Jalanan menuju Dieng Plateau naik dan terus naik, berbelak-belok. Bagi teman-teman yang punya penyakit mabuk perjalanan, sepertinya harus sedia selusin kantong kresek *peace :P. Tapi sungguh, bagi teman-teman yang dapat menikmati keindahan alamnya, segala penat di hati dan pikiran akan hilang! Teman-teman tahu? Di sana, di perjalanan menuju Dieng Plateau, semakin kita berada di atas, ketika kita melihat ke bawah, kita akan merasa seperti berada di atas awan. Di bawah kita terhampar kabut-kabut putih yang menyejukkan. Di samping kanan dan kiri kita terhampar luas hijaunya alam. Ah, ini benar-benar perjalanan menikmati hidup.
Setibanya kami di gapura Kawasan Dieng Plateau, kami sudah tidak sabar ingin menikmati indahnya wisata Dieng. Namun, ada yang membuat kami harus bersabar dahulu. Kami terjebak macet selama 2 jam. Well, beruntungnya karena macet tersebut, kami jadi bisa keluar dari mobil untuk menghirup udara Dieng. Kami juga bisa berjalan-jalan di sekitarnya, bisa foto-foto juga. Anggap saja itu sebagai sambutan selamat datang dari Dieng, hihi..

Kurang lebih pukul 16.00 WIB, akhirnya kami sampai di area wisata Dieng. Hari sudah sangat sore, tidak mungkin kami langsung kembali ke Semarang. Kondisi teman kami sang supir juga capek. Akhirnya, yang tadinya kami tidak berencana bermalam di Dieng terpaksa harus bermalam di sana. Yaa, suatu keterpaksaan yang menyenangkan. Kami jadi bisa lebih lama menikmati hidup. Kapan lagi coba bisa ke Dieng bersama teman-teman dekat, hehe.. Walaupun tidak membawa banyak uang dan baju ganti :P

Dengan informasi yang kami peroleh dari penjaga loket tiket, kami mendapatkan home stay seharga Rp 400.000/malam. Harganya mentok, tidak bisa ditawar lagi. Kami lebih memilih home stay daripada kamar penginapan yang harga per malamnya Rp 150.000, kamarnya kecil. Sedangkan untuk tiket terusan wisata Dieng (Candi Arjuna+Kawah Sikidang) adalah seharga Rp 25.000. Penjaga loket bilang, tiket terusan itu juga bisa berlaku untuk Telaga Warna, kita hanya tinggal membayar Rp 3.000 saja, dari harga normal weekday Rp 7.500.

Dieng Plateau merupakan kawasan dataran tinggi yang masuk ke dalam dua kabupaten, yaitu Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Letaknya berada di sebelah Barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, sehingga kedua gunung itu dapat terlihat di sepanjang perjalanan Dieng sampai Temanggung. Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan sebagai gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Tidak salah jika banyak wisata pendakian gunung di sekitar Dieng, karena Dieng adalah gunung api raksasa dengan beberapa puncak gunung.

Tempat pertama yang kami kunjungi sore itu adalah Telaga Warna. Konon katanya telaga ini warnanya bisa berubah-ubah, makanya dinamai Telaga Warna. Namun yang paling umum kita dapati ya warna hijau. Seperti waktu kami ke sana, warnanya hanya hijau, tidak ada warna lain. Dan pemandangannya subhanalloh luar biasa… Mata kami sungguh dimanjakan.

Selain Telaga Warna, ada banyak telaga lainnya di sekitarnya. Ada sih penunjuk jalannya, namun ketika kami susuri jalan itu, kami terbentur oleh jalanan yang becek. Sepertinya telaga lain di sekitar Telaga Warna belum mendapat perawatan yang baik, tidak seperti Telaga Warna. Jika kalian nekat mendekati telaga lainnya, silakan saja. Berani kotor kan baik ya, hehe..

Selepas menikmati keindahan Telaga Warna, kami langsung pulang ke home stay. Tidak ada acara nongkrong atau ngerumpi malam, apalagi begadang. Kami sudah terlalu capek. Kami semua langsung tidur setelah sholat isya. Bahkan kami yang rencananya ingin ikut pemandu wisata menyaksikan sunrise dari desa tertinggi Dieng, mendadak melupakan rencana itu. Hahaha… Habisnya berangkatnya jam 3 pagi. Jelas kami masih mengantuk. Kami hanya berjalan-jalan di sekitar home stay selepas sholat subuh, hingga akhirnya kaki kami sampai di Kawah Sikidang. Lumayan, olahraga pagi di tempat dingin tidak terasa capek, hihi..

Di perjalanan menuju Kawah Sikidang, kami menemukan Candi Bima. Kami foto-foto sebentar di sana, lalu melanjutkan langkah kami. Mendekati area Kawah Sikidang, kami melihat ada pipa panjang sekali. Di pipa itu terbaca uap panas. Dan memang ada uap yang mengepul keluar dari pipa yang sepertinya sedikit bocor. Kami melewati pipa itu, dan tak lama, di depan kami adalah Kawah Sikidang. Dari jauh, kami sudah bisa mencium bau belerang. Seperti belerang pada umumnya, bau kentut. Hahaa… Siapa hayoo yang kentut pagi-pagii?? :D
Puas berjalan-jalan di sekitar Kawah Sikidang, sempat kami naik mini bukit di sana juga, kami bergegas pulang ke home stay agar bisa segera mengunjungi tempat berikutnya: Candi Arjuna. Di perjalanan pulang dari Kawah Sikidang menuju home stay, kami bisa melihat pohon papaya carica khas Dieng. Pohonnya mini, buahnya lucu. Hihiii… Seperti miniatur pohon papaya normal.

Sesampainya di home stay, kami disuguhi sarapan teh hangat dan gorengan oleh pemilik home stay. Hmm… Enaknya… Hangat-hangat di tengah dinginnya Dieng, benar-benar menikmati hidup :). Kami juga jajan sosis bakar dan es warna-warni dari pedagang yang lewat di sekitar home stay. Jajanan anak kecil. Hihi… Dan rasanya makan es di tengah dinginnya Dieng ituuu, brrrr makin dingin!

Sayangnya, kami tidak bisa berlama-lama di home stay. Kami harus bersegera siap-siap pulang ke Semarang. Masih ada destinasi wisata lain di Semarang yang ingin kami kunjungi, dan juga kami mengantisipasi jika terjebak macet lagi. Lebih baik pulang lebih awal daripada sampai Semarang kemalaman. Kasihan teman kami sang supir satu-satunya, yang tidak ada gantinya.

Sebelum benar-benar meninggalkan Dieng, kami mengunjungi Candi Arjuna dulu. Walaupun hanya sebentar, walaupun rasanya tidak puas, tapi kami anggap perjalanan ini cukup memanjakan kami. Kami bisa menikmati hidup, menikmati masa muda, menikmati indahnya alam Indonesia.

Lalu bagaimana jika aku mendapatkan tiket wisata ke Bali gratis? Apalagi bisa berdua dengan suamiku.. Waah… Sepertinya catatan perjalanannya akan lebih mengasyikan daripada ini. Semoga Tiket.com dan nulisbuku.com berbaik hati memberikan tiketnya padaku, hihi… Aamiin… ^^
Jurnal ini ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Jurnal Perjalanan dari Tiket.com dan nulisbuku.com #MenikmatiHidup #TiketBaliGratis 

Rabu, 25 Maret 2015

Syifa's Graduation

ki-ka: adikku; Maulana, Mamang Aca, Ghina, Bibi Wiwin, aku, Emih, Sri, Mamang Amin. jangan tanya orang tuaku yang mana. karena mereka gak ada di acara ini :)
Tanggal 4 Agustus 2014 lalu, aku resmi diwisuda sebagai Sarjana Administrasi Publik Universitas Diponegoro. Cieee.... swit, swiiittt :P Bangga? Ya jelas bangga dong. Gak ada salahnya kan bangga pada prestasi diri sendiri. Walaupun hanya sebatas jadi sarjana, tapi tetap ini patut disyukuri :)
best make up & hijab style from Mbak Muti
Rasanya baru kemarin tes UM I Undip di Tennis Indoor Senayan, berangkat dini hari, nyampe sana pas subuh, ngantuk-ngantuk, tetap harus fokus pada soal yang seabreg. Setelah dinyatakan diterima (sebelum kelulusan SMA), aku masih ingat bagaimana bahagianya. Saat teman-teman lain masih mencoba daftar ke sana-sini, aku malah sudah diterima oleh PTN favoritku, PTN incaranku, bahkan sebelum lulus. Rasanya sudah plong deh :)
aku urutan ke-6 IPK-nya, sejurusan yang lulus hari itu.
Rasanya baru kemarin pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Semarang. Diantar Bapa dan adikku untuk verifikasi calon mahasiswa baru, naik kereta Harina eksekutif, kata Bapa sekalian cobain rasanya kereta eksekutif, hihi.. Tempat pertama di Undip yang kukenal waktu verifikasi adalah Gedung Prof. Soedarto. Karena waktu antriannya panjang dan cukup menguras tenaga, akhirnya beres verifikasi, kami langsung pulang naik bus seadanya. Dan benar-benar seadanya, bus ekonomi, sampai Bapa pun kesal karena ngetemnya, haha.. 
teman-teman Administrasi Publik Undip angkatan 2010
Awal-awal kuliah, aku agak kesulitan mencerna mata kuliahnya. Aku harus belajar esktra, lebih rajin dari biasanya. Waktu SMA aku jurusan IPA, dan di Administrasi Publik aku benar-benar banting setir, total semuanya pelajaran IPS :P OMG, pusing deh awal-awal mah. Apalagi sama mata kuliah Pengantar Ilmu Politik dan Pengantar Ilmu Ekonomi. Dapat nilai B juga sudah syukur :P Tapi lama-lama, setelah menginjak tahun kedua di dunia sosial, aku sudah mulai bisa berdamai dan menikmati arusnya :)
Tian, Isna, aku; 3 dari 7 teman main yang wisuda barengan.
Selama kuliah dan tinggal di Semarang, banyak sekali pelajaran hidup yang kudapatkan. Mulai dari mencicipi dunia MLM, jualan buku, jualan batik, tas handmade, jualan tali rambut rajut, belajar bahasa Jawa, hingga menemukan komunitas-komunitas menulis yang membantuku mengasah kemampuan menulisku. Tak hanya itu, selama kuliah, aku juga banyak mengikuti acara kampus dan luar kampus, seminar, talkshow, mulai dari yang berbayar hingga yang gratisan. Terutama yang paling sering sih yang gratisan ya, apalagi kalau gratisan terus dikasih duit. Wkwk :P
with my personal photographer, waktu belum jadi suami :P
Jogja. Tempat ini menjadi rumah singgahku yang kedua setelah Semarang. Awalnya memang karena Ibank aku ke Jogja. Lama-lama, aku justru bertemu banyak teman di sana. Di Jogja juga ada Rini, sahabat Jamnasku -tahun 2006 lalu-, kami dipertemukan lagi di Jogja :') Aku banyak menemukan hal baru dengan Rini. Aku menemukan partner bisnis batikku juga dengan Rini. Semenjak menemukan 'hidup' di Jogja, aku jadi sering ke sana, paling telat 3 bulan pasti aku ke sana. Karena aku butuh Jogja juga, aku jadi memilih Jogja sebagai tempat magangku. Alhamdulillahnya instansi yang kuincar menerima lamaran magangku, hihi.. Selain magang, selama skripsian juga aku tinggal di Turi, Sleman, Jogja, di rumahnya Mbak Dian. Penelitiannya di Magelang sih, tapi tinggalnya di Turi karena Turi lumayan dekat dengan Magelang, 30 menit - 1 jam motoran juga sampai.
with Rini, my partner in crime :D
Sedihnya, waktu wisudaku, Mamah tidak bisa datang. Bapa datang di wisuda univeritas. Kalau yang di foto-foto ini wisuda fakultas. Aku sengaja memilih Emih, Bibi, dan Mamang saja yang datang ke wisuda fakultas, karena menurut informasi dari kakak kelas, wisuda fakultas lebih sakral, lebih untuk keluarga. Ya, daripada Bapa yang datang, lebih baik Emih. Jadi waktu itu dibagi 2 kloter. Kloter pertama (wisuda fakultas) Emih dan rombongan, kloter kedua (wisuda universitas) Bapa dan rombongan. Kenapa aku lebih memilih Emih yang menghadiri momen sakral ini? Yaa daripada aku sedih ingat Bapa dan Mamah tidak lagi bersama, hehe.. Lagian aku kan pernah janji pada diriku sendiri, mau membanggakan Emih di hari wisudaku, seperti yang pernah kutulis di sini --> Emih; More Than Just A Grandma.
best photo ever by Ibank! sayang itu tali toganya gundul, out of check -_-
Yeah, finally aku bisa nulis cerita ini setelah diendapkan sekian lama dalam draft di hati, hehe.. Ceritanya lagi kangen banget sama dunia kuliah. Ceritanya gak sabar ingin lanjut kuliah lagi, ingin merantau lagi, ingin merasakan aroma kota lain lagi, ah pokoknya ingin berpetualang dan menimba ilmu lebih banyak lagi. Bismillah semoga Alloh membukakan jalan-Nya. Aamiin... :)

Eh, jadi inget deh, bulan Maret tahun lalu aku masih sibuk garap skripsi, masih sering tinggal di rumah Mbak Dian. Sekarang, Maret tahun ini, aku sudah bukan mahasiswa Undip lagi ternyata yaa.. Di belakang namaku sudah ada gelarnya, Syifa Azmy Khoirunnisa, S.A.P. Ahaha :D

Waktu begitu cepat berlalu... Betapa banyak lengahnya aku... :') 

by. si Famysa, kangen kuliah :')

Sabtu, 14 Maret 2015

Proudly Present: Camilan Mih Anih

Dulu, waktu pertama kali berikrar akan menceburkan diri sepenuhnya ke dalam dunia bisnis, rasa-rasanya aku sendirian, tidak punya teman. Mamah, sangat penuh pertimbangan, ujung-ujungnya ya enggan berbisnis. Bapa, yang padahal orang bisnis, entah kenapa bersikeras melarangku terjun ke dunia bisnis dengan berbagai alasan. Ibank, paling hanya mendengarkan ceritaku saja, tapi dia lebih memilih kerja jadi karyawan daripada bisnis. Kokom, dan teman-teman lainnya, seperti hanya menyimak tapi tidak ikut merasakan gejolaknya. Hmm… Pokoknya aku seperti tersasar sendirian ke dunia yang baru dan penuh tantangan.
ini dia sahabatku, partner bisnisku, Kokom Komariyah
Sekarang, semua keadaan berbalik. Alloh memang Maha Pembolak-balik hati yaa.. Bisa jadi yang tadinya tidak kau sukai, jadi teramat kau sukai, pun sebaliknya :). Mamah, sedikit demi sedikit mulai mendukung bisnisku. Cara kecil yang mamah lakukan adalah memberiku suntikan modal walau tidak seberapa, bahkan memberikan pinjaman. Bapa, walau masih setengah hati, tapi sepertinya Bapa agak berdamai dengan keputusanku ini. Ibank, laki-laki ini berubah 180 derajat. Sekarang semangat dan inovasi bisnisnya hampir menyaingiku :P. Dan satu lagi, sahabat karibku yang satu ini, Kokom, dia juga ikut terjun ke dunia bisnis, 100% nyemplung! Hebat kan?! :D

Kisah berawal dari kehidupan dunia kerja Kokom di kantoran yang mulai tidak nyaman. Yang berkuasa di kantornya sudah mulai main sikut kanan-sikut kiri. Kokom adalah salah seorang karyawan yang kena sikut itu. Padahal, sudah lebih dari 4 tahun Kokom mengabdikan dirinya pada kantor itu. 100% loyal, 100% all out, 100% Kokom lakukan apapun demi kantornya lah ibaratnya. Tapi apa yang terjadi? Akhir November tahun lalu Kokom dengan berat hati memutuskan resign dari kantornya karena alasan tidak nyaman lagi.
Camilan Mih Anih. brand design by Sakola Printing
Detik-detik menjelang hari resignnya, Kokom masih sering curhat padaku. Dia tidak tahu mau apa selanjutnya. Kalau harus kerja lagi, kerja dimana? sedangkan Kokom tidak bisa tinggal jauh dari keluarganya. Kalau pun mau bisnis, bisnis apa? Kokom belum punya gambaran apapun mengenai bisnis. Awal mulanya semua peluang bisnis dia ceritakan padaku. Mulai dari meneruskan MLM, bisnis make up artist, sampai bisnis makanan.

Setelah resmi resign, Kokom baru benar-benar memantapkan idenya. Dia mengambil keputusan untuk berbisnis camilan. Satu hal yang jadi motivasi Kokom berbisnis camilan adalah karena ibunya bisa masak aneka camilan. Waktu itu, Kokom bolak-balik ke rumahku untuk mengirim tester camilannya. Hihihi, ya enak aja sih aku mah dikasih camilan gratisan mulu :P Selanjutnya, Kokom juga banyak berdiskusi denganku dan Ibank untuk desain brand produknya dan konsep bisnisnya.
beberapa produk Camilan Mih Anih. semuanya enyaak!!
Tanpa ba-bi-bu alias tanpa menunggu lama, sahabatku yang satu ini langsung action! Dengan kuantitas produk seadanya, Kokom sudah mulai gencar melakukan pemasaran ke sana-sini. Ke warung-warung, ke Enok, ke rumah makan, ke kosan, ke pabrik-pabrik, ke mini market, hingga kini sudah mulai dipasarkan online.

Sekali ditolak, Kokom langsung bergerak lagi. Dua kali ditolak, Kokom semakin banyak gerak dan bergerilya. Sekarang, luar biasa sekali, produk Kokom sudah menajmur di sekitar kampungnya dan di kalangan teman-temannya. Bahkan, sudah banyak orang yang baru kenal pun pesan online produk Kokom.

Oh iya, hampir lupa.. Nama produk camilannya Kokom adalah “Camilan Mih Anih”. Camilannya bermacam-macam, yaitu rangginang terasi, peyek kacang ijo, peyek kacang tanah, peyek abon, keripik bayam, keripik pisang manis, keripik pisang asin, dan yang terbaru adalah keripik pisang coklat (khas Lampung itu looh). Sekarang reseller Camilan Mih Anih sudah cukup banyak. Pemasarannya sudah makin luas karena terbantu oleh media sosial. Harganya? Murah meriah… Ada harga khusus lagi yang lebih murah meriah untuk reseller. Barangkali teman-teman pembaca semua ada yang berminat bisnis camilan juga, bisa dong jadikan Camilan Mih Anih sebagai supplier. Hehehe…
produk terbaru; keripik pisang coklat. ini juga enyak loh, asli!
Satu poin penting dalam berbisnis yang sudah dibuktikan Kokom adalah semangat. Asal ada semangat, niat yang masih setengah-setengah pasti akan jadi bulat. Asal ada semangat, segala hal yang mulanya kita anggap tidak mungkin, semua akan menjadi mungkin. Asal ada semangat, Alloh pun akan bergerak untuk membantu kita.

Tidak percaya? Yaa, yaa… Kalian tidak akan pernah percaya sebelum membuktikannya sendiri. Sama seperti Kokom. Dulunya dia sangsi pada dunia bisnis. Katanya Kokom lebih memilih jadi karyawan yang aman karena bergaji. Tapi sekarang, setelah ketidaknyamanan di dunia kerja yang dialami Kokom, lalu dia memutuskan untuk berbisnis, yang terjadi adalah mentalnya semakin terbentuk. Semangatnya semakin menyala-nyala, tidak ada matinya seperti api abadi.

Pokoknya kalau mau bisnis mah, bismillah saja, semangat saja! ;)

Suatu hari kita akan buktikan pada dunia ya, Kom, kalau kita memang orang gila yang bisa mewujudkan mimpi-mimpi kita lewat bisnis kita. Hihihi.. Aamiin…

Next project, bismillaah.. Rencananya Famysa Batik & Handmade, Sakola Printing, dan Camilan Mih Anih akan menggelar giveaway di blog ini. Tunggu saja tanggal mainnya yaa :D

Need us?
Famysa Batik & Handmade : 08997185407 / 7d07cfde
Sakola Printing : 089655141507 / 76476992
Camilan Mih Anih : 089675194098 / 7ed16f00

by, si Famysa, tukang dagang :D

Sabtu, 14 Februari 2015

Duo Syifa

Kalau Maia Estianty punya Duo Maia, aku juga punya doong... "Duo Syifa" ahaha... -sekilas info-

Sekarang aku sedang buntu mau nulis apa. Mau nulis untuk giveaway atau lomba, otak mendadak buntu ide. Padahal sudah ditulis poin-poinnya untuk calon tulisan yang tadinya dijadwalkan ditulis sekarang. Tadinya mencoba untuk bertekad 'hajar saja, tulis saja!', tapi kok rasanya berkali-kali nulis kalimat aneh melulu ya. Satu kalimat, hapus, satu kalimat lagi, hapus lagi. Whoaa ya sudah lah. Mungkin keran di otakku, yang setiap hari kuminta ia untuk mengeluarkan ide sudah mulai lelah untuk hari ini. 
Maklum, kemarin habis gajian di Sakola Printing. Karena personilnya (owner) berkurang satu, jadinya aku harus menghitung-hitung dengan rumus baru. Lalu hari ini aku mendapat setoran dompet kulit (sisa barang jualan waktu masih kuliah) dan Mezora dari Bibiku. Untuk Mezora, aku pun harus setor lagi ke yang punya barangnya. Ditambah lagi aku harus menghitung-hitung uang bulanan yang bisa dibelanjakan -begini yaa kalau jadi IRT ternyata, pusying oge euy :P-. Hitung ini, hitung itu, habis deh dua jam buat hitung-hitungan. Sampai ngebul ini kepala. Duuh, pusying pala balbie deh ah. Haha...

Oh ya, hari ini aku main ke rumah temanku. Jalan menuju ke rumahnya jeleek sekali, tanah basah, becek, licin (padahal salah jalan). Sepanjang jalan itu, aku teriak-teriak pada Ibank minta turun. Ibank malah meledekku, "Syifa mau melahirkan? Kok ngeden-ngeden gitu. Hahaha". Huuu... Padahal kan aku takut. Aku selalu takut kalau lewat jalan jelek. Trauma pernah berkali-kali jatuh di jalan jelek. Hmm ada 4 kali mungkin yaa... Dan itu memalukan, bajuku kotor semua, berpadu dengan tanah yang seperti lelehan coklat.
Aku ke rumah temanku untuk mengantarkan pesanannya, cetak foto kolase 8R. Ngobrol-ngobrol sebentar, tidak sampai satu jam di sana, aku langsung pulang karena Sakola harus tetap buka.
Temanku sudah punya bayi. Baru 9 bulan usia bayinya kalau aku tidak salah hitung. Namanya sama dengan namaku, Syifa. Hihii... Senang sekali rasanya kalau ada orang yang terinspirasi dariku atau dari namaku untuk menamai anaknya. Dulu waktu aku SD juga pernah, wali kelasku menamai anaknya Syifa karena saking dekatnya si ibu denganku. Katanya supaya anaknya berprestasi kayak aku. Haha, gubraks! Padahal sekarang sudah gede mah nakal aku teh, gak sebaik waktu bocah dulu :P
Waktu Syifa junior masih bayi merah, belum ada 2 minggu. Aku takut menggendongnya. Lembek banget ternyata yaa bayi merah mah :O Salah-salah menggendong, bisa-bisa bayinya patah tulang -__- Jadi deh cuma gendong di bawah doang, gak berani ditimang-timang. 
Syifa junior sudah 9 bulan, sudah bukan bayi merah lagi. Hihii... Kenalin namanya Syifaul Hasanah :))
Sudah dulu yaa, aku mengantuk. Dadaah..... ^^

by. si Famysa, kapan yaa jadi mommy? :P

Selasa, 03 Februari 2015

Bertemu BoCir (Bocah Cirebon)

Hari Rabu lalu, Tian alias Bocir (Bocah Cirebon) main ke rumahku. Mmm bukan main sih, mampir lebih tepatnya. Habisnya sebentar sih -_- Jadi ceritanya Tian sekarang sudah jadi auditor di salah satu perbankan. Kantor tempat Tian bekerja sih di Cirebon, tapi karena posisinya sebagai auditor, jadinya Tian menclak-menclok ke sana-sini kerjanya, mengaudit kantor-kantor di desa. Wilayah auditnya sekitaran Cirebon, Indramayu, Majalengka, Subang. Dan dua minggu kemarin Tian tugas di Pusakajaya Subang. Kebangetan kan kalau gak main ke rumahku. Pusaka dan Cipunagara kan dekat, sejam doang. Wkwk... 
Tian adalah teman kuliahku, kami sejurusan dan sekelas. Mari kuperkenalkan yaa: 
Nama: Nurlia Septiani, Jurusan: Administrasi Publik Universitas Diponegoro Kelas A, NIM: 14020110120016
Nama: Syifa Azmy Khoirunnisa, Jurusan: Administrasi Publik Universitas Diponegoro Kelas A, NIM: 14020110120017
Ya, aku dan Tian absennya tetanggaan. Dia 16, aku 17. Dan aku baru tahu kalau di perkuliahan mah absen itu gak mengikuti huruf abjad depan nama kita. Baru pertama kali loh namaku ada di urutan ke-17. Biasanya sih urutan-urutan akhir. Hoho
Waktu kuliah, si Bocir ini ada-ada saja ulahnya. Sering kesiangan, sidang skripsi dengan santainya dia gak datang (karena dia kira dosen pembimbingnya tidak bisa hadir pada hari itu, dia kira jadwal sidangnya diundur, padahal Ibu Sekjur sudah mengupayakan mati-matian agar jadwal sidangnya tidak diundur), di kelas tidur, kalau cerita all out pisan. Hahaa pokoknya amazing deh tingkah bocah ini. 
Tian ke rumahku setelah tugas auditnya di Pusaka selesai. Dia sampai rumahku sekitar jam 4 sore. Sholat ashar, ngemil marshmallow dan pisang celup coklat sebentar, Tian sudah buru-buru ingin pulang. Hmm.. Maklum sih, memang sudah sore. Cuaca selalu mendung, jalan dari Cipunagara menuju Indramayu jelek pula. Kasihan dia kalau aku tahan-tahan pulang. Tian gak mau nginep siih. Keukeuh mau pulang saja ke Cirebon. Katanya besoknya dia harus tugas di Kuningan. Yaah.. mau gak mau deh kurelakan dia pulang. Padahal masih kangen banget.
Sekitar jam 8 malam, Tian mengabariku kalau dia sudah sampai. Katanya dia kapok lewat jalan Cipunagara-Haurgeulis yang bagusnya kebangetan :P, kapok juga motoran di Pantura malam-malam sendirian, kayak orang linglung jeh :D
Oh ya, Sabtu kemarin gantian aku yang main ke Cirebon. Sekalian ada keperluan ke rumah Mbak Dian di Plumbon, sekalian main ke rumah Ayu. Kami saling bercerita, saling mengenang masa-masa kuliah. Padahal baru 7 bulan lulus dari Undip, tapi rasanya kangeeen banget. Kangen sama kampus, kangen sama teman-teman kelas, kangen kehidupan Semarang, kangen kangen kangen semuanyaa deh...

Waktu berlalu begitu cepat. Kehidupan kami sekarang sudah berbeda. Bukan lagi hidup di dunia kampus, tetapi kini hidup di dunia sebenarnya yang butuh perjuangan untuk bertahan lebih keras dari kehidupan sebelum-sebelumnya.

"Tian, mau apa lagi setelah ini" --- "Beli mobil dulu ah yang unyu-unyu." --- "Kalau aku mau daftar haji dulu ah." --- "Aaaaaaamiiiiiin......." 
Begitulah. Obrolan kami sudah berbeda. Bukan lagi mengobrolkan skripsi dan kebaya wisuda. Hihihi... Kita sudah jadi wanita yaa, Tian :D

foto oleh Aa Ibank Sayang :*
lokasi: Jembatan Cipunagara-Subang

by. si Famysa, a woman :)

Kamis, 29 Januari 2015

My New Business; SAKOLA PRINTING

Suatu hari, mamahku bercerita bahwa mamah dan suami (kusebut suami karena suaminya mamah sekarang bukan Bapaku, you know what i mean lah. hoho) memiliki rencana untuk membuka usaha baru di bidang percetakan. Nantinya juga bakal ada warnet, ada rentalan komputer, dan foto kopian. Mamah sudah mencari-cari tempat yang bisa disewa untuk lapaknya nanti. Namun suatu hari, mamah bercerita lagi bahwa rencana usaha tersebut tidak bisa direalisasikan karena terbentur modal. Untuk 1 set komputer warnet dibutuhkan dana kurang lebih 30 juta rupiah, belum lagi keperluan lainnya seperti etalase, sewa tempat, dan gaji karyawan. Modalnya tidak ada. Singkat cerita, mungkin mamah dan suami mundur perlahan dan melupakan rencananya.
Mendengar cerita mamah, aku jadi greget, karena aku memiliki cara pandang lain mengenai modal dan usaha. Lalu dengan mantap aku berkata, "Cita-cita mamah ini biar nanti Neng yang wujudkan! Neng gak perlu modal sebanyak itu buat mewujudkan impian usaha mamah. Mamah lihat aja."
Aku langsung menghubungi Ibank dan Welly. Kebetulan bulan September-Oktober lalu kami masih menganggur di rumah pasca pensiun jadi mahasiswa. Setelah merumuskan konsepnya, kami lalu memberi tahu Syiha mengenai konsep usaha ini. Ya, kami berempat -aku, Ibank, Welly, Syiha- memiliki tabungan untuk kelak mendirikan suatu usaha bersama, walaupun waktu pertama menabung kami belum tahu mau usaha apa. Hehe.. 
Alhamdulillah Syiha pun sepakat menggunakan tabungan kami untuk memulai usaha sekarang. Waktu itu tabungan kami baru ada Rp 1.600.000. Sangat jauh dengan 30 juta kan? Hahaha... Kami sih bermodal semangat, tekad, dan nekat, uang bukan lah modal utama kami. Dan dengan bangga aku perkenalkan pada teman-teman semua, ini lah usaha bersama kami, "SAKOLA PRINTING", beralamat di Dusun Sakurip Desa Tanjung RT 07 RW 03 Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang (dekat SMKN 1 Cipunagara) :D :D
Tanpa basa-basi lagi, kami langsung menyusun strategi bagaimana caranya memulai usaha kami. Hal pertama yang kami lakukan adalah mengumpulkan laptop, masing-masing menyumbang 1 laptop. Membuat desain flyer, dan mencetaknya. Lalu kami membeli printer Canon 3 in 1 yang harganya di bawah 1 juta. Sisanya, kami membeli perlengkapan; kertas 1 rim, kertas foto, kertas stiker cutter, plastik, penggaris besi, kertas cover, lakban, dll. Mengapa hanya perlengkapan tersebut yang kami beli? Karena konsep utama kami dalam usaha ini adalah menyediakan akses bagi anak sekolah untuk internetan mencari tugas -maklum, ini di kampung, anak-anak sekolah sulit mendapat akses komputer & internet untuk mengerjakan tugas-. Jadi yaa alakadarnya deh pas pertama lahir mah. Bahkan masih banyak barang-barang yang 'pakai dulu aja punya kita yang ada lah, gak usah beli dulu' hihihi.. Benar-benar alakadarnya.
Kami mulai beroperasi pada tanggal 13 Oktober 2014. Tanggal ini lah yang kami jadikan sebagai tanggal lahirnya Sakola Printing. Hal pertama yang kami lakukan adalah membagi-bagikan flyer pada anak sekolah SMPN 1 Cipunagara dan SMKN 1 Cipunagara, 2 sekolah terdekat dengan kantor kami. Pelanggan pertama kami adalah para tetangga, wohoho... Rasanya deg-degan waktu pertama kali melayani pelanggan Sakola :P 
Hari demi hari, pelanggan Sakola semakin bertambah banyak. Mungkin pelanggan satu memberi tahu temannya, dan begitu seterusnya, dari mulut ke mulut. Sekarang Sakola tidak pernah kesepian fans, alhamdulillah... Kadang sampai lelah kami melayaninya. Belum lagi pesanan stiker, pin, gantungan kunci, dll. Alhamdulillah, alhamdulillah... Berawal dari laptop-laptop nganggur kami dan 1 buah printer, kini Sakola di usianya yang baru jalan 4 bulan sudah memiliki 2 printer baru merk HP dan Epson, paper cutter, mesin pembuat pin dan gantungan kunci, mesin laminating, kamera Canon 500D + lensa tele, ring kertas, gunting sudah punya 4, cutter sudah punya 2, circle cutter, berbotol-botol tinta, berdus-dus kertas, dll. Alhamdulillah orderan non anak sekolah juga semakin banyak. Alhamdulillah punya beberapa marketing aktif. 
Mungkin teman-teman heran, darimana kami bisa mendapatkan modal untuk membeli alat-alat tersebut. Aku bocorkan rahasianya yaa... Kalau mau usaha mah, jalan dulu aja, hayu dulu aja, yang penting konsep kita jelas, yang penting visi dan misi usaha kita jelas, semangatnya ada, tekadnya ada, modal jujur, komitmen untuk mau belajar terus, insya Alloh akan selalu ada jalan, akan selalu ada rizki dari arah yang tidak terduga-duga, entah itu dari investor (seperti dalam usaha kami) atau dari siapapun :))

Yakini bahwa usaha kita, 5-10 tahun mendatang pasti akan terus berkembang dan maju! PASTI!! 

Ada yang ingin mengobrol denganku mengenai usaha modal duit minim? Just call me at 08997185407 (sms/wa/line), pin 7d07cfde. 
Dan barangkali ada yang membutuhkan barang/jasa dari Sakola Printing, -pesan pin, gantungan kunci, kalender, kartu nama, brosur, stiker, cetak foto, jasa fotografi, desain grafis, kartu ucapan, buku tahunan sekolah, dll-, just call us at 089655141507 (sms/line), pin 7647992, email sakolaprinting@gmail.com, FB Sakola Printing.

Selamat sore, selamat memulai bisnismu, young entrepreneur!! ^^

by. si Famysa, salah seorang owner Sakola Printing :)

Sabtu, 10 Januari 2015

Honey Family Moon Trip

Hello, Mblo, selamat malam mingguan! :D *belagu yee Syifa mentang-mentang udah punya pacar (halal) :P --- yee biariin... pan ceritanye ngomporin biar temen-temen pade nikah mude juge kayak kite. bhahaha
look at the photo! payungnya gak karuan bentuknya -_-
Sehari setelah 'sah', kami pergi piknik ke Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, Subang-Jawa Barat. Kenapa cepat-cepat piknik, padahal baru saja kemarin nikah, kan pasti masih ada tamu yang datang tuh? Karenaa... Niatnya piknik itu memang mau mengajak Mbak Muti plesiran di Subang. Masa Mbak Muti jauh-jauh dari Semarang buat dandanin aku, akunya gak menyuguhkan Subang pada Mbak Muti :). Sebelum Mbak Muti balik ke Semarang, sebelum Mbak Muti masuk kuliah lagi, mumpung masih libur, jadi deh hari Sabtu kami langsung cusss plesiran. Oh ya, FYI nih ya, Mbak Muti yang kemarin jadi MUA nikahan aku itu masih mahasiswa semester 5 di jurusan peternakan Undip looh.. Iya, semester 5! Tapi S-2. Rada-rada gak nyambung memang, kuliah di bidang A, keahlian di bidang Z. Ya sama kayak aku ini :P :D Kali saja ada yang mau kenalan sama Mbak Muti, nih aku kasih link FBnya lagi --> Nur Meutia <-- dan ini link FPnya --> Salon Jilbab Annisa <--.
foto ini berhasil bikin iri teman-teman yang belum menikah. haha peacee :D
Pagi itu, perasaanku agak aneh, agak risih, tiba-tiba saja ada laki-laki yang tinggal serumah denganku. Ya, belum tidur sekamar saja sudah merasa aneh. Haha -selama ada Mbak Muti, aku tidur dengan Mbak Muti, Ibank tidur dengan adikku :P-. Ah pokoknya aneh deh. Canggung kali ya... Walaupun dari SMP Ibank itu teman main bareng, tapi yaa ini mah posisinya sudah jadi suamiku. Jadi yaa tetap saja canggung, tetap saja tidak bisa disamakan dengan ketika jadi teman main :D.
Untungnya ada kakak sepupuku, Ace datang. Ace yang memang tidak hadir di acara akad nikah kami karena bekerja, menyempatkan datang pada hari Sabtu. Katanya subuh-subuh sudah start dari Cikampek. Hasilnya, pagi-pagi sudah nongol di pintu rumah deh. Lumayaan... Jadi bisa mencairkan suasana, rasa canggungku lumayan berkurang. Hehe..
Setelah sarapan dan bersiap diri, sekitar jam 11 kami berangkat dari rumah menuju Tangkuban Parahu. Sebenarnya kami bertujuh, berdelapan dengan supir. Ada aku, Ibank, Mbak Muti, Ace, A Ryan, Teh Nenden, dan baby Resty. Tapi di lokasi, A Ryan beserta istri dan anaknya malah memisahkan diri. Katanya sih mau ke tempat saudaranya Teh Nenden yang punya lapak di Tangkuban Parahu. Eeh sampai akhir malah pisah terus. Jadi gak ada foto bertujuh deh.
Ada yang menarik dalam perjalanan kami. Ketika kami memasuki wilayah kecamatan Ciater, hujan deras turun. Memang sih cuaca sudah mendung ketika kami masih di rumah juga. Sebelum Ciater pun, gerimis sudah mulai turun, langit selalu gelap. Kami pun galau dibuatnya. Yakin mau ke tempat outdoor di tengah cuaca begini? Kalau sampai di sana hujan tetap deras gimana? Mau berteduh dimana? Ah pokoknya berbagai pertanyaan yang membuat galau muncul. Sampai akhirnya muncul ide dariku untuk berganti tujuan, ke Capolaga! Supaya bisa berteduh dulu di rumah orang tua Teh Nenden yang memang dekat sekali dengan Capolaga. Ide itu muncul ketika kami sudah sampai perempatan Ciater. Ke kiri ke Pemandian Air Panas Ciater, lurus ke Tangkuban Parahu, kanan ke Capolaga. Jelas dong aku mendadak dangdut bilang ke supir belok kanan. Entah lah itu pak supir menyalakan sein tidak. Untung saja sedang agak macet, jadi tidak terlalu membahayakan. Hhoho *jangan ditiru.
Di jalan menuju Capolaga, muncul lagi ide untuk meneruskan rencana semula ke Tangkuban Parahu. Ada yang bilang, masa iya mau hujan terus, kalaupun hujan masa iya gak ada tempat berteduh, setidaknya sampaikan dulu langkah kita di sana, sudah di sana ya gimana di sana saja, mau diam berteduh saja kek, mau hujan-hujanan kek. And theen, mendadak dangdut kami belok kiri (ada jalan menuju jalan utama Ciater). Surprise! Di tugu pertigaan menuju jalan utama, ada mobil yang menabrak tugu, barusan! Kata pak supir, untung kita tadi belok kanan, kalau kita tetap lurus, bisa saja kita jadi penyebab mobil itu menabrak tugu, atau mungkin kita yang tabrakan dengan mobil itu. Aku jadi berkata, "alhamdulillah ya tadi Alloh ngasih kita galau dulu, ternyata mau ada musibah di depan kita. Ajaib memang ya Alloh itu :)". 
dikerjain sama cowok-cowok ini. disuruh fotoin aku sama Mbak Muti, malah fotoin payung & selfie -______-
Jalan menuju Tangkuban Parahu dari gapura masuk sampai lokasi maceeett banget. Maklum deh waktu itu hari Sabtu bertepatan dengan libur panjang natal dan liburan anak sekolah. Maju tak gentar lah! Macet pun hajar!
Di sepanjang jalan sambil macet-macetan, banyak sekali yang menjual jas hujan plastik warna-warni yang biasanya sekali pakai robek itu. Hoho.. Kami penasaran berapa yaa harganya. Biasanya kan cuma Rp 3.000 sampai R 5.000. Kalau mereka jual di sini Rp 10.000, wuiiih banyak sekali untungnya. Dan surpriseee! Sesampainya kami di lokasi, kami jadi tahu, ternyata harganya Rp 12.000, pemirsa. Gak tanggung-tanggung ya. Haha... Panen rejeki deh mereka :D Ace jadi terpikir untuk buka lapak 'ojek payung', karena kebetulan kami punya 4 payung; 1 payung pengantin (yang bahkan baru dibuka bungkus kadonya di mobil :|), 3 payung tersedia di mobil pinjaman kami. Alhamdulillah ya, yang punya mobil pengertian sekali. Hihii
hasil foto setelah ngomelin cowok-cowok
Hujan tidak terlalu deras. Kami bisa jalan-jalan ke sana-ke mari dengan berpayung ria. Tapi yaa tetap saja tidak bisa luwes, dinginnya itu loh yang membekukan langkah kami. Bandrek saja gak berarti apa-apa. Gak rekomen deh ya piknik ke Tangkuban Parahu di tengah hujan. Foto-foto juga jadi gak bebas, tangannya kaku sih. Hehe.. Payung pengantinku juga rusak karena terkena angin dari Kawah Ratu. Itu pas kami baru mau foto-foto di dekat pagar Kawah Ratu yang dekat tulisan Gunung Tangkuban Parahu, anginnya tiba-tiba wuuussh kencang banget. Payungku sampai terbalik. Jadi bengkok deh besinya, dan payungnya jadi lepek. Huhuu.. 
ki-ka: Ace, Mbak Muti, Ibank, aku
Besok harinya, aku update status di BBM begini 'payung pengantin rusak diterjang angin Kawah Ratu'. Lalu kapan hari, aku lupa, aku baca kabar Kawah Gunung Gunung Tangkuban Parahu aktif lagi. Dan kemarin, temanku, Aulia bilang sekarang status Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu waspada. 
Pantas saja waktu itu anginnya besar sekali ya. Bukan cuma payungku saja sih yang terbalik. Pengunjung lain juga banyak yang payungnya terbalik saat mereka mendekati pagar Kawah Ratu. Padahal di tempat yang agak jauh dengan pagar kawah, anginnya biasa saja, tapi begitu mendekati pagar, wuusssh anginnya swear deh menghempaskan cakrawala. 

Alhamdulillah Yaa Alloh, kami diberi kesempatan ke sana sebelum dia aktif. Semoga sekarang dia sudah tidur lagi ya. Aamiin :)    

by. si Famysa, a happy wifey :)

Minggu, 04 Januari 2015

Our Wedding; Our Happy Day

Hello, Januari.. Hello, teman-teman... Selamat tahun baru... Semoga semangatmu semakin terbarukan! :)
Btw apa kabar nih, cems? Ada yang kangen gak sih sama aku? Ada yang kangen gak sih sama postingan blogku? Hhehe
Lama gak nongol di sini, tiba-tiba hari ini aku mau kasih kabar gembira kalau aku sudah jadi istrinya suamiku. Bahaha... *ya iya laah, masa istrinya omku :P
Hari Jumat, tanggal 26 Desember tahun lalu (alias tahun 2014), pukul 10.22 WIB, saya Syifa Azmy Khoirunnisa resmi menjadi seorang istri dari sahabat saya sendiri, Muhammad Iqbal Hendrawan (Ibank). Kalian kaget mendengar kabar bahwa aku sudah menikah? Sama, aku juga kaget. Hahaha... Berasa mimpi, berasa banyak tanda tanya, berasa pengen mesem-mesem sendiri. Hehe.. Ternyata, aku sudah besar ya, sudah punya suami sekarang mah, bobonya gak sendiri lagi sekarang mah. :P
melati sama bunganya palsu. maklum MUAnya jauh dari Semarang. kalo bawa yang asli keburu layu pas hari H :P
Banyak yang bilang malam sebelum hari ijab-qobul diucap kamu gak akan bisa tidur nyenyak karena jantung yang berdebar kencang akibat dag-dig-dug-ser. Aku jadi teringat waktu kakak sepupuku mau nikah, malam harinya dia masih sms-an denganku sampai menjelang jam 1 dini hari. Bahkan waktu aku bangun subuh, ternyata kakak sepupuku sms lagi sekitar jam 3 dini hari, katanya "Neng, aa gak bisa bobooo. Deg-degaaan...." Lalu temanku juga kirim bbm, dia nanya gini, "Fa, gimana kondisi hatimu sekarang? *emot nyengir*" Kujawab, "biasa aja." Hmm... Jujur ya, ya memang biasa saja, kalaupun aku gak bisa tidur, itu karena khawatir sama Mbak Muti (MUA nikahanku) yang jatuh sakit akibat buslag, persiapan yang belum beres, ditambah panitia yang check sound speaker pakai lagu sakitnya tuh di sini pas banget di depan kamarku (kebayang kan berisiknya gimana? -__-). Ah pokoknya sampai saat ini belum ada yang bisa mengalahkan dag-dig-dug-ser-nya dan gak bisa tidurnya sebelum sidang skripsi deh. Hahaha...
Terus, banyak yang bilang juga kalau calon pengantin itu harus dipingit, gak boleh kemana-mana, gak boleh ngerjain apa-apa, pokoknya diam di rumah saja, merawat diri, mempersiapkan diri. Beuuh, itu tidak berlaku untukku. Saya mah calon panganten setrong atuh.. H-1, subuh-subuh aku dan si Aa menjemput Mbak Muti di Pusakaratu-Subang. Sesampainya di rumah, aku nyiapin suguhan buat tukang yang pasang tenda. Siangnya, aku menjemput mamah di pasar lalu belanja lagi. Lalu disuruh beli air mineral gelas, lalu disuruh beli rokok. Malamnya, disuruh masak air panas buat suguhan lagi, disuruh cari alas meja, disuruh-suruuuh terus. Belum lagi rada-rada kesal karena kamera pinjaman Sakola Printing malah dipinjamkan lagi ke orang lain, dan malah aku yang disalahkan karena tidak menjelaskan detail blablabla. Sampai cemberut lah ini muka. Cius deh -__- Ini calon pengantin apa babu?, gumamku dalam hati. Maklum deh kalau jauh sama keluarga & sahabat mah gini nih. Semoga pengalamanku ini tidak terjadi pada kalian yaa :D *yang belum atau mau nikah.
Pagi itu aku bangun sebelum adzan subuh. Aku mandi, solat, dan sarapan subuh-subuh :P Mbak Muti masih tidur (karena memang sedang libur solat). Mau aku bangunkan, gak tega. Kalau gak dibangunkan, takut kesiangan dandannya. Huft.. Akhirnya kutunggu saja. Dan akhirnya Mbak Muti bangun jam 5 lebih. Kemudian mulai meriasku sekitar jam setengah 6. Mendekati jam 7 keluargaku dari Gantar & Bongas-Indramayu, Patokbeusi-Subang, dan Cikampek-Karawang mulai berdatangan. Aku mulai nervous karena banyak yang mengintipku sedang dirias. :P
my Timeless yang kini anggotanya nambah 1; Bima Putra Ramdhani (Aziz' son)
Satu per satu teman-teman dekatku juga datang. Pertama Opi yang kemudian jadi asisten Mbak Muti merias, lalu Siska yang berkelana dari Jakarta demi aku *terharuu :'), lalu Lina dengan ibunya, lalu Kokom yang katanya mau lihat aku dirias malah kesiangan datang :|, lalu aku dapat kabar dari Siska bahwa Semarang Genk sudah sampai masjid lokasi akad nikah, katanya bau habis perjalanan jauh, mau pada mandi dulu. Haha.. Lalu selesai aku dirias, aku melihat ke luar dari jendela kamarku, di sana ada cowok-cowok Timeless. Uuuu.... Sumpah aku terharuuu :'))) Karena bagiku, kehadiran segelintir sahabat dan teman dekat lebih dari cukup daripada kehadiran ratusan orang jauh. :)
with Mbak Muti, my fave MUA in this world :D
Dari dulu, aku membayangkan pernikahanku akan berbeda dari pernikahan biasanya di sini. Yang biasanya pakai kebaya putih-jas putih, aku pakainya gaun putih-jas hitam ala-ala gaya modern tapi tetap islami. Yang biasanya calon pengantin wanita dikeluarkan pada saat seserahan, yang biasanya pengantin pria dan wanita disandingkan pada saat akan ijab-qobul, aku inginnya aku tetap ditahan di dalam, dan dikeluarkan ketika sudah sah nanti. Tapiii... Ada yang gagal total. Entah kenapa MC malah jadi nurut sama sesepuh yang sedang memberi sambutan. Bapak sesepuh memanggilku untuk keluar, dan akhirnya MC memintaku untuk keluar. Bah, padahal sebelumnya susunan acara sudah fix, aku tidak akan keluar saat seserahan, hanya mamah yang akan keluar mewakiliku untuk menyatakan penerimaan. Kalau begini, untuk apa aku disembunyikan lagi? Ya sudah lah, aku pergi ke masjid barengan dengan rombongan pengantin pria saja.
Semarang Genk
Di masjid, saat yang lain merapat ke depan mendekati pengantin pria, aku tetap diam di shaf belakang. Satu mimpiku gagal terwujud, kini saatnya aku mewujudkan mimpiku untuk tidak duduk bersandingan dengan pengantin pria sebelum kata sah terucap dari para saksi yang hadir. Sekalian uji nyali Ibank kan. Hahaha :P *Agak aneh ya, hari nikahan juga masiiiihh saja memikirkan mimpinya sendiri. Syifaaaa :P :P
Sakola Printing Owners; ki-ka: Welly, Ibank, Syifa, Syiha
Ketika acara akan segera dimulai, sahabatku, Kokom bertanya padaku, "Neng, deg-degan gak?", dengan santai kujawab, "Nggak. Belum mungkin, Kom." Kokom membalas lagi, "Kokom mah deg-degan loh, Neng.." Lalu saat pembacaan ayat suci Al-Quran berlangsung, Kokom bertanya lagi, "Neng, masih belum deg-degan?", kujawab dengan jawaban yang sama, "Belum, Kom." Kokom membalas lagi, "Iiiihh Kokom mah makin deg-degan. Masa Neng gak deg-degan sih? (lalu memegang tanganku) Tuuh tangannya dingin gini ah, pasti nervous kaan.." Dalam hati kubilang maksa amet, Kom minta Syifa bilang deg-degan. Haha :P. Kujawab, "Syifa kan emang tangannya dingin aja, Kom, emang begini. Kom lupa ya?" --- "Eh, iya ya... Duuh ini segala pakai acara ngaji dulu. Kan lamaa... Jadi makin deg-degan." --- "Hahaa yang mau nikah sebenarnya Syifa atau Kokom sih? :D" Dan saat Bapa & Ibank simulasi ijab qobul, saat itu lah darahku mulai berdesir naik dengan cepat. OMG, gue nervouuooss! Ini mimpi bukaaan?? Tapii... Ada banyak orang yang dengan kompak bilang "sah!" Alhamdulillaaah... *saat itu lah air mataku tiba-tiba menetes. Aku sudah jadi istri dari laki-laki yang berani memintaku pada kedua orang tuaku :')))))
itu adikku, bukan pacar keduaku. hhahaa :P
Selesai segala rangkaian acara, Ibank juga cerita, katanya Welly keluar masjid saat ijab-qobul akan dimulai, katanya Welly gak kuat menyaksikannya, Welly takut nangis karena terharu. Hihihii... Lalu ketika aku akan berganti baju, datang Mbak Dian sekeluarga. Mbak Dian yang kukenal saat magang dulu sudah kuanggap seperti kakak kandungku sendiri. Alhamdulillaaah Yaa Alloh.... Ada sahabat-sahabat yang begituu dekat, bahkan seperti lebih dari keluarga kami sendiri...
hanya ini satu-satunya foto keluarga yang rada bagus, lainnya gak pada KoBe (kontrol beungeut) -__-
Well, lemme tell you all, kemarin itu hanya akad nikah saja.. Acaranya juga sangat sederhana, hanya dihadiri keluarga dan teman dekat saja. Jadii maaf yaa kalau tidak sebar-sebar undangan khusus. Insya Alloh nanti resepsinya menyusul jika ada rejeki lebih. Aamiiin :) :) :)

NB: 
Terima kasiiihh buat teman-teman yang sudah repot-repot meluangkan waktunya untuk hadir di acara akad nikah kami, terima kasiiihh buat kadonya, terima kasih buat segala doa-doa terbaiknya untuk kami... 
Spesial buat Mas Hafid & Mas Doma, terima kasiiih masih inget sama Syifa, terima kasih masih anggap Syifa adik kalian, terima kasih buat amplopnya. hihihii...
Pokoknya terima kasiiih yang tak terkira buat semua-mua-muanyaaa. We Love You All :* :*

by. si Famysa, Ibank's wife ^^

Mijn Vriend