![]() |
Japanese food pertama Enok :D |
Namanya Mira Wati, tapi di kampung dia biasa dipanggil Enok –Enok sama seperti Eneng artinya (panggilan)
anak perempuan-. Enok masih duduk di bangku kelas 9 SMP di SMP tempat
mamahku mengajar, letaknya dekat dari rumah, sekitar 10 menit jalan kaki santai
juga sampai. Enok sudah menjadi bagian dari Sakola Printing sejak sekitar
dua-tiga minggu pertama Sakola berdiri. Berarti sudah 4 bulanan Enok membantu
bisnisku.
Enok adalah tetanggaku. Rumahnya persis di sebelah (serong) kanan
rumahku. Segala aktivitas di rumahku bisa terlihat dari rumah Enok, begitu pun
sebaliknya. Enok tinggal bersama kedua orang tua dan 3 saudaranya, 1 kakak dan
2 adik. Sebenarnya kakaknya ada 2, tapi kakaknya yang nomor 2 sejak kecil
tinggal bersama uwanya di Indramayu. Mamanya Enok bekerja sebagai tukang ojek
(mama: bapak dalam bahasa Jawa Cerbonan-Dermayuan), sedangkan emihnya seorang
ibu rumah tangga yang nyambi dagang
p*p ice pada waktu-waktu tertentu (emih: Ibu dalam bahasa Sunda).
Kata Enok, penghasilan mamanya dari ngojek per hari Rp 30.000. Kalau
sedang ramai penumpang mentok Rp 50.000, tidak pernah lebih dari itu. Bayangkan!
Rp 900.000 per bulan harus bisa mencukupi kebutuhan 6 orang: 2 orang dewasa, 1 orang
usia 18 tahunan, 1 orang usia 15 tahun, 1 orang usia 8 tahun, dan 1 orang usia
1 tahun. Aku saja waktu masih kuliah di Semarang uang Rp 900.000 itu untuk
diriku sendiri, lha ini untuk 6 orang
-__-
Hebatnya, Enok tidak pernah mengeluh dengan kondisi ekonomi
keluarganya. Walaupun tidak pernah punya baju baru, sepatu baru, tas baru
seperti anak-anak lainnya, tapi Enok tetap ceria. Enok justru bisa prihatin.
Enok dapat membantu meringankan beban orang tuanya dengan sepenuh hati menjadi
marketing Sakola Printing. Selain membantu perekonomian orang tua, Enok juga
rajin membantu Emihnya masak dan mengasuh adik bungsunya yang masih 1 tahun.
Setiap pulang sekolah, Enok pasti setor sekalian main di kantor Sakola Printing
sambil membawa serta adiknya. Begitu ashar tiba, Enok pulang untuk membantu
Emihnya masak dan beres-beres rumah.
Selain memasarkan produk barang/jasa Sakola Printing, sekarang Enok
juga mempunyai barang jualannya sendiri. Enok jualan basreng (baso goreng) dan
cilok buatan Emihnya di sekolah. Tiap pagi, Enok membawa 2 jinjingan besar
berisi cilok dan basreng. Belum lagi di tasnya juga penuh dengan pesanan
teman-temannya di Sakola Printing.
Enok sebenarnya cerdas. Hanya saja anak sekolah di kampungku sini
kurang diasah. Beruntungnya aku punya
mamah yang melek pendidikan sehingga aku jadi anak yang berbeda di sini, dari
segi akademik. Jadi yaa memang nilainya Enok standar saja. Tapi kata mamah,
Enok tergolong anak yang cukup rajin. Terbukti dengan tepat waktunya dia
mengumpulkan tugas, tidak pernah lalai seperti anak-anak lainnya. Makanya waktu
UAS semester kemarin, kupaksa Enok untuk belajar bakda maghrib sampai jam 9
malam di rumahku. Kuajari sebisaku pelajaran-pelajaran yang akan diujiankan
esok harinya. Hasilnya, Enok bilang dia bisa mengerjakan soal, walaupun ada
yang tidak bisa. Khusus pelajaran Bahasa Indonesia, Enok berhasil meraih nilai
lebih dari 80 di raport. Aku tahu karena aku yang menilainya, mamahku kan guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hehe..
Selain kupaksa untuk belajar, Enok juga kuajari cara mengoperasikan
laptop. Kemarin baru sempat kuajari Microsoft Word. Setiap aku mengajarkan satu
poin, Enok bisa cepat menangkap dan mempraktekkannya. Sering kubuat tes kecil
untuk Enok. Dan Enok memang bisa. Enok memang anak yang cerdas. Saat anak-anak
yang lain ogah-ogahan kutawari belajar laptop gratis karena malu tidak bisa
sama sekali, Enok satu-satunya anak yang antusias. Katanya Enok ingin bisa. Enok
tidak pernah malu untuk belajar.
Semenjak membantu Sakola Printing, Enok bilang Enok sudah tidak meminta
uang jajan lagi pada orang tuanya. Malah Enok yang sering menjajani adiknya
ketika mengasuh, kadang kakaknya juga kebagian dari Enok jika kakaknya sedang
tidak punya uang. Bahkan jika masih punya uang lebih, biasanya Enok memberikan
uang itu pada emihnya, karena menurut Enok emih lah yang paling tahu uang itu
harus dibelikan apa, emih kan yang tahu kebutuhan keluarga.
Suatu hari aku dan Ibank mengajak Enok main ke Subang Kota, sambil
jualan pin di acara ulang tahun Viking Subang. Enok sangat antusias. Katanya
jarang-jarang Enok bisa main jauh, Subang Kota saja masih asing bagi Enok.
Pulang jualan, aku dan Ibank mengajak Enok makan di food court Toserba Yogya
Grand Subang. Aku memilih menu bento, sekalian mengenalkan Enok pada makanan
asing. Hehe..
Sepulang dari Subang Kota, Enok meminta foto-foto yang ada di postingan
ini. Katanya mau Enok tunjukkan ke emih dan mamanya. Enok tadi makan makanan
aneh, makannya pakai sumpit, padahal bukan sedang makan mie. Hihihi…
Akhir-akhir ini, karena orderan stiker dan pin berkurang, bahkan tidak
ada, Enok jadi jarang kebagian jatah besar dari Sakola. Dan tadi siang saat
Enok setor, kuberi dia jatah Rp 11.000. Enok bilang “kok
banyak, Teh? Gak kelebihan?”. Lalu kujawab, “karena
Enok hari ini setornya banyak, jadi dapatnya juga banyak.” Dan Enok
tersenyum riang.
Enok banyak bercerita tentang cita-citanya padaku. Enok ingin sekolah
terus, bahkan cita-cita khayalannya sih ingin jadi dokter karena Enok agak suka
pada pelajaran Biologi. Hehe.. Tapi kadang semangatnya untuk sekolah surut lagi
ketika Enok melihat kakaknya. Enok merasa tidak enak jika dia minta
disekolahkan lebih dari SMP, karena kakaknya juga hanya disekolahkan sampai
SMP.
Aku hanya bisa menyemangati Enok dengan beberapa kisah motivasi. Terselip
harapan di benakku, aku ingin minimalnya Enok sekolah di SMK dekat rumah. Sayang
kalau Enok tidak lanjut sekolahnya. Enok anak yang cerdas, Enok punya potensi. Aku
yakin anak-anak seperti Enok ini jika diasah dan dikembangkan terus potensinya,
kelak dia bisa jadi orang hebat. Selalu kukatakan ini pada Enok, “Enok pinter, Enok harus lanjut sekolah. Enok kan bisa
cari uang sendiri. Enok pasti bisa bantu orang tua biayai sekolah Enok sendiri.
Malah mungkin Enok bisa sekolah terus tanpa minta biaya dari orang tua. Enok harus
yakin, Enok pasti bisa sekolah, Enok pasti bisa jadi orang sukses, Enok pasti
bisa membanggakan orang tua dan keluarga Enok, Enok bisa jadi panutan buat
adik-adik Enok!”
Perjuangan dan senyum syukur Enok mengingatkanku pada hidupku dulu. Saat
aku baru benar-benar prihatin pada kondisi ekonomi keluarga dan baru
benar-benar merasakan sulitnya mencari uang ketika duduk di bangku kuliah, Enok
justru sudah memulainya sekarang saat dia masih kelas 9 SMP! Subhanalloh…
Lancarkan rizki Enok dan keluarga, Yaa Alloh… Lancarkan juga bisnisku,
Sakola Printing dan Famysa Batik & Handmade, agar aku bisa membantu lebih
banyak Enok-Enok lain. Aamiin…
By. Si Famysa, bismillaah sukses!
Berarti gratisan ya ngajarna teh ? memamnga berbagi ilmu itu menyenangkan
BalasHapusiya say.. :)
HapusAamiin. semoga lancar
BalasHapusaamiin :)
HapusAamiiin..
BalasHapussemangatnya menginspirasi kita semua yang seringkali malas padahal biaya dan fasilitas yang ada lebih dari cukup.
:')
semoga enok bisa lanjut sekolah sampai perguruan tinggi ya!
iya bener banget aul.. kadang malu juga kalo liat semangatnya enok :')
Hapusaamiin yaa Alloh... makasih aul :)
terharuu semoga enok bisa sekolah tinggiii aamiin...
BalasHapusaamiiin :)
HapusNah gitu neng sifa, empati itu diperlukan untuk orang orang seperti enok. Walaupun kecil akan terasa sangat besar artinya bagi mereka
BalasHapusyup aku setuju om ed :)
Hapusamin,semoga cita-cita enok tercapai ya.amin
BalasHapus