Rabu, 30 Oktober 2013

Timeless; Friendship Never End!

"nama judul albumnya keren kan? TIMELESS..." Wel said, on the way to the adventure...
foto jaman kelas XI SMA, di warung SMPN 1 Cipunagara
cuy, kita temenan dari kelas VII SMP. dulu masih misah-misah siih... belum kumpul berenam kayak sekarang ini. aku, Welly, & Kokom kelas VII A, IbankAab, & Aziz kelas VII C. lanjut ke kelas VIII, aku sendiri di VIII D, Aziz sendiri di VIII E, Aab & Welly di VIII C, Ibank & Kokom di VIII B. lanjut lagi ke kelas IX, aku & Aab di IX C, Kokom sendiri di IX D, Ibank, Welly & Aziz di IX A. random ya... rekor ya waktu kelas VII aja kita cuma terbagi dalam dua kelas. mungkin itu tanda-tanda bahwa kita akan berjodoh. VII A VS VII C. hihihi
hmm... tapi waktu kelas VII kita juga belum saling kenal deh. yang jelas-jelas sudah aku kenal yaa cuma Aab karena se-SD, Kokom & Welly karena sekelas. kalau Aziz sama Ibank, penampakannya masih belum jelas. aku cuma sekilas tau Ibank dari temanku yang ngefans banget sama Ibank. hahahaa lucu kalau ingat itu :D hmm... kalau Aziz, waktu kelas VII aku sama sekali belum tau Aziz. Aziz benar-benar masih blur buatku *peacee Ziz :P. waktu kelas VII, aku paling dekat dengan Welly. Dia ketua murid (KM) dan aku bendahara. aku sama teman-temanku yang se-SD sering mengejek Welly dengan julukan "KM geblek". habisnya KM kok gak karu-karuan nakalnya. diiih amit-amiit dah kamu, Wel :P oops tapi biar gimana pun, Welly adalah teman sebangkuku. dia mah modus sebangku sama aku di depan supaya bisa nyontek mulu. hhuuu :O saking dekatnya aku sama Welly, kami pernah digosipkan oleh anak kelas, akibat kompor dari guru matematika. jahil memang si Bapak. hahaha 
foto setelah lulus SMA, tapi masih pengangguran :P habis rujak party di rumah Kokom
di kelas VIII, aku mulai dekat dengan Aziz karena aku dan Aziz adalah perwakilan dari sekolah untuk Jambore Nasional Pramuka 2006 *wuiiih lawas bangeeet... aku mulai sering berduaan dengan Aziz dalam urusan Pramuka. ada yang lucu, waktu aku dan Aziz lewat di depan Bapak (guru matematika kelas VII), si Bapaknya bilang gini, "waah, Syifa udah ganti pasangannya sekarang bukan sama Welly lagi. Wellynya dikemanain, Fa?". bwahahaa... padahal dua-duanya big nooo! *Ziz, masih inget atau masih lupa Ziz? :D
aku mulai dekat dengan Ibank juga di kelas VIII. dekatnya karena aku mak comblangnya temanku dan Ibank. ditambah karena Ibank juga ketua PMR. Pramuka dan PMR kan sobatan bangeet. aku jadi sering berinteraksi sama Ibank. hihihiiy... sumpah geli deh kalau ingat sejarahnya aku dekat sama Ibank :D diskip aja lah supaya cepat. hehe
ki-ka: Fitri (Aab's wife), Aab, aku, Kokom, Aziz, Welly, Ibank, di acara syukuran rumah baru Kokom (baru direhab) 
di kelas IX, kita sudah mulai sering main bareng yaa.... walaupun gak lengkap berenam, yaa pokoknya ada laah momen-momen yang kita sering kumpul bareng. entah itu waktu istirahat sekolah, waktu ekstrakurikuler, atau pun di luar sekolah. biasanya basecamp kita kalau kumpul di sekolah itu ya di IX A. karena tiga dari kita ada di sana. ditambah juga karena ada Mila di sana, teman dekatku dari SD.
aku pernah marah sama kalian. kalian berempat main ke rumahku, masuk kamarku, pakai komputerku, padahal akunya gak ada di rumah. kaget, waktu aku pulang tiba-tiba aja ada empat makhluk rese dalam kamarku. aaarrrggh itu rasanya menyebalkan. tapi kalian tidak ada yang menganggap serius marahku. huh. 
Aziz pernah bilang gini ke teman-teman lain, aku nguping, "sumpah yaa aku mah gak pernah main ke rumah cewek. apalagi ke rumah pacar. gak berani aku." laah otomatis aku menimpali dong, "looh bukannya kamu sering main ke rumahku??" lalu kata Aziz dengan santainya, "ah da kamu mah bukan cewek, Syif." stres gilaa... lalu selama ini kalian anggap aku apaa :O parahnya lagi, kalian pernah mengajakku nonton BF! kalian juga membicarakan seputar tontonan kalian dan pikiran-pikiran jorok kalian di depanku. haduuuh... apa aku benar-benar tidak dianggap wanita? --" 
dua gadis cantik yang dimiliki Timeless :P
Kokom dan Aab, kemana mereka? kok tidak diceritakan di atas? 
Aab, aku sudah dari keciiiil kenal dengan Aab. dulu kami tetanggaan, waktu orang tuaku masih mengontrak rumah tepat di samping rumahnya Aab. sebelum aku TK, aku dan Aab sudah dekat. dulu kami seperti kakak-adik. main bareng, makan bareng, bahkan mandi pun bareng. hahaa... *heey itu dulu yaa... namanya juga bocah, gak usah ada yang cemburu.. hmm... sampai sekarang dan selamanya aku akan selalu menganggap Aab kakakku. meskipun seangkatan, tapi Aab ini tetua looh. hehe *peacee :D Aab memang yang paling duluan lahir ke dunia diantara kami berenam. kecil-kecil tapi senior looh Aab ini... terbukti, hanya Aab yang berani menikah muda! sedangkan lima lainnya, kapan-kapan aja deeh... masih atuuut. heheuu
Kokom, aku dekat dengan Kokom sejak di kelas VII A. dia adalah salah satu cewek tangguh yang aku kenal. Kokom berada di lingkaran Timeless juga berawal dari sahabatan denganku. berhubung akunya suka bareng sama empat cowok kacrut itu, jadi deh Kokom pun terbawa arus *arus positif kan yaa :P. dengan hadirnya Kokom diantara kami, aku jadi bebas dari panggilan San Chai deh. hihii... iya, tadinya teman-teman kelas VIII D memanggilku San Chai karena teman mainku F4 kacrut itu. hahaha... F4 asli mah kereeen... ini sih kacruut :P
Aab, my brother ever after
di kelas VII aku digosipkan dengan Welly, kelas VIII dengan Aziz, kelas IX giliran sama Ibank deh. gara-garanya karena kami sering duet bareng di acara-acara sekolah, dan memang sering terlihat bareng juga sih. hahaha... eh oops, sama Aab juga sempat digosipkan waktu kelas VII, sebelum gosip dengan Welly beredar. gara-garanya memang aku terlalu dekat dengan Aab selama SD. hehe.. malah gosip dengan Aab ini yang sempat menjadi hot issue. sampai-sampai aku diblacklist oleh senior-senior Pramuka yang ngefans sama Aab. rada-rada makan ati deh waktu itu. apa-apaa dihubung-hubungkan dengan Aab. hadeeeh.... ckck... kok jadi cerita beginian yaa :P
with Kokom's Family
selepas masa-masa SMP, kami berpisah sekolah. hanya Kokom dan Aziz yang melanjutkan ke satu sekolah yang sama di SMKN 1 Cipunagara. aku di SMAN 1 Subang, Ibank di SMAN 3 Subang, Aab di MAN Subang, Welly di SMA Barunawati Jakarta (bagian mana Wel? *lupa nanya :D). tapiii walaupun sudah dipisahkan oleh jarak, tetap sajaaa waktu liburan kami selalu berkumpul. basecamp kumpulnya biasanya di rumahku. entah kenapa itu bocah-bocah betah banget yaa di rumahku. hmm... 
cuy, aku kira kita bakal kumpul-kumpul cuma pas awal-awal SMA doang looh. tapi ternyata kita masih tetap langgeng aja sampai sekarang. sampai Aab yang sudah punya istri pun tetap aja kayak bocah kalau lagi sama kita. kita sudah jadi mahasiswa, sudah bisa jadi pencari nafkah, tetaap aja bubudakeun kalau lagi kumpul mah. emang dasar sama cinta pertama itu susah move on yaa :D kita sudah terlanjur jatuh cinta pada kita. *heh ini bukan modus bukaaan :O serius aku ngomong gini. aku sayang kaliaan... aku cinta kaliaaan.... mumumuuu :* :* (bagian ini buat Kokom doang :D)

cuy, semoga persahabatan kita abadi untuk selamanya yaa... sampai kakek-nenek, sampai punya koleksi cicit banyak, sampai akhir hayat.. semoga persahabatan kita bermanfaat dunia-akhirat untuk kita dan untuk dunia kita. aamiiiiinn.....
cuy, jangan lupa bulan November mulai setor 50ribu/bulan ke aku. hahaha *for a secret project. ssstt
we are Timeless, friendship never end!
and after this, where are we going, guys?

simak terus postingan berikutnya yaa... akan ada petualangan seru.... masih dengan Timeless :)

by. si Famysa, Timeless' gils :)

Rabu, 23 Oktober 2013

Naik-naik ke Watu Gunung

tanggal 4 Oktober 2013 lalu, aku dan teman-teman SC ditambah Ayu naik-naik ke Watu Gunung. eh aku belum ngenalin SC sama teman-teman blogger yaa, kelupaan. hehe
SC ituuu... entah sejenis kawanan makhluk apa. aku menemukan kawanan ini beberapa bulan yang lalu. kami ber-13 orang berkesempatan tinggal di tempat yang sama selama 35 hari. you know laah kami ngapain ajaa selama 35 hari itu. hahaha #KKN : Ketawa Ketiwi Ngakak (Ayuni's version). next time insya Alloh aku ceritain SC ini yaa... biarkan sekarang menjadi rahasia dulu. hihii
Watu Gunung bertempat di Desa Lerep Ungaran. selain Watu Gunung, di Desa Lerep ada juga tempat-tempat wisata lainnya, seperti Kampung Seni dan curug (seingatku). Desa Lerep tidak jauh dari Alun-alun Ungaran, ke arah Barat sedikit, menanjak, sampai deh di Desa Lerep.
see... di sana terlihat padatnya kota Semarang!
Watu Gunung ini sendiri sebenarnya merupakan villa keluarga yang sengaja dijadikan untuk tempat wisata. konon katanya Mpin aka Vinna, dulunya villa ini berjasa banget sama warga sekitarnya. villa ini membantu warga sekitar mengatasi masalah kekeringan dengan danau-danau buatan yang ada di villa. entah gimana caranya lah itu pokoknya.. aku gak tanya-tanya terlalu detail. hehe
di sana ada beberapa villa dengan desain rumah Joglo, pepohonan beragam jenis yang hijau nan rimbun, air mancur, danau, taman, aaaaaa mupeng deh pengen punya rumah kayak gitu nanti *aamiiin....
begitu melihat keindahan pemandangan di sanaa... satu hal yang aku pikirkan adalah "bagus juga nih buat pemotretan Famysa". tapi sayangnya di sana ada peringatan dilarang mengambil foto dengan kamera profesional tanpa ijin. hahahaa gubraks deeh :D itu berarti kalau mau pemotretan di sana ada tarifnya yaa... *mungkin. heuu 
iklan hape sama Diaz --"
suasana menenangkan di Watu Gunung cocok banget buat elu-elu kite-kite pade yang lagi menggalau, mencari inspirasi, atau sekedar ingin menanangkan diri dari hiruk-pikuk kota. saking tenangnya itu tempat, kemarin kami gak sengaja nemu sepasang bocah SMA yang lagi pasalan. uhuk-uhuk lama-lama mereka kabur juga karena kehadiran kami yang menggodai mereka terus. hahaa *jahat yaa :D
ki-ka: aku, Siska Kasur, Vinna Mpin, Ayunchan, Ayu 
kata Mpin lagiii, kelak Watu Gunung akan dijadikan tempat camp juga. buat mahasiswa atau pelajar yang mau ngadain acara-acara organisasi seperti upgrading, makrab, atau apalah sejenisnya, mungkin nanti bisa di sana. sekarang saja Watu Gunung rencananya akan membangun gedung/sarana prasarana baru.
sekarang, setiap kali aku galau, aku pasti teringat Watu Gunung. enak kayaknya berkontemplasi di sana. sendiri. sepi. sejuk. angin semilir. lama-lama tidur. gubraks!!
pulang dari Watu Gunung, kami makan mie ayam dan wedang ronde dulu di Alun-alun Ungaran. pulang lagi ke Tembalang malam deh. hehe
#gak jadi ke Dieng, Watu Gunung pun jadiiii... hahaha #oops :P
sudah dulu yaa... aku sedang agak malas menulis nih gaswat --" sampai ketemu di lain waktu dan postingan! ^^

by. si Famysa, zzzz

Minggu, 06 Oktober 2013

18 Tahun Sebuah Bahtera

Perempuan mana yang ingin dinikahi oleh laki-laki yang sudah beristri tanpa sepengetahuannya? Perempuan mana yang tidak sakit hati ketika tiba-tiba ada ibu hamil yang mendatanginya, dan berkata bahwa bayi yang dikandungnya adalah anak suaminya? Perempuan mana yang mau mengakui ‘anak tiri’ dari asal-usul yang menyakitkan seperti itu?

Penasaran? Masih sanggup lanjut membaca tulisan ini? Yang sanggup silahkan diteruskan... Yang tidak sanggup silahkan lambaikan tangan dan angkat bendera putihmu!

23 tahun yang lalu, hari bahagia itu datang. Keluarga, sanak saudara, karib kerabat, semua berkumpul dalam satu tempat. Panasnya wilayah Pantura tak sedikit pun menyurutkan kebahagiaan dari semua yang hadir kala itu. Apalagi bagi pengantin wanita. Ini merupakan pernikahan pertamanya. Berbeda dengan pengantin pria, dia sudah pernah menikah sebelumnya. Ya, perawan dapat duda.
Prosesi pernikahan berlangsung dengan adat Sunda. Sungkeman, siraman, memecahkan kendi, menginjak telur, membasuh kaki suami, rebutan bakakak (ayam panggang utuh, belum dipotong-potong), suap-suapan bakakak, lagu-lagu Sunda, saweran, salam-salaman, dan lain sebagainya. Alangkah indahnya jika kita yang membaca bisa melihat momen itu juga :)

Pengantin wanita hanya ‘kosong’ satu bulan. Tuhan telah menitipkan amanah kepadanya. Alangkah bahagianya pasangan suami-istri itu ketika mengetahui mereka akan menjadi ayah dan ibu.

“Semoga kamu tumbuh menjadi anak yang membanggakan ibu dan ayah, Nak..” seringkali kata-kata ini terucap dari pengantin wanita, sambil ia mengelus perutnya yang belum terlihat seperti sedang mengandung.

Langit gelap. Jalanan Pantura sepi dari kendaraan. Dalam senyap kilat menyayat mega yang sedang mendung. Gelegar mengikuti seolah tak mau kalah berlomba dengan kilat. Rintik perlahan turun. Rintik datang bersama teman-temannya menyerbu bumi. Tidak lagi perlahan, tetapi berlarian, berkejaran tak beraturan. Dan bumi pun basah. Ia tak kuasa membendung rintik. Pasrah...
“Demi Tuhan! Bayi yang saya kandung ini adalah anaknya suami kakak Anda.” Wanita itu menyalak sambil menangis. Suaranya terdengar agak kabur, namun menakutkan.
“Bu, kakak ipar saya bilang bahwa dia sudah bercerai dengan Ibu. Tidak mungkin Ibu mengandung anak kakak ipar saya.” Takut-takut adik pengantin wanita berkata. Dia juga tidak mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Wanita itu cantik, seksi, kulitnya putih bersih, ia seperti keturunan China. Apa benar wanita itu lah mantan istrinya pengantin pria? Pengantin pria tidak ganteng, juga tidak kaya. Orang yang memandang pasti akan sangsi seperti adik pengantin wanita.

aku bisa melihat kepedihannya dalam album itu. "pengantin al-munafiqun", "bagus luarnya saja, dalamnya busuk", "kedok!" 
Oh Dear... Mengapa aku masih saja bertanya.

Pengantin wanita bertahan demi bayi yang ada dalam kandungannya. Percuma minta cerai pun, karena wanita hamil tidak boleh diceraikan.
Dalam diam ia bertahan. Dalam diam ia menyembunyikan perih. Pengantin pria tetap suaminya. Suami yang harus ia percayai. Suami yang akan selalu dibelanya melebihi keluarganya sendiri.

“Kamu adalah obat hati Ibu. Kamu yang membuat Ibu bertahan. Kamu akan menjadi wanita yang sangat tabah, menjadi wanita yang terpilih, menjadi wanita yang baik...” Terselip doa dalam tangisnya ketika pertama kali ia menggendong sosok mungil, bayinya. Doa itu akan selalu hidup selamanya, menemani setiap tumbuh kembang bayinya hingga kelak ia menjadi dewasa dan tiada. Doa itu bersemayam dalam nama bayinya.

Enam tahun kemudian setelah pengantin wanita dan suaminya hijrah ke kecamatan lain...
“Iiiihh anak laki-laki itu kok mirip banget sama anaknya tetangga saya ya... Hidungnya, hitam-hitamnya, matanya, cara jalannya, pemalunya, semuanya deh.. Siapa sih anak itu?” rumpi ibu-ibu di warung.

18 tahun. Seharusnya di usia ini, seorang remaja sudah mulai menginjak dewasa. Dewasa dalam bersikap, bertutur kata, berpikir, dewasa dalam menjalani hidup. Film-film tertentu yang bertanda 18+ pun sudah bisa ditontonnya. Namun sayang, terkadang remaja lepas dari bimbingan dan pengawasan orang tua. Ia bukannya menjadi dewasa, tapi malah berantakan dan hidup tak karuan.
18 tahun. Bahtera yang dari awal memang sudah keropos, lambat-laun ia lapuk. Isinya tidak sepenuhnya hilang. Tetapi menjadi puing berserakan yang mungkin dapat mencelakakan banyak orang.
18 tahun.

Teramat pedih. Dadaku sesak menuliskan ini. :’(

“Ya, anak laki-laki itu memang mirip sekali denganku. Kami bagai pinang dibelah dua.”
“Subhanallah.... Allah memang akan menampakkan apa yang tersembunyi. Percuma dulu pengantin pria mati-matian tidak mengakuinya. Akhirnya rumah tangganya hancur tidak dapat diperbaiki. Tapi kalian tidak lagi bisa dipungkiri. Allah memang Maha Hebat. Dengan kehendak-Nya, dua orang yang berbeda jenis kelamin, berbeda rahim, tapi bisa seperti anak kembar... Dunia pun akan bisa melihat kebenarannya tanpa harus diteriakan,” ujar adik pengantin wanita.
Kisah pernikahan ini diikutsertakan pada Giveaway 10th Wedding Anniversary by Heart of Mine 

Mak Uniek... Semoga kisah ini dapat menjadi pelajaran bagi Mak Uniek khususnya, serta bagi semua pembaca pada umumnya...
Semoga Mak Uniek dan suami TIDAK AKAN mengalami hal menyakitkan seperti ini. Semoga pernikahan kalian selalu langgeng dan penuh barokah. Biarlah hanya maut yang berhak memisahkan kalian. Aamiiin....

By. Si Famysa, gue mewek. Asli.

Selasa, 01 Oktober 2013

Family Time; Jak-Japan Matsuri at Monas

Dari hari pertama datang, Bibi sudah menanyakan hal ini padaku. “Teh, Minggu jalan-jalan yuk... Tapi kemana? Ibi mau nganterin baju buat Zahra (anak pertama Bibi, kelas 3 SMP) ke pesantren. Abis itu kita bisa jalan-jalan. Kemana yaa enaknya?”
Aku jawab sekenanya, niatnya sih cuma bercanda. “Ke Monas yuk, Bi. Lagi ada Festival Jepang di sana.”
Eeh Bibinya malah mengiyakan. “Waah boleh tuh, Teh. Hayuu aja... Searah juga kan sama pesantren. Abis dari Cikarang kita langsung ke Jakarta.”
Wihiii... ekspresiku antara senang dan emoticon segaris -_-. Kalau tahu jawabannya bakal ‘hayu aja kemanapun’, aku bakal bilang ke Bandung aja deh.. Perasaanku lagi kangen sama Bandung. Padahal ada apa dan siapa yaa di sana. Hehee... 
Baru hari Jumat aku menginjakkan kaki di Ibukota, sekedar untuk transit. Hari Minggunya aku justru kembali lagi menyapa Ibukota. Hello, Jakarta... :)
Kami berangkat dari rumah jam 8 pagi. Setelah mobil melaju sekitar 20 menitan, Bibi baru ingat STNK mobil dan obat batuk Haura tertinggal di rumah. Putar balik deh. “Untung sopirnya Ace. Kalau orang lain mah gak enak kan pas ada hal-hal kayak gini tuh,” kata Bibi. Ace hanya nyengir, dikiit..
Kami berangkat lagi dari rumah untuk yang kedua kalinya sekitar jam 9 pagi. Mampir dulu ke tempat perbelanjaan untuk belanja stok toko Bibi. Kami baru sampai pesantren ketika hari sudah masuk waktu dzuhur. 
Oh ya, kami ke sana berlima. Aku, Bibi, Khansa & Haura (Bibi’s daughters), dan Ace (sepupu, anaknya Uwa). Sayangnya kami tidak bisa mengajak Zahra. Jangankan mengajak, bertemu pun tidak bisa. Para santri sedang tidak boleh dijenguk sampai bulan Oktober. Keluarga hanya diperbolehkan menitip barang untuk santri. Karena tidak bisa bertemu Zahra, akhirnya kami langsung menuju Jakarta. Waktu menunjukkan sekitar jam 2 siang ketika kami keluar dari gerbang pesantren.  
Monas hari itu dipenuhi manusia. Ya iya lah.. kan lagi ada festival.. Semakin mendekati Monas, suasana Jepang sudah mulai terasa. Banyak orang berlalu-lalang membawa kipas dari festival, memakai ikat kepala berbendera Jepang, memakai kimono, pokoknya terlihat asesoris-asesoris berbau Jepang menempel pada orang-orang itu. Hmm... sepertinya di dalam sana menyenangkan :)
Sesampainya di Monas, kami makan dan solat ashar dulu. Setelah itu baru deh kami masuk ke festival.
Aku, Bibi, dan Haura duluan mengantri tiket. Sedangkan Ace menemani Khansa yang ingin bermain motor-motoran dulu di halaman depan Monas. Harga tiket masuknya Rp 25.000,-/orang, dapat kenang-kenangan kipas. Heu.. jadi ini tho kipas yang dari tadi dibawa orang-orang tuuh..
Jak-Japan Matsuri 2013, Japan Festival in Jakarta
Closing Event at Monas. Sun, 8 Sep 2013, 11:00 – 21:00

Tulisan di tiket masuknya seperti itu. Memang waktu kami ke sana bertepatan dengan penutupan/hari terakhir festivalnya. Makanya rame banget. Apalagi itu hari Minggu. Semua orang tumpah ruah lah di sana.

Menurut kamus Diaz (nanya Diaz :P), matsuri (Bahasa Jepang) itu artinya festival, pesta, atau keramaian. Event ini mungkin diadakan setiap tahun kali ya.. Soalnya bertepatan dengan peringatan hubungan persahabatan Indonesia dan Jepang (kemarin peringatan ke-55 tahun). Di tiketnya ada tulisan gini juga “5elalu Ber5ama, Indonesia-Jepang”. Maaf yaa aku kurang tahu mengenai event ini... Teman-teman yang lebih tahu monggo share di kolom komentar yaa :D
Sumpek dan gerah. Itu kesan pertamaku begitu masuk area festival. Di sana buanyaaak sekali orang. Aku terserang dilema. Antara penasaran ingin mengelilingi semua stand dan pegal karena menggendong Haura dengan memakai sandal berhak 3 cm. Ampuuun dijeeh :O
Kami hanya sempat mendatangi stand-stand produk elektronik Jepang, stand travel wisata ke Jepang, dan stand popok bayi (tadinya bibi mau beli. Pas tanya harganya, eeh SPGnya bilang ‘gratis’, ini memang untuk dibagikan ke orang tua yang membawa babynya. “Hihihi... jadi malu,” kata Bibi :D). Banyak stand makanan yang hanya kami lewati begitu saja. Eh tapi Khansa sempat mendatangi stand yang menjual minuman, karena memang dia kehausan. Dari kejauhan, minumannya terlihat menggoda, warnanya hijau kecoklatan, dingin, sepertinya segar sekali di tenggorokan. Khansa membeli 3 gelas. Aku, Khansa, dan Ace dengan semangat meminumnya. Srupuuutt.... “Teh, gak enak iih minumannya. Dikira tuh enak, manis, atau asem. Eeh malah pahit. Buat Teteh aja ah niih..” Aku lupa. Hari itu kan kami sedang berada di tengah budaya Jepang. Jelas saja green teanya pahit. Memangnya green tea ala Indonesia yang pakai gula -_-
Giliran ketemu stand makanan Jepang yang gratisan aja... baru deh kami tertarik. Bibi yang paling semangat. “Teh ayo masuk ke sini, Teh.. Ngantri... Pengen nyobain kayak gimana sih jajanan Jepang.” Hahaha... Kami rela mengantri hanya demi sesuap makanan Jepang gratisan (nama makanannya apaa, aku lupaa). Padahal yang gak gratis banyak berjajar di stand, tinggal dipilih :P
Karena sudah capek, kami akhirnya memutuskan untuk segera keluar dari area festival. Di perjalanan menuju pencarian pintu keluar, Bibi menemukan stand makanan khas Betawi. Bibi membeli kerak telor, selendang mayang, dan bir ala Indonesia (berbahan jahe). “Ini kita ke Festival Jepang tapi kok belinya makanan khas Jakarta ya..” candaku – “hahahaa iya yaa... Ngaco!” kami berlima tertawa semua. Memang ngaco sih. Ada-ada ajaa yaa -_- :P
Setelah keluar dari area festival, Bibi membeli kacang dan kaos bergambar Monas untuk Khansa dan Haura. Lalu kami juga berfoto berlima dulu menggunakan jasa foto sekali jadi. Foto sudah jadi. Waktu maghrib pun memanggil. Sebelum pulang kami solat maghrib plus isya dulu, supaya tenang dalam perjalanan. 
Kami makan malam di rest area tol. Pizza Hut menjadi tempat yang kami pilih. Setelah kenyang makan semangkuk salad dan satu iris pizza, ditambah capucino, perutku dipaksa untuk menampung satu iris pizza lagi. Whuaa.... Bukan aku saja sih.. Ace dan Bibi juga bernasib sama. Aku harus menghabiskan pizza sisa Khansa, Bibi menghabiskan pizza sisa Haura, dan Ace menghabiskan satu iris pizza utuh. Hahaha... Ace memang luar biasa kalau soal makan :P Walhasil kami bertiga kekenyangan....

Yaa begini lah kelakuanku dan keluargaku kalau sudah berkumpul dan jalan-jalan. Bagaimana dengan kalian dan keluarga? :)

Perjalanan pulang selalu terasa lebih melelahkan daripada perjalanan berangkat. Tapi memang begitulah suatu perjalanan. Walaupun lelah, namun banyak hal yang kita dapat. Banyak pelajaran dan pengalaman dari setiap perjalanan hidup manusia :) ~Famysa~

note: aku baru tahu kalau di acara penutupan hari itu menghadirkan Agnes Monica dan JKT 48, dari twitternya +AGNEZ MO, sewaktu perjalanan berangkat. whuaa coba tahunya dari kapan hari... mungkin aku tidak akan pergi ke festival bersama keluarga. huhuhu... next time kita pasti ketemu ya, Kak Nez :)

By. Si Famysa, love my family so much :*

Hello Dear Pasar Senen, Kemayoran, Cikampek :)

Berawal dari ‘dadakan’, tanggal 6 September lalu aku melancong ke Cikampek. Persiapannya singkat sekali. Rabu malam di kosan Ayuni, Diaz menceritakan rencananya pergi ke Jakarta hari Jumat. Katanya dia mau ke acara Festival Jepang di Monas hari Minggunya. Emang dasarnya aku masih jetlag pasca-KKN, malas kuliah deh tuh. Hehehe... *alibi. Jadinya ya tergoda untuk ikut ke Jakarta. Besoknya, aku tanya Diaz sudah beli tiket belum. Diaz jawab baru mau beli nanti siang. Pas! Aku mau ikut ke Jakarta!  

Dengan segala peluh dan kerja keras, serta semangat Jakarta yang berkobar-kobar, Diaz terus memberi aku info seputar progres pembelian tiket :P Nyaris saja aku mengurungkan niat karena cerita memilukan dari Diaz. Tapi akhirnya Diaz memberi angin segar, dua tiket kereta ekonomi AC Tawang Jaya atas nama Diaz Marandi dan Syifa Azmy untuk tanggal 6 September 2013 sudah di tangannya. Huaahh plong sekali rasanya.

Big thanks to Diaz ever after all... 

Jumat, 6 September, kereta berangkat jam 19:00, sedangkan aku jam 18:14 masih di depan kontrakan. Motor Ayu pakai acara mogok segala, marah kali ya sama aku gegara mau ditinggal pergi ke Jakarta :P Ketika Ayu sudah mulai menyerah, eeh si motor malah segar-bugar kembali. Huft... Akhirnya pergi lah kami ke Stasiun Poncol kebut-kebutan.
Aku nyaris telat. Nyaris sekali. Hanya tinggal 5 menitan lagi sebelum kereta berangkat. Hahaha... deg-degan sueer... Diaz masih setia menungguku di pintu masuk penumpang. So sweeet.... you’re very kindly, Dear... Big thanks again to Diaz ever after all... 

Sepanjang perjalanan Semarang-Cirebon, selaluu ada obrolan yang daebaak alias amazing. Mulai dari perjuangan Diaz mendapatkan tiket, sampai obrolan seputar keluarga masing-masing. Tapi perjalanan dari Cirebon-Jakarta, kami sudah sibuk dengan mimpi masing-masing. Zzzz.... Sekitar jam 3 pagi, kereta sudah mendarat di Stasiun Pasar Senen. Setelah subuh, Diaz pamit duluan karena dia sudah dijemput. Aku masih harus berpetualang ke Kemayoran dulu, lalu baru ke Cikampek ;) Pasti teman-teman bertanya-tanya yaa... Kok aku muter-muter ke Jakarta dulu kalau tujuannya mau ke Cikampek. Hihihi... Tanya kenapa? Au deh :D
Aku membeli tiket Commuter Line seharga Rp 7.000,- untuk ke Stasiun Kemayoran (sebenarnya harga tiketnya Rp 2.000,-, Rp 5.000,-nya untuk jaminan Commuter Line Card). Stasiun Kemayoran ini adalah stasiun setelah Pasar Senen, sebelum Jakarta Kota. Kenapa harus ke Stasiun Kemayoran dulu? Karena untuk naik kereta odong-odong (orang-orang stasiun menamainya begitu, mungkin karena itu kereta ekonomi seekonomi-ekonominya) ke Cikampek, penumpang harus ke Stasiun Kemayoran dulu, naiknya di sana. Sekitar jam 6 pagi, Commuter Lineku datang. Agak bingung tuh. Ini bukan yaa keretanya... Naik nggak yaa... Gumamku dalam hati. Maklum, that’s my first time. Di Semarang mah gak ada siih. Hehe... Pas sudah di dalam kereta, lalu duduk, aku excited banget entah kenapa. Suasananya berasa di kereta yang ada dalam film-film luar negeri. Hahaha... Ndeso yee emang... Sayang naik Commuter Linenya sebentar, hanya satu stasiun. Hmm...

Turun di Stasiun Kemayoran, aku masih harus menunggu sampai loket tiket kereta odong-odong buka, jam 08:00. Sambil menunggu, aku bertemu dengan seorang bapak orang Makassar *kalau tidak salah. Bapaknya cerita panjang lebar tentang kehidupannya. Katanya dia hanya lulusan SD, dia tidak betah bekerja terlalu lama pada tempat yang sama, dia pemakai (read: drugs), dia pernah hidup di Surabaya dan Jogja, sampai cerita penginapan murah di Jogja yang harganya cuma Rp 15.000,- (katanya di dekat Malioboro, tapi entah dimananya. As long as i became a friend with Jogja, i don’t know about it). Serem juga siih ngobrol sama orang yang terang-terangan ngaku kalau dia pemakai. Tapi... Seru! Aku jadi punya suntikan inspirasi untuk menulis :)
Jam 08:00 loket buka. Segera aku mengantri. Tiket kereta odong-odong ke Cikampek sudah di tangan. Harganya hanya Rp 2.500,- (sampai Purwakarta). Namun aku masih harus menunggu sejam lagi sampai jam keberangkatan. Ya, menunggu lagi. Kebetulan hpku lowbat, akhirnya aku menunggu sambil mengisi baterai hp di tempat yang telah disediakan stasiun.

Jam 09:00, it’s time to going to Cikampek, my second home.. Naik kereta api (lagi dan lagi).. Tut.. tut.. tuuut....
Kereta mendarat di Stasiun Cikampek jam 11:00. Selama perjalanan, aku menghabiskan waktu dengan tidur. Ooh lelah sekaliii rasanya...
Sesampainya di rumah Bibi, aku disambut langsung oleh Bibi. Langsung curcoool deeh.... hehehe... Pas sadar sudah masuk waktu dzuhur, baru deh aku bisa masuk kamar. I felt so homey there, find my ‘mother’, find my ‘sisters’, find my ‘brother’, find a lot of life, like find my new soul...
Dan kamar ungu pun menyambutku, dia ikut tersenyum padaku... thanks, Dear...  
by. si Famysa, love my family... :*

Mijn Vriend