Rabu, 18 Februari 2015

#ReboNyunda di Blog Jejak Si Miaw

pict from twitter @infobdg
Kata Om Wiki, Rebo Nyunda atau Rabu Sunda adalah salah satu kegiatan mingguan di Bandung yang bertujuan melestarikan budaya Sunda sebagai salah satu budaya lokal yang berkembang di Jawa Barat. Program Rebo Nyunda ini digagas oleh Walikota Bandung -yang terkenal itu looh... Siapa hayoo? Masa gak tahu? :D- Bapak Ridwan Kamil, dan mulai diberlakukan di Bandung pada tanggal 6 November 2013. Latar belakang program Rebo Nyunda ini adalah karena kekhawatiran akan lunturnya budaya Sunda di masyarakat Sunda-nya sendiri. 
Di Bandung, setiap hari Rabu warganya wajib berbahasa Sunda dalam berkomunikasi, terutama bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) baik itu dalam komunikasi formal maupun informal. Di sekolah pun sama. Dan sebagai pelengkapnya, masyarakat juga dihimbau untuk berpakaian adat Sunda. Untuk wanita menggunakan kain batik dan kebaya, dan untuk pria menggunakan iket kepala batik dan pangsi (baju dan celana longgar berwarna hitam-hitam) serta menambahkan hiasan kujang (senjata tradisional Jawa Barat) bila memungkinkan.
Selain Kota Bandung, daerah lain yang sudah menerapkan program Rebo Nyunda adalah Kabupaten Garut dan Kota Bogor. Sedangkan di daerah tempatku tinggal, di Subang tercinta, sepertinya masih sekedar mengekor, belum ada peresmian dari pemerintah setempat untuk menerapkan Rebo Nyunda. 

Memang, sangat terasa olehku, penggunaan bahasa Sunda di daerah Sunda -Jawa Barat- sudah jarang. Bukan tidak pernah digunakan loh ya, tapi jarang digunakan. Beda sekali dengan di daerah Jawa. Selama kuliah, aku sering ditanya dalam bahasa Jawa oleh orang yang pertama kali bertemu -yang belum tahu bahwa aku tidak bisa bahasa Jawa-. Sedangkan di sini, di tatar Sunda, seringnya orang-orang memulai percakapan/sapaan dengan bahasa Indonesia. 
Sebagai contoh waktu aku SMA di Subang Kota. Percakapan utama antar teman ya menggunakan bahasa Indonesia. Padahal ini di Subang, bukan di Bandung, Bekasi, Bogor, Depok yang memang sudah banyak terpengaruh oleh bahasa budaya lain. Karena Subang hanya kabupaten pinggiran, perbatasan dengan Indramayu, kukira orang-orangnya semua berbahasa Sunda dalam kesehariannya. Seperti aku yang memang dari kecil berbahasa Sunda. Bahkan guru-guruku di SD dan SMP pun tak segan menjelaskan pelajaran dengan bahasa Sunda. Guru-guru hanya berbahasa Indonesia ketika mendiktekan sepertinya, atau kecuali pelajaran bahasa Indonesia, itu mah gak heran kalau full bahasa Indonesia. Hho..
Awal-awal berada di lingkungan Subang Kota dengan 'bahasa Indonesia'nya membuatku agak susah beradaptasi. Ada sih sedikit yang berbahasa Sunda, dan sedikit sekali yang berbahasa Sunda halus, tetap saja kebanyakan berbahasa Indonesia. Aku sedikit agak kagok dalam berbicara karena belum terbiasa.
Lama-lama, karena sedari SMA sampai kuliah aku 90% berbahasa Indonesia, kemampuan berbahasa Sunda halusku sedikit demi sedikit pudar. Aku lupa apa bahasa Sunda halusnya -misal- tertawa. Bahkan aku agak gagap waktu mengobrol dengan orang yang lebih tua dalam bahasa Sunda, karena otomatis harus bahasa yang halus kan. Aku hanya lancar berbahasa Sunda loma -sedang-, bahkan kasar. 
Beruntung aku sekarang kembali ke kampung, kembali ke keluarga yang berbahasa Sunda halus. Dengan begini aku bisa sedikit demi sedikit memperbaiki lagi bahasa Sunda-ku yang sempat terlupakan. Tapiii... ada yang membuatku prihatin juga.. sekarang di sini, di kampungku anak-anaknya kok 50% berbahasa Indonesia ya.. bahkan anak kecil -bayi- di sini sekarang diajarkannya bahasa Indonesia oleh orang tuanya, padahal orang tuanya berbahasa Sunda loh. Ckck.. Apakah orang-orang sini sudah mulai gengsi berbahasa Sunda?

Well aku mulai mengetahui program Rebo Nyunda ini pasca lulus kuliah. Aku mulai tahu dari instagram teman-temanku -yang berprofesi sebagai guru- yang mengunggah foto bertema Rebo Nyunda, dengan bahasa Sunda dan dengan pakaian adat Sunda. Lalu beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan blog Sundanis pisan -Arip Blog-. Tema blognya sangat Nyunda. Dan hari Rabu lalu aku membaca postingannya yang berbahasa Sunda. Aku jadi ingat 'oh, iya yaa.. kan ini hari Rabu, kan ada Rebo Nyunda'. Sejak saat itu aku jadi terinspirasi untuk menulis dalam bahasa Sunda juga setiap hari Rabu. Walaupun bukan orang Bandung dan bukan anaknya Bapak Ridwan Kamil, tapi kan aku ini asli urang Sunda. Apa salahnya aku juga ikut melestarikan bahasa daerahku sendiri. Iya kan, iya kan? :D NB: hatur nuhun inspirasina nya, Rip! :) *mugia Arip maca postingan ieu. Hehe..

Insya Alloh, mulai hari Rabu depan, setiap hari Rabu, di blog ini akan tayang postingan dalam bahasa Sunda. Semoga niatku ini terlaksana yaa.. Aamiin :))

Terakhir sebelum menutup tulisan hari ini, "Yu urang Sunda, ti ayeuna urang diajar miara basa nyalira. Pami sanes ayeuna, iraha deui? Pami sanes urang, saha deui?" ;)

by. si Famysa, USA -urang Sunda asli-

9 komentar:

  1. aku ngomong sunda kalau ada ortu atau ade dateng ke rumah, via telp juga masih pakai bahasa sunda sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. padahal asyik kalo sama cal-vin bahasa sunda juga tante. hihih

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. Orang Jawa juga sama aja kok Syif,
    sekarang rata-rata kalo ngajak ngomong anaknya ya pakai Bahasa Indonesia.
    Ibu aku pas kecil ngajak aku ngomong Bahasa Indonesia, tapi makin gede makin Bahasa Jawa, hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. oo gitu tho mba.. kalo pengalamanku sih, tiap aku -misal beli makan- pasti ditawarinnya pake bahasa jawa, pas aku jawab pake bahasa indonesia baru ibunya ngerti. beda banget sama di sunda, jarang banget aku beli makan ditawarinnya pake bahasa sunda, kecuali di kampung mah --

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend