Selasa, 26 April 2011

Movie VS Heart Condition

malam minggu kemarin, sepulang dari kos Ayu, iseng-iseng aku membuka-buka folder film di laptopnya Khas. gak tau kenapa tiba-tiba kok pengen nonton gitu yaa...
aku tanya si Khas, "Khas, film yang pendek durasinya film apa?" kata dia, "tuh tonton aja Hachiko: A Dog Story. bikin nangis termehek-mehek, Fa." ~ah yang beneeer.... *gumamku gak terlalu merhatiin~
beberapa menit nonton, kok ceritanya gini-gini muluu... aku tanya aja Khas, "ini ceritanya sampe kapan kayak gini mulu Khas? konfliknya kapan?" akhirnya Khas sedikit menjelaskan deh. ya sudaah jadi saya agak sedikit bersabar karena sedikitnya sudah tau cerita berikutnya bagaimana. hehe
lama-lama... eh kok ni mata perasaan perih bener ya.. masa sih aku mau nangis nonton yang ginian doank. biasanya kan nangis tuh pas nonton indihe-indihe aja. akhirnya mataku gak bisa nahan perlawanan si air mata yang pengen keluar dari sangkarnya. nangis bombay deh tuh di kamarnya Khas. belum puas nangis di kamarnya Khas, dilanjut di kamar sendiri. mau tidur donk pake acara nangis sesenggukan dulu kayak yang kenapa aja.
ceritanya begini sodara-sodara......

(copas from Kakek Wikie dikarenakan sedang UTS jadi saya males ngetiknya. hehe)

poster film Hachi di Jepang
Film diangkat dari kisah nyata di Jepang. Di sebuah kelas, murid-murid sedang menyajikan presentasi mengenai tokoh pahlawan mereka. Seorang anak laki-laki bernama Ronnie menceritakan tentang anjing kakeknya yang bernama Hachiko. Bertahun-tahun yang lampau, seekor anak anjing Akita tiba di Amerika dari Jepang . Di stasiun, anak anjing itu terlepas setelah kandangnya terjatuh dari gerbong barang, dan ditemukan oleh seorang dosen bernama Parker Wilson (Richard Gere). Parker langsung menyukai anak anjing itu. Setelah Carl penjaga stasiun menolak untuk mengurusnya, Parker membawanya pulang ke rumah. Di rumah, istri Parker yang bernama Cate (Joan Allen) keberatan suaminya memelihara anak anjing.
Hari berikutnya, Parker berharap pemilik anjing itu telah menghubungi stasiun kereta api, namun ternyata pemiliknya yang sebenarnya tidak muncul. Parker secara diam-diam mengajak anak anjing itu naik kereta api ke kantor. Di kantor, Parker diberi tahu oleh seorang rekan yang orang Jepang bernama Ken, bahwa tanda di kalung anak anjing itu dibaca sebagai Hachiko, dalam bahasa Jepang, Hachiko berarti nasib baik. Parker lalu memberi nama anak anjing itu, Hachi. Menurut Ken, Parker dan Hachi sudah ditakdirkan untuk saling bertemu. Cate menerima telepon dari seseorang yang ingin memungut Hachi. Namun Cate membiarkan suaminya memelihara Hachi setelah melihat suaminya makin dekat dengan anak anjing itu.
Waktu berlalu, dan Hachi telah menjadi anjing setia Parker. Meskipun demikian, Parker heran Hachi menolak untuk melakukan kebiasaan normal seekor anjing seperti mengejar dan memungut bola. Ken memberi tahu bahwa Hachi hanya akan mau mengambil bola untuk alasan yang istimewa. Suatu pagi, ketika Parker berangkat kerja, Hachi menyelinap ke luar, dan mengikutinya hingga sampai di stasiun kereta api. Hachi menolak ketika disuruh pulang hingga Parker harus mengantarkannya pulang ke rumah. Sore itu, Hachi kembali pergi ke stasiun, dan menunggu hingga kereta api yang dinaiki tuannya datang. Parker akhirnya menyerah, dan membiarkan Hachi mengantarnya ke stasiun setiap hari. Setelah kereta api tuannya berangkat, Hachi pulang sendiri ke rumah, tapi ketika hari sudah sore, ia kembali lagi ke stasiun untuk menjemput. Kebiasaan Hachi mengantar dan menjemput Parker berlangsung beberapa lama. Namun pada suatu siang, Hachi menolak mengantar Parker yang ingin berangkat mengajar. Parker akhirnya berangkat sendirian, tapi Hachi mengejarnya sambil membawa bola. Parker terkejut, tapi senang Hachi akhirnya mau diajak bermain bola. Parker tidak ingin terlambat mengajar, dan pergi juga walaupun dilarang Hachi uang terus menggonggong. Siang itu, Parker yang mengajar sambil memegang bola milik Hachi, terjatuh tak sadarkan diri, dan meninggal dunia.
Di stasiun, Hachi dengan sabar menunggu kedatangan kereta api yang biasanya dinaiki tuannya ketika pulang, namun tuannya tidak juga pulang. Dia menunggu, dan menunggu hingga Michael, menantu Parker membawanya pulang. Keesokan harinya, Hachi kembali ke pergi ke stasiun dan menunggu tuannya. Ia menunggu sepanjang hari dan sepanjang malam. Setelah suaminya meninggal, Cate menjual rumah mereka, dan memberikan Hachi untuk dipelihara oleh anak perempuan Cate yang bernama Andy. Hachi pindah ke rumah Andy yang tinggal bersama suami bernama Michael. Keduanya memiliki bayi bernama Ronnie. Hachi tak lama kemudian lari untuk pulang ke rumah tempat tinggalnya dulu. Ia lalu kembali menunggu tuannya yang tidak kunjung pulang di stasiun. Hachi selalu duduk menunggu di tempat ia biasa menunggu. Penjual makanan di stasiun bernama Jas merasa kasihan, dan memberinya makan hot dog. Andy mencari-cari Hachi, dan menemukannya di stasiun. Hachi diajak pulang, namun keesokan harinya dibiarkan untuk kembali pergi ke stasiun.
Hachi mulai tidur di gerbong kereta yang rusak. Ia berjaga menunggu tuannya sewaktu siang, dan hidup dari makanan dan air yang diberikan oleh Jas dan seorang tukang daging. Pada satu hari, wartawan surat kabar bernama Teddy ingin tahu soal asal usul Hachi. Ia bertanya apakah dirinya dibolehkan menulis cerita tentang anjing itu. Setelah membaca artikel di surat kabar, orang-orang mulai mengirimi Carl uang, dengan pesan agar uang tersebut dibelikan makanan untuk Hachi. Ken sahabat Parker membaca artikel yang ditulis Carl, dan menyatakan kesediaan untuk membayari biaya hidup Hachi. Walaupun Parker sudah setahun meninggal dunia, Ken menyadari Hachi masih ingin dan merasa harus menunggu kepulangan tuannya, serta berharap tuannya masih hidup.
Tahun demi tahun berlalu, dan Hachi masih tetap menunggu di stasiun. Ketika mengunjungi makam Parker, Cate bertemu dengan Ken, dan mengaku dirinya masih merasa kehilangan suaminya yang sudah meninggal sepuluh tahun lalu. Cate lalu pergi ke stasiun tempat Hachi menunggu. Ia terkejut melihat Hachi yang sudah tua, kotor, dan lemah, namun terus setia menunggu tuannya. Ketika kembali ke rumah, Cate bercerita soal Hachi kepada Ronnie yang sudah berusia 10 tahun. Malam itu, Hachi menunggu di tempatnya biasa menunggu, tempatnya berbaring dan jatuh terlelap, bermimpi bertemu Parker.
Selesai sudah laporan Ronnie tentang Hachi kepada teman-temannya sekelas. Kesetiaan Hachi menunggu Parker, kakek Ronnie, menjadikan Hachi sebagai pahlawan selama-lamanya di mata Ronnie. Sore itu, Ronnie berjalan-jalan bersama seekor anak anjing Akita di tempat kakeknya pernah berjalan-jalan bersama Hachi.
Anjing Hachiko yang sebenarnya, lahir di Odate, Prefektur Akita, Jepang pada tahun 1923. Setelah pemiliknya yang bernama Dr. Eisaburo Ueno, seorang dosen di Universitas Tokyo meninggal dunia pada bulan Mei 1925, keesokan harinya Hachi kembali menunggu kepulangan tuannya di Stasiun Shibuya. Ia terus menunggu, dan menunggu hingga sembilan tahun berikutnya. Hachiko akhirnya mati pada bulan Maret 1935. Patung Hachiko dari perunggu, kini dapat dijumpai di tempatnya biasa menunggu, di luar Stasiun Shibuya, Tokyo.

tuuuh..... ceritanya sedih and mengharukan kan sodara-sodaraaa.... sayang banget kenapa si aku baru nonton film ini sekarang-sekarang dan nontonnya di sini ya, di saat jauh dari orang-orang tersayang. huhuu... kok ada gitu anjing yang seperti itu di dunia ini. :((
aku jadi berpikir, jujur aja agak parno juga. bagaimana jika orang yang aku sayangi tiba-tiba pergi meninggalkanku untuk selamanya... atau bagaimana keadaan orang yang aku sayangi jika tiba-tiba aku meninggalkan mereka untuk selamanya... higs.. berasa gak mau pergi dari dunia ini dan mereka juga jangan pergi. tapi itu gak mungkin banget. semua makhluk ciptaan Allah kelak (cepat ataupun lambat) akan kembali lagi pada Sang Penciptanya, Allah SWT. 
nonton cerita Hachi, aku juga jadi teringat pada kisah temanku, Hakim. dia bercerita bahwa pada tahun pertama kakak perempuannya meninggal, ibunya selalu berangkat ke tempat tunggu bus tiap pagi. cerita punya cerita... dulu waktu kakaknya masih ada, almarhum kan sekolahnya jauh dan rumahnya di pelosok, jadi yang mengantar almarhum ke tempat bus tiap hari itu ya ibunya. sampai suatu hari almarhum tiba-tiba sakit parah, dirawat di rumah sakit, beberapa hari gak sembuh-sembuh hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. menurut dokter sih almarhum punya penyakit yang udah parah banget (penyakit apa gitu ya lupa), tapi almarhum selama ini menyembunyikannya dari keluarga. jadi ya keluarga sih taunya dia selalu sehat wal afiat, soalnya gak pernah ngeluh apa-apa. menurut dokter juga, penyakitnya itu sampai segitu parahnya soalnya aktivitasnya terlalu tinggi. almarhum aktifis ekskul, murid berprestasi pula, and yang paling tragis tuh bentar lagi mau UN, almarhum lagi sibuk-sibuknya belajar buat persiapan UN. eh Allah malah keburu mengambilnya. takdir Allah emang siapa yang tau yaa... 
coba bayangin deh, subuh-subuh si ibu bangun, tiba-tiba pergi ke tempat tunggu bus sendirian, ketika bus lewat si ibu melambaikan tangan dadah-dadahan, sampai suatu hari ada pak sopir yang bilang, "bu, ngapain ibu ke sini setiap hari? anak ibu kan sudah meninggal." tuuh... pak sopir aja tau (dikasih tau teman almarhum yang langganan bus itu juga). tak jarang si ibu pulang dengan berlinangan air mata. aduh ya Allah gak nahan deh sedihnyaaa.... :'(
setelah mendengar cerita Hakim, aku jadi prihatin sama si ibunya. ibunya jadi stres berat. sempat juga dia diperiksakan ke orang pinter, berobat ke sana ke mari. alhamdulillah sekarang sembuh juga. 
rada-rada mirip kan sama cerita Hachi. Hachi itu si ibu, tuannya itu almarhum. hhoo... *analogi doank.

intinya, Syifa jadi pengen pulaaaaang......!! *loh apa hubungannya coba??
kangen suasana rumah deh. walaupun memang suasana rumah yang sekarang sudah tidak sehangat dulu lagi, tapi tetap baiti jannati... 
*gejala homesick kumat.

by. sii Famysa kangen mereka :(

7 komentar:

  1. haduh.... sedih pas bca cerita dari hakim, smpai mataku berkca2, padahl gi di tempat kerja ni teh,,, jadi ke inget mih...

    mari pulang kwan... ^^

    Come

    BalasHapus
  2. enya puguh hoyong uih... tapina teu aya libur. koret da sebel. bolos weh ah. hehee

    BalasHapus
  3. abdi ge hoyong tapi kumaha atuh riweuh kieu :)

    BalasHapus
  4. wah mama calvin nyunda oge :D

    BalasHapus
  5. Filmnya bagus sekali, ya?
    next time tante cari biar bisa ditonton anak2.

    BalasHapus
  6. wah sundanya dari mana nih?
    aku juga sempet nonton film itu dulu di kelas bareng temen2, walaaaaah masuk jam pelajaran mata langsung bintitan haha
    salam

    BalasHapus
  7. @tante: iya bagus tan.. buat anak2 cocok. biasanya kan anak2 suka binatang2 gitu.. trus yang brceritanya juga anak sekolah. amanahnya dapet gitu..

    @retno: dari subang ^^ iya iiih sebel dah jadi nangis ujung2nya. berbekas critanya. wasalam.. :)

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend