Rabu, 11 April 2012 lalu ketika aku di Jogja, Rini mengajakku makan di The House of Raminten. perut sudah lapar, badan sudah lemas tak berdaya *lebay, Rini masih saja ngubek-ngubek Google Map untuk mencari alamat Raminten. tidak tahu kenapa Rini kok keukeuh banget ingin mengajakku makan di Raminten sampai-sampai harus susah payah berkompromi dengan si perut yang sudah kelaparan. aku sih yo manut wae, wong aku mau ditraktir Rini kok. hhehee.. kata Rini, aku belum kebagian ditraktir waktu ulang tahunnya 6 April lalu, jadi ya sekarang lah penggantinya. hihii.. perut lapar namun hati tetap senang doong :D secara mau dapat gratisaan...
akhirnya alamat pun ditemukan. The House of Raminten is located in jalan FM Noto nomor 7 Kotabaru Yogyakarta. tapi perjuangan belum selesai sampai di situ. setelah kami tahu alamatnya, Rini masih bertanya-tanya 'Kotabaru itu dimana sih? dekat UGM bukan sih? terus sebelah mananya?'. huaahh... perut semakin keruyukan. Rini masih membuka peta oleh-oleh dari Gembiraloka lebar-lebar, mencari Kotabaru dan jalan FM Noto. karena perut kami sudah semakin tidak sabar ingin makan, akhirnya kami tancap gas menuju Raminten.
di sepanjang jalan, Rini meraba-raba ingatannya akan jalan ke Kotabaru. sampai-sampai di bundaran UGM kami berputar dua kali. "sekalian aja tujuh kali, Rin, biar kayak lagi naik haji," ujarku sambil tertawa. hehe.. ketika kami bertemu dengan lampu merah, Rini mencoba bertanya pada ibu-ibu yang berhenti di samping kami. si ibu pun menjelaskan kami harus ke kiri, ke kanan, ke kiri lagi, dan seterusnya deh. kami bingung.. sedangkan lampu sudah hijau kembali. akhirnya langkah awal yang harus kami tempuh adalah belok kiri. bodoh kan... kalau tahu belok kiri mengapa kami harus ikut berhenti saat lampu merah, belok kiri kan jalan terus. :P
jalan ke kiri sudah mentok. kami tidak ingat penjelasan lebih lanjut dari si ibu tadi. lalu kami bertanya lagi pada sekumpulan bapak-bapak di pinggir jalan. salah satu bapak memberi tahu kami, "itu Mba, dari MC Donald belok kiri, terus luruuus sampai nanti ketemu jalan bercabang dua, Mba ambil yang ke kiri, luruuus terus nanti juga ketemu jalan FM Noto." okeh, setelah berterima kasih pada bapaknya kami langsung menuju jalan yang ditunjukkan bapaknya. kami kira jarak yang kami tempuh masih jauh, karena penjelasan bapak tadi ekspresinya seperti menunjukkan bahwa FM Noto masih jauh. eeh ternyata kurang dari 5 menit dari tempat bapaknya tadi, kami sudah berada di jalan FM Noto. kami belok kiri sedikit dari jalan FM Noto, ternyata di sebelah kanan kami itu lah tempat yang kami cari-cari. The House of Raminten, tempatnya persis bersebelahan dengan Mirota Batik, karena menurut info sih Mirota dan Raminten masih dalam satu kepemilikan. adik-kakak lah istilahnya :P
begitu masuk ke Raminten, kami disambut oleh pelayan yang berpakaian adat Jawa plus nyekermen (tidak memakai sandal). "silahkan Mba.. untuk rombongan berapa orang, Mba?" kata mas pelayan. kami heran, rombongan apa sih maksudnya. maklum deh baru pertama kali ini kami masuk ke rumah makan dengan pelayanan seperti itu. sambil celingukan, kami berkata terpatah-patah, "eh.. dua orang doang, Mas." --- "oh oke.. tunggu sebentar ya, Mba.. kami lihat dulu tempatnya." busyet, ini mah kayak yang reservasi tempat buat apaaa gitu yaa... berasa kaku bin kikuk deh.
kami pun diantar pelayan menuju tempat untuk dua orang, lalu diberi buku menu. tempatnya di lantai 2. tempat duduknya kursi lesehan (kursi tapi tidak berkaki, tapi punya senderan badan), dengan satu meja kecil. di setiap meja ada lilinnya. mungkin kalau malam dinyalakan kali yaa... supaya nuansanya jadi romantis ala-ala candlelite dinner bareng pasangan gitu.. hehe
kebingungan kami masih berlanjut. tadi si pelayan hanya memberi kami buku menu, lalu bagaimana caranya kami memesan menu yang kami inginkan, kami tidak diberi kertas untuk menuliskan pesanan kami. aku dan Rini saling berpandang-pandangan, 'gimana iniii?? ><' lalu kemudian ada pelayan wanita berpakaian adat Jawa juga (pakai kemben dong, seksi booo) berjalan-jalan dari meja ke meja pengunjung. "ah itu kali tuh, pesannya lewat mba-mba itu". Rini pun memanggil si mba tersebut. kami memesan 2 porsi catrice double pakte (1 porsi Rp 4.000,-), es kelapa single (Rp 7.000,-), dan kopi susu (Rp 7.000,-). untuk pembayaran langsung dilakukan di muka pada si mba kasir berjalan itu. sebenarnya makanan dan minuman yang ada di buku menu sangat amat menggiurkan.. namun harganya, oh nooo!! kami berkantong mahasiswa. huhu.. bagi kalian yang mau makan di Raminten juga, siapkan saja uang minimal Rp 50.000,- supaya agak bisa mencicipi menu-menu aneh lainnya. ;)
ada hal yang membuat bulu kudukku merinding waktu kami menunggu makanan datang. waktu aku melihat ke sebelah kiri bawah, di sana ada wadah yang berisi bunga-bunga (mawar, melati, semuanya indah), ada patung apa entah, dan di belakang patung itu ada dupa, bunga, dan kemenyan. wow! langsung saja aku meracau pada Rini "Rin, ini tempat apa?? mistis banget sihh??" dan eh... seketika bau kemenyan menyeruak menggelitik hidungku. seraaamm T_T
untungnya tak lama makanan pun datang. sesaat aku bisa agak melupakan suasana mistis di Raminten. kami langsung makan dengan lahapnya. ini dia makanan dan minuman kamiii.....
es kelapa single pesanan Rini, kopi susu pesananku -yang satu gelasnya jumbo benerrr, yang satunya lagi gelasnya unik gak ketulungan, kayak siput- |
catrice alias nasi kucing double pakte (pake telor). isinya ada tempe & teri |
selamat makaaaan!! ^^ enyak looh makanannya... |
oh ya, Raminten ini adalah angkringan yang dikemas secara lebih modern. namanya juga angkringan, so pasti menu andalan yang ditawarkan adalah nasi kucing. dan nasi kucing di Raminten adalah menu termurah diantara menu yang lainnya. gubraks deh --" bisa-bisa tekor kantong saya bila sering-sering makan di Raminten :P
peringatan nih.. lihat deh es kelapa single pesanan Rini. single saja sudah sebesar itu gelasnya, apalagi yang double. you know teko/hitter kecil/mug babeh-babeh?? nah kira-kira sebesar itu lah gelas double di Raminten. kalau menurutku sih, buat 4 orang juga cukup kalau gelasnya sebesar itu mah. hhoho
makan pun selesai. kami turun melalui tangga yang berbeda dengan ketika kami naik tadi. di dekat tangga, aku menemukan tempat cuci tangan yang unik. sebenarnya biasa saja sih, uniknya karena di wadah airnya ada batu-batuan putih, mungkin untuk mengalihkan perhatian dari genangan air setelah cuci tangan. kebayang gak?? enggak ya?! hhehehe...
ada satu fakta lagi. aku melihat di setiap lorong dan di setiap sudut Raminten ternyata banyak terdapat dupa, kemenyan dan bunga juga. aku kira hanya satu, yang kulihat dari lantai 2 tadi saja. eeh ternyata masih banyak yang lainnya. adat Jawanya sangat kental di Raminten. untuk apa yaa fungsinya barang-barang mistis itu? i don't know.. do you know what the function of them?
yaa sudahlah... kemistisan di Raminten manis juga untuk dijadikan kenangan, pengalaman, dan postingan :) dan satu fakta lagi. satu fakta penting yang mencengangkan! Nenek Raminten (owner Raminten) ternyata adalah kakek. hahh... maksudnyaa??? yaa gitu deh... lihat saja foto di bawah ini. fotonya aku dapatkan gratis dari Raminten, tinggal ambil saja.
di satu sisi foto "jangan panggil aku Raminto", di sisi foto lainnya "panggil aku Raminten" |
so dapat ditarik kesimpulan bahwa dulunya Nenek Raminten ini adalah seorang laki-laki bernama Raminto. namun kini dia berubah wujud menjadi seorang wanita bernama Raminten. kabarnya Nenek Raminten kini hidup seorang diri (tanpa suami maksudnya), hanya ditemani teman-teman dan pelayan-pelayannya sesama waria juga. Nenek Raminten hingga kini masih aktif berbisnis dan sering juga mengikuti fashion show kebaya walau usianya sudah renta.
hoyaa siapa mau mengajakku ke Raminten jugaa?? ditraktir juga lebih baik tuh. hihihiii
jangan lupa ikutan Jejak Si Miaw :-) #1 Giveaway yaa ;) tinggal 6 hari lagiii!!
by. si Famysa, calon pengusaha sukses
Waaa pengen kesanaa... sering liat poto temen-temen yang kuliah di jogja poto makan-makan disitu ^^
BalasHapuswahh... jadi penasaran dgn the house of raminten...
BalasHapus:) pastii kereeen :)
hayu.. hayuuu... kalo mau kesana ajak2 aku yaa :D
BalasHapusduh es kelapanya menantang banget sih :))
BalasHapusoia saran nih, kalo mau kemana2 jangan lupa baca bismillah dan berdoa biar nggak tersesat n jalan pun terasa lebih seru :))
iya emang :D
BalasHapussiip deh makasih sarannya, Herry :)
pengalan ku kesemarang bulan lalu karna lapar aku tertarik ma nasi kucing yang harganya cuma 2500 dengan telor sih ma tahu , pas aku buka benar banget nasinya cuma sebanyak makan kucing..heheeh
BalasHapusjadi gak cukup satu porsi harus 3 porsi :D
kren ya maksih berbagi ceritanya
BalasHapusiya emang. jadi tetep aja jatohnya jadi mahal harganya. mending nasi rames aja sekalian, nasinya porsi kuli. hhehe
BalasHapusHihihi terakhir ke sana perasaan sebelah Raminten, Mirota Bakery deh. Baru tau ada Mirota Batik, baru kali ya.
BalasHapusYang punya Mirota kalau gak salah sama yang punya Raminten sama. Namanya Hamzah. Orangnya emang nyeleneh nyeleneh gitu :D
Huhuhu pengen ke sanaaaaa T.T
BalasHapusMirota Batik mba.. logonya juga beda sama Mirota Bakery mah.. gag tau deh.. aku malah taunya Mirota Batik.
BalasHapusayo kesanaa yook :D
aku orang jogja tapi belum pernah k raminten....heeee
BalasHapusaku aja orang Subang udah tuh. hihihi
BalasHapusnumpang curhat :)
BalasHapuskemarin ane ke situ (bareng temen2 kantor), awalnya ane pikir tuh tempat kayaknya biasa biasa aja, sama seperti tempat makan pada umumnya.
Tapi ketika pertama masuk, "enghhh....!!! kok ngene :v" banyak berhala, bau kemenyan, jawanya kental banget disana.
Makanan yg paling mbikin ane faceless, eh, maksudku speechless, itu makanan "es dawet double". Busyet porsinya gedhe banget, luar biasa gedhe :v
iya emang. hheuu... pertama kali aku kesana juga sampe agak hilang selera makannya gara2 bau menyan :D
BalasHapushmm enak tuh ,bagi donkk :)
BalasHapusikh mau mau dong, kayanya wenak tuh
BalasHapusbaca namanya sereeem.. jadi inget film "the house of wax"
BalasHapusaku belum nonton filmnya tuh mbaa :O
BalasHapusdisana itu terkenal buat kumpulnya mas mas yang seleranya berbeda dari kebanyakan, anda tentu tahu maksud saya
BalasHapusi see, i see xD
BalasHapuswah bisa melegenda tuh restoran. tetapi sayangnya kok ada ritual memakai dupa dan bakar kemenyan yah.
BalasHapusya justru itu yg bisa bikin melegenda. hehe
BalasHapus