Jumat, 13 Maret 2015

Dilema Sakola Printing

Konsep awal Sakola Printing, kenapa dinamakan ‘Sakola’ (bahasa Sunda) yang berarti ‘sekolah’, memang untuk membantu menyediakan akses bagi anak-anak sekolah. Ya, ini memang tujuan utama kami. Karena kami sadar betul, di sini sangat kurang akses untuk anak sekolah mencari dan mengerjakan tugas sekolah. Sedangkan kurikulum sekarang mengharuskan siswa-siswinya mandiri. Tidak ada buku paket dan tidak ada lagi pelajaran TIK. Padahal pada kenyataannya, anak-anak sekolah di sini mayoritas tidak bisa mengoperasikan komputer.

Kurikulum sekarang memang bagus. Tapi… Rasanya tidak cocok diterapkan di sini, di kampung. Harusnya penerapan kurikulum baru itu disertai dengan pemenuhan sarana pendukungnya, seperti komputer, LCD proyektor, laboratorium yang lengkap, dll. Sedangkan di sini, apaa coba? Laboratorium komputer sudah tidak berfungsi. Kata mamahku (mamah adalah guru SMP), komputer-komputer yang mangkrak di laboratorium itu adalah komputer dari jaman aku masih SMP dulu. 8 tahun yang lalu dong. Omaygad! Tidak pernah ada pembaharuan atau servis atau apapun. Bahkan komputer yang hilang dicuri pun diikhlaskan saja. Ckck.. Lalu, LCD proyektor hanya punya 1 unit. Gimana caranya semua guru bisa mengajar dengan presentasi (power point), lha wong LCD proyektornya saja hanya ada 1. Ditambah lagi guru-gurunya juga belum banyak yang bisa mengoperasikan komputer. Cocok deh. Kurikulum baru ini membuat yang tertinggal semakin tertinggal, dan yang sudah canggih jadi semakin canggih. Good!

Berangkat dari fenomena tersebut, aku, Ibank, dan Welly berinisiatif untuk menyediakan tempat rental laptop di Sakola Printing. Tak hanya rental laptop, kami juga menyediakan koneksi internet agar anak-anak bisa terbantu dalam mengerjakan tugas sekolahnya. Kami juga sedikit-sedikit akan mengajari anak-anak yang berkeinginan belajar komputer.

Pada prakteknya, kami kecewa. Anak-anak di sini betul-betul awam dengan laptop. Sudah lah di sekolah tidak ada komputer, tidak diajarkan, tidak ada warnet pula. Warnet terdekat ada di desa sebelah yang lumayan jauh jaraknya dari desa ini. Anak-anak di sini jadi buta teknologi. Bukan lagi gagap, tapi buta.

Empat laptop yang Sakola Printing sediakan, tidak ada anak yang menyentuhnya. Paling hanya 1-2 orang yang bisa mengerjakan tugasnya sendiri. Lainnya, dikerjakan oleh admin. Ulala… Di sini titik dilemanya. Niat Sakola Printing ingin menyediakan akses, eh malah Sakola Printing yang harus mengerjakan tugas-tugas mereka. Dilema memang. Seperti buah simalakama. Kalau kami mengerjakan tugas mereka, sisi idealis kami terusik. Tapi kalau kami tidak mengerjakan tugas mereka, bagaimana mereka bisa menyelesaikan tugas mereka? Untuk tugas yang harus dikumpulkan segera kan tidak mungkin kami privat dulu anaknya tata cara mengoperasikan laptop dan internet. Pasti membutuhkan waktu lama. Apalagi kalau dihadapkan dengan anak yang tidak terlalu cerdas.

Kata mamah, “ya gak apa-apa lah tugasnya dikerjain operatornya juga.. Harapannya emang agar anak membaca tugasnya itu. Gak muluk-muluk pengen anak ngerjain sendiri deh. Kita sama-sama tahu anak-anak di sini gak bisa pakai komputer. Boro-boro anak-anaknya, gurunya saja gak bisa kok. Untuk sekarang dimaklum saja. Siapa tahu ke depannya bisa lebih baik.” Ya, yaa… Benar juga apa kata mamah. Walaupun sisi idealis kami terusik, semoga niat baik ini terbaca sama oleh Alloh. Kasihan juga anak-anak sekolah di sini -yang mayoritas tergolong ekonomi keluarganya kurang mampu- jika harus mengerjakan tugas sekolah 1 lembar warna saja Rp 3.000 di lapak sebelah. Bayangkan saja, bagaimana jika anak seperti Enok yang uang sakunya sehari Rp 2.000, harus ngeprint tugas selembar Rp 3.000. Dari situ juga lah kami tergerak untuk menyediakan tempat ngeprint yang murah.

Banyaknya tugas anak sekolah yang harus dikerjakan oleh admin jujur saja agak mengganggu produktivitas Sakola Printing. Otomatis kami harus mendahulukan anak sekolah sehingga orderan lain dinomor-duakan. Orderan lain harus kami kerjakan di malam hari, atau pagi/siang/sore hari ketika kantor sepi dari anak sekolah.

Sekarang aku kepikiran sebuah ide. Bagaimana kalau Sakola Printing membuka jasa privat komputer gratis? Lalu bagaimana kalau biayanya kami cari dari sponsor? Tempatnya juga pinjam sekolah terdekat yang berbaik hati? Hmm… Adakah yang berminat mensponsori? Hehe.. Jujur saja sih, aku sangat miris dengan buta teknologinya anak-anak sekolah di sini. Pol-polannya mereka paling bisa pakai hp pintar, karena sekarang hp pintar sudah banyak yang pakai di sini. Sedangkan komputer mah, awam banget.

Bismillaaah Yaa Alloh… Semoga cita-cita luhur Sakola Printing setahap demi setahap dapat terwujud. Semoga kami tidak hanya berbisnis untuk memperkaya diri sendiri, tapi juga untuk membantu lebih banyak orang di sekitar kami. Aamiin…

Mohon doa dari teman-teman juga yaa.. Agar kami bisa memberantas buta teknologi di sini.. Syukur-syukur kalau dari privat di Sakola, bisa ditemukan bakat-bakat anak dalam dunia komputer. Yaa walaupun masih berkhayal, siapa tahu Alloh mewujudkan yaa :D

by. si Famysa, tukang ngayal :P

12 komentar:

  1. iya bener.. bikin semacam pelatihan komputer dan internet gitu Syifa.. moga dilancarkan yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin... makasih dukungannya mak irits :*

      Hapus
  2. Saya suka baca perkembangan Sakola Printing, Mbak. Saya kagum sama ide-ide yang memang bertujuan untuk kebaikan seperti ini :)

    BalasHapus
  3. bagus juga Syifa untuk membuat mereka tau teknologi

    BalasHapus
  4. Mudah2an ke depannya lebih baik Syifa. Memang begitu tantangannya :D
    Besok2 kalo mereka sudah pada mahir bakal rebutan mengerubungi laptop, masalahnya lain lagi ntar :)

    Semangattttt untuk terus maju bersama Sakola Printing (eh kalo di sini istilahnya "sokola", mirip yaa)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya juga ya tante. aku malah belum kepikiran sampe kesana. hihihi...

      iyaa miriip :D

      semangaaat!!! makasih tante niaar :*

      Hapus
  5. Mereka buta karena tidak ada yg mengajari soal IT, sakola printing harus mengambil alih itu. Perlu pendekatan personal terhadap mereka dan panjang prosesnya tapi kalau sudah diniatkan pasti menuai hasil.

    BalasHapus
  6. Idenya bagus fah, sekalian bagi-bagi ilmu juga, anak sekarang emang harus melek komputer dan internet. Semoga terlaksana ya, pasti hal positif banyak yang dukung :)

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend