Kamis, 19 Februari 2015

Hidayah Datang Kapan Saja

Dua hari yang lalu, aku dan Ibank main ke rumah Emih. Sesampainya di sana, aku disambut oleh dua sepupuku yang sedang duduk di teras depan. Kemudian Emih keluar, dan tak lama bibi datang. Lalu aku bertanya pada bibi, “mamang kemana, Bi?” dan kata bibi, “Tuh ada di dalam rumah. Mamang kemarin mah abis ikut pesantren kilat 3 hari, Neng.” Tak lama mamang pun keluar karena bibi memanggil.
Seperti biasa, mamang selalu antusias kalau aku main ke sana sama Ibank. Entah kenapa, sejak sebelum menikah, bahkan belum ada wacana untuk menikah pun, mamang seperti menemukan klik jika mengobrol dengan Ibank. Malah kata Ibank, mamang pernah curhat seputar masa bujangnya sampai pagi, sampai Ibank tak kuat menanggapi karena mengantuk waktu rame-rame menginap di kontrakanku semalam sebelum aku wisuda. Haha…

Ada yang beda dari obrolan dengan mamang kemarin… Mamang yang biasanya berbicara –selalu- perihal duniawi, entah itu kapusing hirup, atau keluh-kesah, atau hutang, atau apa lah yang duniawi-duniawi, tapi kemarin tidak lagi membicarakan hal itu. Mamang kemarin banyaaak sekali cerita pengalaman pesantren kilatnya. Dan ajaibnya, mamang benar-benar mempraktekkan ilmu yang didapatnya dari pesantren kilat. Kupikir mamang berubah 180 derajat!

“Mamang kemarin pesantren 3 hari Cuma bayar Rp 30.000 doang. Itung-itung ganti uang makan sehari Rp 10.000. ya memang sih makannya alakadarnya, makan bareng-bareng di atas nampan. Sarapannya aja cuma minum kopi segelas untuk 4 orang. Awalnya emang berat karena biasanya di rumah sarapan sampai kenyang. Tapi pas hari kedua, mamang sudah mulai bisa membiasakan diri. Ya mau gimana lagi, emang adanya itu makanannya. Tapi anehnya mamang sama jamaah lainnya bisa kuat loh. Emang benar ya, makan itu sekedar ambil fungsinya aja, jangan sama nafsu. Kalau kita cuma ambil fungsinya aja dijamin cepat kenyang deh. Nih mamang udah buktiin. Sekarang mamang gak pernah ngomel lagi kalau bibi belum nyiapin sarapan sebelum mamang berangkat ke sawah. Mamang minum kopi aja juga udah cukup kenyang.”

“Enak banget pesantren kemarin. Kita (jamaah) dibekam dan diruqyah gratis. Ilmu yang diajarkan juga sederhana, gak neko-neko, gak menyesatkan kita. Intinya mah cuma ngajak sholat yang benar sama ibadah-ibadah sunnah lainnya. Pulang dari sana mamang benar-benar ngerasain kalau sholat itu memang kebutuhan. Sekarang rasanya gak enak kalau gak sholat. Malah pengennya kalau lagi gak ada kerjaan, daripada diam di rumah, paling-paling nonton TV, mending ke masjid sholat sunnah kek, atau dzikir. Jamaah yang lain juga sama kayak mamang loh, Neng, bawaannya tuh pengen ibadaaah terus. Malah ada loh tukang mabok dan judi yang jadi rajin ibadah, dia tobat sama mabok dan judinya. Mamang seumur-umur baru lihat dia sholat ya pas di pesantren kemarin. Dulunya mah boro-boro, lebih-lebih dari mamang lalainya deh.”

“Mamang pulang dari pesantren tuh ngerasa enaaak banget hati sama pikirannya. Berasa nge-blank gitu. Kosong aja semuanya, kayak kembali ke awal lagi. Badan juga terasa ringan. Ibadah juga berasa nikmat banget. Biasanya sholat karena terpaksa sambil ogah-ogahan, sekarang jadi gak pengen ketinggalan sholat, kalau bisa ya di masjid terus berjamaah.”

“Ternyata emang ilmu kehidupan yang susah mah. Neng sama Ibank sekolah tinggi-tinggi juga belum tentu ngerti ilmu kehidupan. Pendidikan tinggi gak ngejamin orang itu punya ilmu kehidupan. Mamang juga baru ngerasain sekarang. Ternyata enak banget ya hidup kalau selalu dekat sama Alloh mah. Apa-apa doa aja ke Alloh, kita mah gak usah terlalu ambil pusing, yang penting usahanya tetap dijalani.

Suami-istri kalau makan baiknya sepiring berdua, itu untuk menyatukan hati. Mamang juga sekarang makannya sepiring berdua aja sama bibi. Terus ikutin cara duduk makannya Rasul (kaki kanan lututnya ditekuk sampai bertemu dada) deh, ternyata memang posisi duduk seperti itu bikin cepat kenyang loh. Mamang gak ngerti secara medisnya mah gimana, tapi mamang udah ngerasain sendiri. Kalau makan pakai tangan kanan, kalau pakai tangan kiri itu sama aja kayak kita gak makan. Malah ustad-ustad di pesantren kemarin mah bela-belain ngebuang timun yang satu sisinya dipegang oleh tangan kiri waktu memotong. Mereka ngajarin kita motong timun sama teman, satu orang pegang satu sisi timun, satu orang lagi pegang sisi lainnya, jadi kan kepegang sama tangan kanan semua tuh.”

“Mamang dulu biasanya kalau di sawah lihat ulat di padi tuh ngomel-ngomel, tapi sekarang mah belajar buat ikhlas, ‘ah ya biarin deh, berarti bukan rejeki kita, itu rejekinya ulat, ulat juga kan pengen makan”.

Kalau mau usahanya lancar jangan lupa sama sholat dhuha… Senjatanya orang-orang bisnis justru lewat sholat dhuha itu.”

Di perjalanan pulang, aku tak henti-hentinya berdecak kagum atas perubahan mamang. Aku dan Ibank jadi termotivasi untuk bisa lebih banyak belajar dan belajar lagi tentang agama, untuk berusaha memaksimalkan ibadah, untuk menyeimbangkan waktu antara dunia dan akhirat..

Ternyata, hidayah memang bisa datang kapan saja. Hidayah tak kenal waktu, tak kenal usia. Namun yang perlu digarisbawahi, hidayah sebagian besar datang hanya bagi mereka yang ada usaha untuk menjemputnya. Contohnya mamang yang usaha menjemput hidayah dengan mengikuti pesantren kilat :)

Mamang yang awam, yang tinggal di kampung (lebih kampung dari kampungku), jauh dari akses menuntut ilmu aja bisa berubah menjadi lebih baik, dan berniat untuk terus menjadi lebih baik, kenapa aku gak bisa? Kenapa kita gak bisa? Sebuah kisah kan ada untuk dipetik hikmahnya. Iya kan, iya kan? :D

Oh ya, bibi juga cerita, katanya mamang sekarang meminta bibi untuk berhijab. Hihihi… Semoga segera terwujud. Semoga keluargaku, keluarga kita semua senantiasa didekatkan dengan hidayah-Nya yaa.. aamiin…
para sepupu; para bocah korban kamera depan :P
By. Si Famysa, senang ^^

4 komentar:

  1. Di kampung lebih bannyak anak-anak yang pintar mengaji loch. Yang perlu direformasi adalah bukan hanya fasih membaca kitab suci tetapi juga mulai dianjurkan untuk membaca artinya dan syokur jika memahami serta memraktekkannya. Lucu kan jika kita berdoa nggak tahu artinya.

    Terima kasih artikelnya yang inspiratif.

    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  2. Iya bener. .hidayah datang pada mereka yang mau melakukan usaha untuk menjemputnya

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend