Jumat, 30 Januari 2015

Intervensi Bisnis

"Dosen memiliki hak prerogatif yang bahkan malaikat pun tidak dapat mengintervensi", ujar salah satu dosen kuliahku beberapa tahun silam.
Andai dalam dunia bisnis pelaku bisnis juga memiliki hak prerogatif seperti dosen ya.. Hmm.. Tapi nyatanya, dunia bisnis sangat rentan intervensi dari sana-sini. Seperti yang sedang kualami saat ini.
Aku memang memulai bisnis Sakola Printing dari ide mamahku, bukan dari ideku sendiri. Aku merasa tertantang karena mamah bercerita ingin memulai usaha percetakan tapi terkendala modal minimal 30 juta. Aku greget. Kupikir untuk apa uang sebanyak itu? Bukannya mamah sudah pernah mengalami kegagalan demi kegagalan karena memodali bisnis orang puluhan bahkan ratusan juta. Kenapa mamah masih berpikir bahwa memulai bisnis harus selalu dengan modal besar? Apa mamah tidak bisa belajar dari pengalamannya? Gampangnya, apa mamah tidak pernah melakukan evaluasi?
Sebagai seorang anak, tentu saja aku geram. Sebegitu mudahnya mamah sepakat dengan orang itu -bisnis-modal-besar-gede-gedean-lalu-apa?-mau-dibawa-bangkrut-lagi?-terus-kemana-tuh-modalnya?-hilang!
Padahal mamah mengajarkanku untuk anti berhutang, anti jual-jual aset keluarga untuk memodali bisnisku. Tapi kenapa pada orang itu mamah gampang sekali mengeluarkan modal, walau entah darimana asalnya modal itu, pinjam ke bank potong gaji terus, mungkin.
Sejak mendengar cerita mamah dan aku geram, sejak saat itu pula aku bertekad, aku akan mewujudkan keinginan mamah, aku akan merealisasikan rencana usaha mamah yang terkendala modal. Dan alhamdulillah, sekarang Sakola Printing sudah dapat dirasakan kehadirannya oleh mamah. Sepertinya mamah pun senang.
Lalu, di tengah adem-ayemnya Sakola Printing, di tengah semangat membara pemuda-pemudi pemilik Sakola Printing, datang orang itu. Dia bercerita bla-bla-bla dari A sampai Z, yang intinya dia juga ingin memiliki usaha seperti ini. Kupikir itu hanya sebatas cerita, sekedar obrolan basa-basi untuk memotivasi kami anak-anak muda. Hingga suatu hari, orang itu menawarkan kamera profesional pinjaman dari temannya. Katanya pakai saja, anggap saja punya sendiri. Oke, aku senang bukan main. Dapat pinjaman kamera second yang masih muluusss, bahkan shutter countnya masih dibawah 500.
Suatu hari, entah bermula dari apa, orang itu mengajak kami belanja perlengkapan kami ke Bandung. Aku sudah tak enak hati. Dan benar saja, sesuai prediksiku, orang itu membelikan kami dua barang untuk Sakola Printing. Katanya sudah gak apa-apa, itu mah ngasih, gak usah dibayar, kayak ke siapa saja. 
Sekarang hatiku semakin gak karuan. Sebagai satu-satunya owner perempuan Sakola Printing, tentu lah aku yang paling peka dan sensitif perasaannya. Orang itu seolah ingin memiliki Sakola Printing. Padahal ini usaha bersama, usahaku dengan teman-temanku, bukan hanya dengan suamiku. Aku ingin membesarkan Sakola Printing layaknya bisnis profesional, bukan bisnis kampungan yang levelnya warung klontongan. Ini bukan usaha keluarga. Ini usaha kerja sama profesional. 
Ada-ada saja pikiran piciknya. Orang itu menyarankan kami untuk mencari job lain yang order keluar, dan keuntungannya jangan dimasukkan ke Sakola. Astaga... Kalau tidak ingat tujuan utamaku berbisnis, pasti lah aku sudah tergiur dengan ide piciknya.
Aku sempat membicarakan hal ini pada bibi sekaligus mentor bisnisku. Kata bibi, "Kita bisnis bukan semata mencari uang. Kita bisnis juga harus tetap punya moral dan etika bisnis. Orang picik mungkin akan cepat kaya, tapi tidak akan berkah. Itu lah sebabnya kenapa orang picik banyak yang bangkrut, karena sewaktu bisnis juga dia bermain curang pada rekan bisnisnya sendiri."
Sampai detik ini, aku merasa seolah di sini ada dua perusahaan serupa, satu induknya, satu anaknya yang ingin menginduk tapi juga ingin menyeruduk induknya. Apa maksudnya? Orang itu minta dibuatkan kartu nama dengan nama Sakola Printing? Orang itu berbicara seolah dia memilikinya? 
Aku yang melahirkannya, aku yang membesarkannya. Siapa saja yang berani mengambil anakku dariku, silakan, langkahi dulu mayatku!

NB: Sakola Printing tidak akan menerima pemberian apapun secara cuma-cuma lagi dari siapapun. Sakola Printing sudah punya kamera profesional sendiri. Dan aku pribadi mau cuek bebek sama apapun ide dari orang itu.

by. si Famysa, angry.

Kamis, 29 Januari 2015

My New Business; SAKOLA PRINTING

Suatu hari, mamahku bercerita bahwa mamah dan suami (kusebut suami karena suaminya mamah sekarang bukan Bapaku, you know what i mean lah. hoho) memiliki rencana untuk membuka usaha baru di bidang percetakan. Nantinya juga bakal ada warnet, ada rentalan komputer, dan foto kopian. Mamah sudah mencari-cari tempat yang bisa disewa untuk lapaknya nanti. Namun suatu hari, mamah bercerita lagi bahwa rencana usaha tersebut tidak bisa direalisasikan karena terbentur modal. Untuk 1 set komputer warnet dibutuhkan dana kurang lebih 30 juta rupiah, belum lagi keperluan lainnya seperti etalase, sewa tempat, dan gaji karyawan. Modalnya tidak ada. Singkat cerita, mungkin mamah dan suami mundur perlahan dan melupakan rencananya.
Mendengar cerita mamah, aku jadi greget, karena aku memiliki cara pandang lain mengenai modal dan usaha. Lalu dengan mantap aku berkata, "Cita-cita mamah ini biar nanti Neng yang wujudkan! Neng gak perlu modal sebanyak itu buat mewujudkan impian usaha mamah. Mamah lihat aja."
Aku langsung menghubungi Ibank dan Welly. Kebetulan bulan September-Oktober lalu kami masih menganggur di rumah pasca pensiun jadi mahasiswa. Setelah merumuskan konsepnya, kami lalu memberi tahu Syiha mengenai konsep usaha ini. Ya, kami berempat -aku, Ibank, Welly, Syiha- memiliki tabungan untuk kelak mendirikan suatu usaha bersama, walaupun waktu pertama menabung kami belum tahu mau usaha apa. Hehe.. 
Alhamdulillah Syiha pun sepakat menggunakan tabungan kami untuk memulai usaha sekarang. Waktu itu tabungan kami baru ada Rp 1.600.000. Sangat jauh dengan 30 juta kan? Hahaha... Kami sih bermodal semangat, tekad, dan nekat, uang bukan lah modal utama kami. Dan dengan bangga aku perkenalkan pada teman-teman semua, ini lah usaha bersama kami, "SAKOLA PRINTING", beralamat di Dusun Sakurip Desa Tanjung RT 07 RW 03 Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang (dekat SMKN 1 Cipunagara) :D :D
Tanpa basa-basi lagi, kami langsung menyusun strategi bagaimana caranya memulai usaha kami. Hal pertama yang kami lakukan adalah mengumpulkan laptop, masing-masing menyumbang 1 laptop. Membuat desain flyer, dan mencetaknya. Lalu kami membeli printer Canon 3 in 1 yang harganya di bawah 1 juta. Sisanya, kami membeli perlengkapan; kertas 1 rim, kertas foto, kertas stiker cutter, plastik, penggaris besi, kertas cover, lakban, dll. Mengapa hanya perlengkapan tersebut yang kami beli? Karena konsep utama kami dalam usaha ini adalah menyediakan akses bagi anak sekolah untuk internetan mencari tugas -maklum, ini di kampung, anak-anak sekolah sulit mendapat akses komputer & internet untuk mengerjakan tugas-. Jadi yaa alakadarnya deh pas pertama lahir mah. Bahkan masih banyak barang-barang yang 'pakai dulu aja punya kita yang ada lah, gak usah beli dulu' hihihi.. Benar-benar alakadarnya.
Kami mulai beroperasi pada tanggal 13 Oktober 2014. Tanggal ini lah yang kami jadikan sebagai tanggal lahirnya Sakola Printing. Hal pertama yang kami lakukan adalah membagi-bagikan flyer pada anak sekolah SMPN 1 Cipunagara dan SMKN 1 Cipunagara, 2 sekolah terdekat dengan kantor kami. Pelanggan pertama kami adalah para tetangga, wohoho... Rasanya deg-degan waktu pertama kali melayani pelanggan Sakola :P 
Hari demi hari, pelanggan Sakola semakin bertambah banyak. Mungkin pelanggan satu memberi tahu temannya, dan begitu seterusnya, dari mulut ke mulut. Sekarang Sakola tidak pernah kesepian fans, alhamdulillah... Kadang sampai lelah kami melayaninya. Belum lagi pesanan stiker, pin, gantungan kunci, dll. Alhamdulillah, alhamdulillah... Berawal dari laptop-laptop nganggur kami dan 1 buah printer, kini Sakola di usianya yang baru jalan 4 bulan sudah memiliki 2 printer baru merk HP dan Epson, paper cutter, mesin pembuat pin dan gantungan kunci, mesin laminating, kamera Canon 500D + lensa tele, ring kertas, gunting sudah punya 4, cutter sudah punya 2, circle cutter, berbotol-botol tinta, berdus-dus kertas, dll. Alhamdulillah orderan non anak sekolah juga semakin banyak. Alhamdulillah punya beberapa marketing aktif. 
Mungkin teman-teman heran, darimana kami bisa mendapatkan modal untuk membeli alat-alat tersebut. Aku bocorkan rahasianya yaa... Kalau mau usaha mah, jalan dulu aja, hayu dulu aja, yang penting konsep kita jelas, yang penting visi dan misi usaha kita jelas, semangatnya ada, tekadnya ada, modal jujur, komitmen untuk mau belajar terus, insya Alloh akan selalu ada jalan, akan selalu ada rizki dari arah yang tidak terduga-duga, entah itu dari investor (seperti dalam usaha kami) atau dari siapapun :))

Yakini bahwa usaha kita, 5-10 tahun mendatang pasti akan terus berkembang dan maju! PASTI!! 

Ada yang ingin mengobrol denganku mengenai usaha modal duit minim? Just call me at 08997185407 (sms/wa/line), pin 7d07cfde. 
Dan barangkali ada yang membutuhkan barang/jasa dari Sakola Printing, -pesan pin, gantungan kunci, kalender, kartu nama, brosur, stiker, cetak foto, jasa fotografi, desain grafis, kartu ucapan, buku tahunan sekolah, dll-, just call us at 089655141507 (sms/line), pin 7647992, email sakolaprinting@gmail.com, FB Sakola Printing.

Selamat sore, selamat memulai bisnismu, young entrepreneur!! ^^

by. si Famysa, salah seorang owner Sakola Printing :)

Minggu, 11 Januari 2015

January Giveaway By A Life Blog

Hello, tanggal 11 Januari.. Kita nyanyi lagunya 11 Januari-nya Gigi yuk. ...Sebelas Januari bertemu, menjalani kisah cinta ini, naluri berkata engkau lah, jiwaku... Sudah, sudah! Suarane elek. Haha :P

Dalam rangka pemanasan ngeblog, kan ceritanya mau jadi full time blogger, muehehe :D, aku ikutan giveaway ini. Ini merupakan giveaway pertama yang kuikuti di tahun 2015 loh, sekaligus pertama setelah lamaa vakum dari dunia blogger. Dan salah satu syarat giveawaynya itu harus post tentang giveaway ini di blog masing-masing. Maka, nih aku bagikan infonya sama teman-teman semuaa ^^


Untuk GA kali ini, hadiahnya adalah voucher buku sebesar Rp 150.000 untuk 1 orang pemenang. Harga buku yang digunakan adalah harga setelah diskon (kalau ada). Pembelian hanya dapat dilakukan dari toko buku di dalam negeri (alias tidak bisa memilih buku dari toko online seperti Book Depository). Ongkos kirim ditanggung oleh saya selaku penyelenggara.
Cara ikutan GA-nya? Simak aturannya dulu ya.
  1. Peserta berdomisili di wilayah Indonesia.
  2. Silahkan mengisi kolom Rafflecopter di bawah ini.
  3. Jawab pertanyaan ini di kolom komentar: "Hal apa yang paling berkesan bagimu selama 2014?"
  4. Giveaway berlangsung dari 9 Januari 2015 - 7 Februari 2015.
  5. Keputusan pemenang tidak dapat diganggu gugat.
  6. Bila dalam 48 jam tidak ada respon dari pemenang, maka akan dipilih seorang pemenang baru.

ini kolom rafflecopternya
Yuk ikutan yuuk... Gampang banget tinggal komen doang. Hehehe.. Yaa semoga saja menang yaa, aamiin :))

by. si Famysa, insya Alloh full time blogger

Sabtu, 10 Januari 2015

Honey Family Moon Trip

Hello, Mblo, selamat malam mingguan! :D *belagu yee Syifa mentang-mentang udah punya pacar (halal) :P --- yee biariin... pan ceritanye ngomporin biar temen-temen pade nikah mude juge kayak kite. bhahaha
look at the photo! payungnya gak karuan bentuknya -_-
Sehari setelah 'sah', kami pergi piknik ke Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, Subang-Jawa Barat. Kenapa cepat-cepat piknik, padahal baru saja kemarin nikah, kan pasti masih ada tamu yang datang tuh? Karenaa... Niatnya piknik itu memang mau mengajak Mbak Muti plesiran di Subang. Masa Mbak Muti jauh-jauh dari Semarang buat dandanin aku, akunya gak menyuguhkan Subang pada Mbak Muti :). Sebelum Mbak Muti balik ke Semarang, sebelum Mbak Muti masuk kuliah lagi, mumpung masih libur, jadi deh hari Sabtu kami langsung cusss plesiran. Oh ya, FYI nih ya, Mbak Muti yang kemarin jadi MUA nikahan aku itu masih mahasiswa semester 5 di jurusan peternakan Undip looh.. Iya, semester 5! Tapi S-2. Rada-rada gak nyambung memang, kuliah di bidang A, keahlian di bidang Z. Ya sama kayak aku ini :P :D Kali saja ada yang mau kenalan sama Mbak Muti, nih aku kasih link FBnya lagi --> Nur Meutia <-- dan ini link FPnya --> Salon Jilbab Annisa <--.
foto ini berhasil bikin iri teman-teman yang belum menikah. haha peacee :D
Pagi itu, perasaanku agak aneh, agak risih, tiba-tiba saja ada laki-laki yang tinggal serumah denganku. Ya, belum tidur sekamar saja sudah merasa aneh. Haha -selama ada Mbak Muti, aku tidur dengan Mbak Muti, Ibank tidur dengan adikku :P-. Ah pokoknya aneh deh. Canggung kali ya... Walaupun dari SMP Ibank itu teman main bareng, tapi yaa ini mah posisinya sudah jadi suamiku. Jadi yaa tetap saja canggung, tetap saja tidak bisa disamakan dengan ketika jadi teman main :D.
Untungnya ada kakak sepupuku, Ace datang. Ace yang memang tidak hadir di acara akad nikah kami karena bekerja, menyempatkan datang pada hari Sabtu. Katanya subuh-subuh sudah start dari Cikampek. Hasilnya, pagi-pagi sudah nongol di pintu rumah deh. Lumayaan... Jadi bisa mencairkan suasana, rasa canggungku lumayan berkurang. Hehe..
Setelah sarapan dan bersiap diri, sekitar jam 11 kami berangkat dari rumah menuju Tangkuban Parahu. Sebenarnya kami bertujuh, berdelapan dengan supir. Ada aku, Ibank, Mbak Muti, Ace, A Ryan, Teh Nenden, dan baby Resty. Tapi di lokasi, A Ryan beserta istri dan anaknya malah memisahkan diri. Katanya sih mau ke tempat saudaranya Teh Nenden yang punya lapak di Tangkuban Parahu. Eeh sampai akhir malah pisah terus. Jadi gak ada foto bertujuh deh.
Ada yang menarik dalam perjalanan kami. Ketika kami memasuki wilayah kecamatan Ciater, hujan deras turun. Memang sih cuaca sudah mendung ketika kami masih di rumah juga. Sebelum Ciater pun, gerimis sudah mulai turun, langit selalu gelap. Kami pun galau dibuatnya. Yakin mau ke tempat outdoor di tengah cuaca begini? Kalau sampai di sana hujan tetap deras gimana? Mau berteduh dimana? Ah pokoknya berbagai pertanyaan yang membuat galau muncul. Sampai akhirnya muncul ide dariku untuk berganti tujuan, ke Capolaga! Supaya bisa berteduh dulu di rumah orang tua Teh Nenden yang memang dekat sekali dengan Capolaga. Ide itu muncul ketika kami sudah sampai perempatan Ciater. Ke kiri ke Pemandian Air Panas Ciater, lurus ke Tangkuban Parahu, kanan ke Capolaga. Jelas dong aku mendadak dangdut bilang ke supir belok kanan. Entah lah itu pak supir menyalakan sein tidak. Untung saja sedang agak macet, jadi tidak terlalu membahayakan. Hhoho *jangan ditiru.
Di jalan menuju Capolaga, muncul lagi ide untuk meneruskan rencana semula ke Tangkuban Parahu. Ada yang bilang, masa iya mau hujan terus, kalaupun hujan masa iya gak ada tempat berteduh, setidaknya sampaikan dulu langkah kita di sana, sudah di sana ya gimana di sana saja, mau diam berteduh saja kek, mau hujan-hujanan kek. And theen, mendadak dangdut kami belok kiri (ada jalan menuju jalan utama Ciater). Surprise! Di tugu pertigaan menuju jalan utama, ada mobil yang menabrak tugu, barusan! Kata pak supir, untung kita tadi belok kanan, kalau kita tetap lurus, bisa saja kita jadi penyebab mobil itu menabrak tugu, atau mungkin kita yang tabrakan dengan mobil itu. Aku jadi berkata, "alhamdulillah ya tadi Alloh ngasih kita galau dulu, ternyata mau ada musibah di depan kita. Ajaib memang ya Alloh itu :)". 
dikerjain sama cowok-cowok ini. disuruh fotoin aku sama Mbak Muti, malah fotoin payung & selfie -______-
Jalan menuju Tangkuban Parahu dari gapura masuk sampai lokasi maceeett banget. Maklum deh waktu itu hari Sabtu bertepatan dengan libur panjang natal dan liburan anak sekolah. Maju tak gentar lah! Macet pun hajar!
Di sepanjang jalan sambil macet-macetan, banyak sekali yang menjual jas hujan plastik warna-warni yang biasanya sekali pakai robek itu. Hoho.. Kami penasaran berapa yaa harganya. Biasanya kan cuma Rp 3.000 sampai R 5.000. Kalau mereka jual di sini Rp 10.000, wuiiih banyak sekali untungnya. Dan surpriseee! Sesampainya kami di lokasi, kami jadi tahu, ternyata harganya Rp 12.000, pemirsa. Gak tanggung-tanggung ya. Haha... Panen rejeki deh mereka :D Ace jadi terpikir untuk buka lapak 'ojek payung', karena kebetulan kami punya 4 payung; 1 payung pengantin (yang bahkan baru dibuka bungkus kadonya di mobil :|), 3 payung tersedia di mobil pinjaman kami. Alhamdulillah ya, yang punya mobil pengertian sekali. Hihii
hasil foto setelah ngomelin cowok-cowok
Hujan tidak terlalu deras. Kami bisa jalan-jalan ke sana-ke mari dengan berpayung ria. Tapi yaa tetap saja tidak bisa luwes, dinginnya itu loh yang membekukan langkah kami. Bandrek saja gak berarti apa-apa. Gak rekomen deh ya piknik ke Tangkuban Parahu di tengah hujan. Foto-foto juga jadi gak bebas, tangannya kaku sih. Hehe.. Payung pengantinku juga rusak karena terkena angin dari Kawah Ratu. Itu pas kami baru mau foto-foto di dekat pagar Kawah Ratu yang dekat tulisan Gunung Tangkuban Parahu, anginnya tiba-tiba wuuussh kencang banget. Payungku sampai terbalik. Jadi bengkok deh besinya, dan payungnya jadi lepek. Huhuu.. 
ki-ka: Ace, Mbak Muti, Ibank, aku
Besok harinya, aku update status di BBM begini 'payung pengantin rusak diterjang angin Kawah Ratu'. Lalu kapan hari, aku lupa, aku baca kabar Kawah Gunung Gunung Tangkuban Parahu aktif lagi. Dan kemarin, temanku, Aulia bilang sekarang status Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu waspada. 
Pantas saja waktu itu anginnya besar sekali ya. Bukan cuma payungku saja sih yang terbalik. Pengunjung lain juga banyak yang payungnya terbalik saat mereka mendekati pagar Kawah Ratu. Padahal di tempat yang agak jauh dengan pagar kawah, anginnya biasa saja, tapi begitu mendekati pagar, wuusssh anginnya swear deh menghempaskan cakrawala. 

Alhamdulillah Yaa Alloh, kami diberi kesempatan ke sana sebelum dia aktif. Semoga sekarang dia sudah tidur lagi ya. Aamiin :)    

by. si Famysa, a happy wifey :)

Rabu, 07 Januari 2015

Just Married; Cerita di Balik Layar

Kali ini aku sepakat dengan apa kata orang mengenai 'ujian menjelang nikah'. Katanya akan ada ujian yang luar biasa menguras emosi jiwa menjelang hari pernikahan. Ujiannya akan terasa berbeda dengan ujian di kala masih pacaran. Ujiannya kalau gak kuat-kuat amat menghadapinya mah bakal bikin pernikahan batal. Benarkah? -tanyaku, dulu-. Dan setelah aku melewati fase pranikah itu, dengan segala kejujuran dan kerendahan hati, aku menyatakan bahwa aku mengalami ujian itu.

Persiapan pernikahanku memang bisa dibilang express. Kira-kira di minggu ketiga bulan November, aku baru membicarakan tentang nikah dengan Bapaku. Entah ada angin apa, tiba-tiba Bapa mengijinkanku menikah, padahal sebelumnya terkesan menunda-nunda, mungkin maksudnya menunggu aku mapan secara finansial dulu. Aku langsung menyahut tawaran Bapa dengan menantang balik, 'oke kalau gitu nikahin Neng aja' --- 'Boleh. Kapan?' --- 'Bulan depan, Desember!' Dan Bapa, skakmat! 
Singkat cerita minggu depannya aku langsung meminta jadwal kosong Bapa untuk acara lamaran. Lalu tanggal 13 Desember lamaran sekalian menentukan tanggal pernikahan, dan langsung diputuskan tanggal 26 Desember sebagai hari pernikahannya. Kilat ekspres kan? Ada gak sih yang lebih kilat dari aku? Hhehe... Alhamdulillaaah niat baik kami dilancarkan jalannya oleh Alloh. Alhamdulillaah mimpiku untuk menikah maksimal di usia 23 tahun terwujud di usia 22 tahun :)
Di tengah kesibukan Sakola Printing yang memang sedang ramai-ramainya oleh anak sekolah yang mengerjakan tugas UAS & remedial, kami mencuri-curi waktu untuk mengurus persyaratan nikah. Mulai dari hari Senin tanggal 15 Desember, kami mendatangi KUA untuk menanyakan alur mengurus persyaratannya. Informasi yang kami dapat dari KUA adalah: urus surat pengantar nikah dari desa calon pengantin pria --> urus surat pengantar nikah ke KUA kecamatan tempat tinggal calon pengantin pria --> masukkan surat pengantar nikah calon pengantin pria ke desa calon pengantin wanita --> bawa berkas yang sudah siap ke KUA tempat menikah. 
Beres bertanya ke KUA, Ibank langsung ke kantor desa. Tapi, Pak Lurah tidak di tempat. Besoknya, Ibank ke kantor desa lagi. Surat sudah beres. Tapii... Biaya administrasinya sebesar Rp 150.000, setelah lempar tanya ke sana-ke mari antarpetugasnya. Ibank memutuskan akan mengambil surat itu besoknya lagi dengan alasan tidak membawa uang sebanyak itu. Hari Rabu, Ibank ke kantor desa lagi dengan bapaknya, dengan harapan akan dikasih murah kalau datang dengan bapak yang lumayan dikenal di desanya. Namun hasilnya? Apa coba tebak? Jadi Rp 100.000, berkurang Rp 50.000 doang.
Mungkin karena kesal pada pelayanan desa yang kebanyakan pungli, Ibank lantas update status di facebook, isinya kurang lebih pernyataan kekecewaannya, membandingkan antara seharusnya namun pada prakteknya tidak sama seperti yang seharusnya, dengan menyebutkan nama desanya. Maklum lah yaa namanya juga baru kelar Juni kemarin jadi mahasiswa, jadi yaa aura-aura kritis mahasiswanya masih nempel. Haha -Sayangnya status itu sudah dihapus jadi gak bisa aku capture-. Banyak sekali yang berkomentar di status Ibank itu, baik yang menyatakan sepakat, tidak sepakat, maupun yang memberi saran. 
Parahnya, kakaknya Ibank berkomentar menjelek-jelekkan desa tersebut dengan menyebutkan nama lurahnya pakai awalan 'si'. Tanpa disangka-sangka, muncul deh komentar yang katanya dia itu anaknya Pak Lurah, dia tidak terima bapaknya dijelek-jelekkan, apalagi di media sosial. Perang dunia deh tuh di statusnya Ibank. Zzzz...
Perang tidak berakhir di status. Orang yang katanya anak Pak Lurah mungkin melaporkan hal ini pada Pak Lurah. Sore harinya, kira-kira setelah maghrib, ada dua orang perwakilan desa Ibank yang datang ke rumahku untuk mengambil surat pengantar nikahnya Ibank. Katanya sih lupa dicopy. Waktu itu aku tidak mengerti apa-apa, aku belum tahu bahwa status itu membawa kericuhan sejauh ini. Kubilang saja pada dua orang itu, surat pengantar nikah sudah masuk ke desaku, sedang diproses. Dua orang itu keukeuh ingin mengambil suratnya, mereka bilang mereka mau ke Pak Amil desaku untuk mengambil lagi surat itu. Hmm... Aku yang belum mengerti iya saja lah, sambil keheranan.
Aku baru tahu permasalahan ini setelah keesokan harinya Ibank cerita padaku. Orang tua Ibank juga memarahi Ibank dan kakaknya. Aku juga sempat kecewa pada Ibank. Kubilang "nanti aja update statusnya kalau urusan kita udah kelar. Kalau gini ceritanya takutnya kita nanti malah dipersulit loh." -dan saat itu aku baru mengerti maksud dua orang perwakilan desa kemarin. bukan mau mengcopy, tapi memang mau menarik lagi surat itu-. 
Malam harinya, berbarengan dengan kunjungan mamahku ke rumahnya Ibank, ada orang utusan desa datang ke rumahnya Ibank. Orang itu membawa amplop berisi uang Rp 100.000 (uang bayaran administrasi surat pengantar nikah Ibank). Orang itu menyampaikan bahwa Pak Lurah tidak terima dengan status dan komentar Ibank dan kakaknya. Ibank sekeluarga harus minta maaf secara pribadi pada Pak Lurah jika ingin surat pengantar nikah diberikan lagi. Ulalaa... Gimana gak stres aku, segala ada kejadian begini -__-
Akibat kejadian ini, berkas surat nikah kami jadi lama sampai ke KUA. Sampai saat ini pun, kami sudah seminggu lebih menikah, buku nikah kami belum beres. Padahal kan biasanya pas nikah itu ya langsung tanda tangan buku nikah. Muehehe... Pengantin hebring lah ini mah :P
with my MUA, Mbak Muti
Oh ya, ada lagi yang sempat jadi masalah terkait urusan pendaftaran nikah. Biaya pendaftaran ke KUA di sini sebesar Rp 1.200.000 (terima beres, semua diurus oleh amil). Katanya sih untuk transportasi, konsumsi, ijin RT/RW, begituan deh. Padahal kata Ibank harusnya cuma Rp 600.000 kalau lokasi nikah di luar KUA, itu sudah termasuk transport, konsumsi, dll (sesuai UU perkawinan -aku gak tau UU nomor berapa tahun kapan. hehe :P-), malah kalau nikah di KUA itu bebas biaya alias gratis. 
Well, well, menurutku pribadi sih terserah lah berapa pun juga. Mungkin karena masyarakat di sini sudah terbiasa terima beres, jadinya ya angka segitu sudah lumrah, seolah sudah menjadi kesepakatan bersama. Setelah aku tanya kakak sepupu yang menikah di Cikampek-Karawang Oktober lalu pun, biayanya sama, Rp 1.200.000. Bagaimana di tempat kalian, Cems?

Ujian lain datang lagi, ada kesalahpahaman antara mamah, aku, dan orang tua Ibank. Ditambah Bapaku juga, masa Bapa lupa tanggal pernikahanku. Sekitar H-3, Bapa bertanya tanggal berapa acaranya. Dan H-2, Bapaku masih sibuk perjalanan dinas di Jogja, sedangkan hal-hal yang harus diurus itu banyak. Tenda, kursi, makanan belum pesan, susunan acaranya belum fixOMG! Ini sungguh pernikahan luar biasa. Hahaha... 

Alhamdulillaah Yaa Alloh... Kami bisa melewati berbagai ujian pranikah ini. Semoga ini adalah pertanda baik, semoga ini adalah suatu bentuk kasih sayang-Mu pada kami agar kami senantiasa mengingat-Mu kapanpun, dimanapun. Aamiin :)
NB buat para calon pengantin: Kritis lah di saat yang tepat dan di tempat yang tepat ;) :P

MUA & Bride Gown Set: Salon Jilbab Annisa by Nur Meutia
Photo Editing: Sakola Printing

by. si Famysa, a wifey ^^

Minggu, 04 Januari 2015

Our Wedding; Our Happy Day

Hello, Januari.. Hello, teman-teman... Selamat tahun baru... Semoga semangatmu semakin terbarukan! :)
Btw apa kabar nih, cems? Ada yang kangen gak sih sama aku? Ada yang kangen gak sih sama postingan blogku? Hhehe
Lama gak nongol di sini, tiba-tiba hari ini aku mau kasih kabar gembira kalau aku sudah jadi istrinya suamiku. Bahaha... *ya iya laah, masa istrinya omku :P
Hari Jumat, tanggal 26 Desember tahun lalu (alias tahun 2014), pukul 10.22 WIB, saya Syifa Azmy Khoirunnisa resmi menjadi seorang istri dari sahabat saya sendiri, Muhammad Iqbal Hendrawan (Ibank). Kalian kaget mendengar kabar bahwa aku sudah menikah? Sama, aku juga kaget. Hahaha... Berasa mimpi, berasa banyak tanda tanya, berasa pengen mesem-mesem sendiri. Hehe.. Ternyata, aku sudah besar ya, sudah punya suami sekarang mah, bobonya gak sendiri lagi sekarang mah. :P
melati sama bunganya palsu. maklum MUAnya jauh dari Semarang. kalo bawa yang asli keburu layu pas hari H :P
Banyak yang bilang malam sebelum hari ijab-qobul diucap kamu gak akan bisa tidur nyenyak karena jantung yang berdebar kencang akibat dag-dig-dug-ser. Aku jadi teringat waktu kakak sepupuku mau nikah, malam harinya dia masih sms-an denganku sampai menjelang jam 1 dini hari. Bahkan waktu aku bangun subuh, ternyata kakak sepupuku sms lagi sekitar jam 3 dini hari, katanya "Neng, aa gak bisa bobooo. Deg-degaaan...." Lalu temanku juga kirim bbm, dia nanya gini, "Fa, gimana kondisi hatimu sekarang? *emot nyengir*" Kujawab, "biasa aja." Hmm... Jujur ya, ya memang biasa saja, kalaupun aku gak bisa tidur, itu karena khawatir sama Mbak Muti (MUA nikahanku) yang jatuh sakit akibat buslag, persiapan yang belum beres, ditambah panitia yang check sound speaker pakai lagu sakitnya tuh di sini pas banget di depan kamarku (kebayang kan berisiknya gimana? -__-). Ah pokoknya sampai saat ini belum ada yang bisa mengalahkan dag-dig-dug-ser-nya dan gak bisa tidurnya sebelum sidang skripsi deh. Hahaha...
Terus, banyak yang bilang juga kalau calon pengantin itu harus dipingit, gak boleh kemana-mana, gak boleh ngerjain apa-apa, pokoknya diam di rumah saja, merawat diri, mempersiapkan diri. Beuuh, itu tidak berlaku untukku. Saya mah calon panganten setrong atuh.. H-1, subuh-subuh aku dan si Aa menjemput Mbak Muti di Pusakaratu-Subang. Sesampainya di rumah, aku nyiapin suguhan buat tukang yang pasang tenda. Siangnya, aku menjemput mamah di pasar lalu belanja lagi. Lalu disuruh beli air mineral gelas, lalu disuruh beli rokok. Malamnya, disuruh masak air panas buat suguhan lagi, disuruh cari alas meja, disuruh-suruuuh terus. Belum lagi rada-rada kesal karena kamera pinjaman Sakola Printing malah dipinjamkan lagi ke orang lain, dan malah aku yang disalahkan karena tidak menjelaskan detail blablabla. Sampai cemberut lah ini muka. Cius deh -__- Ini calon pengantin apa babu?, gumamku dalam hati. Maklum deh kalau jauh sama keluarga & sahabat mah gini nih. Semoga pengalamanku ini tidak terjadi pada kalian yaa :D *yang belum atau mau nikah.
Pagi itu aku bangun sebelum adzan subuh. Aku mandi, solat, dan sarapan subuh-subuh :P Mbak Muti masih tidur (karena memang sedang libur solat). Mau aku bangunkan, gak tega. Kalau gak dibangunkan, takut kesiangan dandannya. Huft.. Akhirnya kutunggu saja. Dan akhirnya Mbak Muti bangun jam 5 lebih. Kemudian mulai meriasku sekitar jam setengah 6. Mendekati jam 7 keluargaku dari Gantar & Bongas-Indramayu, Patokbeusi-Subang, dan Cikampek-Karawang mulai berdatangan. Aku mulai nervous karena banyak yang mengintipku sedang dirias. :P
my Timeless yang kini anggotanya nambah 1; Bima Putra Ramdhani (Aziz' son)
Satu per satu teman-teman dekatku juga datang. Pertama Opi yang kemudian jadi asisten Mbak Muti merias, lalu Siska yang berkelana dari Jakarta demi aku *terharuu :'), lalu Lina dengan ibunya, lalu Kokom yang katanya mau lihat aku dirias malah kesiangan datang :|, lalu aku dapat kabar dari Siska bahwa Semarang Genk sudah sampai masjid lokasi akad nikah, katanya bau habis perjalanan jauh, mau pada mandi dulu. Haha.. Lalu selesai aku dirias, aku melihat ke luar dari jendela kamarku, di sana ada cowok-cowok Timeless. Uuuu.... Sumpah aku terharuuu :'))) Karena bagiku, kehadiran segelintir sahabat dan teman dekat lebih dari cukup daripada kehadiran ratusan orang jauh. :)
with Mbak Muti, my fave MUA in this world :D
Dari dulu, aku membayangkan pernikahanku akan berbeda dari pernikahan biasanya di sini. Yang biasanya pakai kebaya putih-jas putih, aku pakainya gaun putih-jas hitam ala-ala gaya modern tapi tetap islami. Yang biasanya calon pengantin wanita dikeluarkan pada saat seserahan, yang biasanya pengantin pria dan wanita disandingkan pada saat akan ijab-qobul, aku inginnya aku tetap ditahan di dalam, dan dikeluarkan ketika sudah sah nanti. Tapiii... Ada yang gagal total. Entah kenapa MC malah jadi nurut sama sesepuh yang sedang memberi sambutan. Bapak sesepuh memanggilku untuk keluar, dan akhirnya MC memintaku untuk keluar. Bah, padahal sebelumnya susunan acara sudah fix, aku tidak akan keluar saat seserahan, hanya mamah yang akan keluar mewakiliku untuk menyatakan penerimaan. Kalau begini, untuk apa aku disembunyikan lagi? Ya sudah lah, aku pergi ke masjid barengan dengan rombongan pengantin pria saja.
Semarang Genk
Di masjid, saat yang lain merapat ke depan mendekati pengantin pria, aku tetap diam di shaf belakang. Satu mimpiku gagal terwujud, kini saatnya aku mewujudkan mimpiku untuk tidak duduk bersandingan dengan pengantin pria sebelum kata sah terucap dari para saksi yang hadir. Sekalian uji nyali Ibank kan. Hahaha :P *Agak aneh ya, hari nikahan juga masiiiihh saja memikirkan mimpinya sendiri. Syifaaaa :P :P
Sakola Printing Owners; ki-ka: Welly, Ibank, Syifa, Syiha
Ketika acara akan segera dimulai, sahabatku, Kokom bertanya padaku, "Neng, deg-degan gak?", dengan santai kujawab, "Nggak. Belum mungkin, Kom." Kokom membalas lagi, "Kokom mah deg-degan loh, Neng.." Lalu saat pembacaan ayat suci Al-Quran berlangsung, Kokom bertanya lagi, "Neng, masih belum deg-degan?", kujawab dengan jawaban yang sama, "Belum, Kom." Kokom membalas lagi, "Iiiihh Kokom mah makin deg-degan. Masa Neng gak deg-degan sih? (lalu memegang tanganku) Tuuh tangannya dingin gini ah, pasti nervous kaan.." Dalam hati kubilang maksa amet, Kom minta Syifa bilang deg-degan. Haha :P. Kujawab, "Syifa kan emang tangannya dingin aja, Kom, emang begini. Kom lupa ya?" --- "Eh, iya ya... Duuh ini segala pakai acara ngaji dulu. Kan lamaa... Jadi makin deg-degan." --- "Hahaa yang mau nikah sebenarnya Syifa atau Kokom sih? :D" Dan saat Bapa & Ibank simulasi ijab qobul, saat itu lah darahku mulai berdesir naik dengan cepat. OMG, gue nervouuooss! Ini mimpi bukaaan?? Tapii... Ada banyak orang yang dengan kompak bilang "sah!" Alhamdulillaaah... *saat itu lah air mataku tiba-tiba menetes. Aku sudah jadi istri dari laki-laki yang berani memintaku pada kedua orang tuaku :')))))
itu adikku, bukan pacar keduaku. hhahaa :P
Selesai segala rangkaian acara, Ibank juga cerita, katanya Welly keluar masjid saat ijab-qobul akan dimulai, katanya Welly gak kuat menyaksikannya, Welly takut nangis karena terharu. Hihihii... Lalu ketika aku akan berganti baju, datang Mbak Dian sekeluarga. Mbak Dian yang kukenal saat magang dulu sudah kuanggap seperti kakak kandungku sendiri. Alhamdulillaaah Yaa Alloh.... Ada sahabat-sahabat yang begituu dekat, bahkan seperti lebih dari keluarga kami sendiri...
hanya ini satu-satunya foto keluarga yang rada bagus, lainnya gak pada KoBe (kontrol beungeut) -__-
Well, lemme tell you all, kemarin itu hanya akad nikah saja.. Acaranya juga sangat sederhana, hanya dihadiri keluarga dan teman dekat saja. Jadii maaf yaa kalau tidak sebar-sebar undangan khusus. Insya Alloh nanti resepsinya menyusul jika ada rejeki lebih. Aamiiin :) :) :)

NB: 
Terima kasiiihh buat teman-teman yang sudah repot-repot meluangkan waktunya untuk hadir di acara akad nikah kami, terima kasiiihh buat kadonya, terima kasih buat segala doa-doa terbaiknya untuk kami... 
Spesial buat Mas Hafid & Mas Doma, terima kasiiih masih inget sama Syifa, terima kasih masih anggap Syifa adik kalian, terima kasih buat amplopnya. hihihii...
Pokoknya terima kasiiih yang tak terkira buat semua-mua-muanyaaa. We Love You All :* :*

by. si Famysa, Ibank's wife ^^

Mijn Vriend