Sabtu, 07 Februari 2015

#MyFirstLove; Yang Pernah Ada, Yang Kini Telah Tiada

Sebaik-baiknya bocah, pasti deh pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Meski gak pernah punya pacar, pasti deh pernah punya cinta pertama mah atau kerennya cinta monyet. Kan cinta pertama bukan berarti pacar pertama. Iya gak? *makanya yang sekarang jadi emak gak usah kelimpungan kalau anak bocahnya mulai sedikit cinta-cintaan. Wkwk *jangan ditiru, ajaran sesat :P

Aku juga dulunya bocah. Dan seperti kataku di atas, sebaik-baiknya bocah pasti pernah merasakan jatuh cinta, yaa begitu lah yang terjadi pada diriku waktu bocah dulu. Walaupun mamah susah payah kasih doktrin "dilarang pacaran!", tapi namanya hati mah siapa yang tahu ya.. Pacaran kan cuma fisiknya, lah jiwanya kan hatinya. Walaupun gak pacaran, jatuh cinta tetap saja ada.
waktu kelas 9 SMP. maaf wajahku disensor, dulu belum istiqomah pakai kerudung :P itu Usep yang duduk di sampingku pakai kaos merah, bukan yang berdiri di belakang pegang gitar loh yaa..
Namanya Usep (bukan nama samaran). Nama lengkapnya gak tahu siapa. Aku hanya tahu dia Usep. Aku kenal dengannya sejak aku duduk di bangku SD, kelas 2 SD lebih tepatnya. Kami bukan teman satu sekolah, kami bukan tetangga, kami bukan teman main, kami tidak sedaerah, kami bahkan tidak saling sapa. *loh, jadi dia ini siapa? 
Dia Usep. Dia tinggal di Gantar-Indramayu, di kampung nenekku. Aku hanya bisa melihatnya waktu aku berlibur ke rumah nenek tiap liburan sekolah. Kami tidak saling berkenalan. Bahkan hingga bertahun-tahun ke depan pun -sampai usai masa SD kami-, kami tidak pernah sekali pun bertegur sapa. Kami hanya kebetulan satu tempat mengaji di masjid dekat rumah nenek. Aku tahu dia dan namanya dari teman-temanku, begitu pun dia tahu aku dan namaku dari teman-temannya. Dan entah kenapa, mulai dari mana, teman-teman kami mulai meledek-ledek kami -ceritanya mencomblangi mungkin yaa-, padahal kami sama sekali tidak pernah bertegur sapa.
Berkali-kali liburan, berkali-kali mengaji di masjid itu, teman-teman masih saja meledek. Awalnya aku gak tahu dan gak mau tahu siapa itu Usep. Tapi karena gerah sama ledekan teman-teman, aku jadi penasaran juga kan... Sambil galak-galak jual mahal gitu akhirnya kutanya deh teman-temanku, "mana sih yang namanya Usep? Dia itu siapa? Kenapa kalian meledek-ledeki kami?"

Bertahun-tahun berlalu. Dari kelas 2 SD sampai kelas 6 SD, teman-teman tidak pernah berhenti 'mencomblangi' kami. Baru lah ketika kami memasuki dunia SMP, teman-teman berhenti mencomblangi. Ya yaa, mungkin mereka bosan. Habisnya gak ada progres sih. Haha
Selama itu, selama teman-teman berkicau, kami tidak pernah -sama sekali tidak pernah- bertegur sapa, apalagi main bareng yaa, boro-boro :P Bahkan sampai kelas 8 SMP, kami masih tidak saling bertegur sapa walaupun sudah sama-sama tahu nama masing-masing. 
Baru lah ketika kami kelas 9 SMP, dia memulai percakapan denganku. Swear deh waktu itu aku dag-dig-dug-ser. Secara, cowok yang selama ini, selama bertahun-tahun namanya selalu didengungkan di telingaku oleh teman-temanku, akhirnya sekarang berbicara padaku. Uw uw uuwww :D Rasanya seperti membobol celengan ayam raksasa yang bertahun-tahun kuisi dengan uang seratus demi seratus, akhirnya hari ini dibobol jugaa...

Seperti pedekate cowok pada umumnya, dia memulai dengan beribu basa-basi. Lama-lama, dari basa-basi itu, kami mulai akrab, kami mulai main bareng, kami mulai berbagi cerita. Dan ternyata, aku mulai dag-dig-dug-ser sekali menanti saat libur sekolah, gak sabar ingin ke rumah nenek supaya bisa bertemu dia. Hihih..
Semakin lama aku berteman baik dengannya, aku semakin sadar bahwa aku sedang jatuh cinta. Bahkan sejak pertama diledek-ledeki oleh teman-teman pun, aku bisa merasakan malu dan grogi saat namanya disebut. Maklum deh yaa namanya bocah kan suka kayak gitu. Lha wong sudah tak bocah saja, kalau diledek-ledeki teman-teman sama cowok X, kadang ada rasa deg-deg-sernya. *pengalaman bo, dulu sama suami berawal dari ledek-ledekan sahabat :P

Menginjak bangku SMA, aku masih berteman baik dengannya. Kami masih sering bertemu jika aku sedang berada di rumah nenek. Dia yang main ke rumah nenekku, gak lagi main di luar rumah. Kami masih berteman, belum pacaran, dan ternyata kami tidak pernah menjadi pacar.
Suatu hari dia bercerita padaku bahwa dia tidak melanjutkan sekolahnya ke SMA. Katanya cukup sampai SMP saja, dia akan mencari kerja ke Jakarta, kasihan orang tuanya. Katanya mungkin untuk sementara dia akan kuli bangunan -maklum di kampung, pekerjaan paling gampang buat laki-laki ya jadi kuli bangunan- sampai dia mendapat pekerjaan yang layak di Jakarta. Aku sih "Oo Oo" saja, manggut-manggut dengar cerita dia.
Tak lama setelah dia bercerita tentang kehidupannya padaku, suatu weekend aku menginap di rumah nenek. Dia pun main ke rumah nenek. *Mmm ajaib memang waktu itu, tanpa sms-an/telponan, dia bisa tahu bahwa aku sedang di rumah nenek. Hho.. Namanya juga di kampung ya.. Tetangga adalah media komunikasi paling baik. Aha :D Laluu... Dia menyatakan cintanya padaku. Aku ditembaknya! Duh -_-
Momen-momen itu sejujurnya sangat aku tunggu-tunggu sejak lama. Aku bertanya padanya, "kenapa baru nembak sekarang? Kok gak dari dulu nembaknya kalau emang sudah suka sejak lama?". Dia bilang, "dulu aku takut mau nembak Ifa (Ifa/Neng Ipa: panggilanku di kampung nenek). Ifa kan anaknya kepala desa, Ifa juga banyak yang suka. Jadi ya Usepnya minder. Baru sekarang Usep berani karena Usep sekarang udah kenal sama Ifa. Gak kayak dulu yang cuma kenal dari kata teman." Aku sempat galau. Aku ingin menerimanya jadi pacarku. Tapi, aku sudah mulai realistis dan perfeksionis. Aku tidak ingin berjodoh dengan laki-laki yang lebih rendah pendidikannya dariku. Bukan maksudnya pilih-pilih yang tinggi ya, tapi kan berharap dan berusaha yang terbaik tidak ada salahnya.
Dengan berat hati, Usep kutolak. Kujelaskan alasan lain yang sekiranya tidak akan menyakiti hatinya. Alhamdulillahnya, Usep mengerti dan menerima jawabanku. Selanjutnya kami sepakat untuk terus berteman.

Seperti kesepakatan kami, walaupun tidak jadi pacar, kami tetap berteman baik. 
Suatu hari Usep memberiku kado sebuah topi berwarna pink. Dia bilang dia mau ke Jakarta. Dia ingin memberi kenang-kenangan, tapi tidak tahu kesukaanku apa. Dia hanya tahu warna favoritku karena aku memang suka mengenakan pakaian bernuansa pink. Dia juga meminta kenang-kenangan dariku, apa saja, tidak harus khusus berbentuk hadiah. Katanya agar dia selalu mengingatku, begitu pun sebaliknya. Akhirnya kuberikan gelang tangan karetku yang berwarna pink padanya. 
topi hadiah dari Usep yang masih kusimpan sampai sekarang. difotoin suami tadi sore. hihii
Satu tahun berlalu. Aku tidak pernah lagi bertemu Usep ketika berada di rumah nenek. Hingga suatu hari, ada sms masuk ke nomorku. "Ifa, ini Usep. Usep boleh gak main ke rumah Ifa? Ini Usep lagi di Tumaritis, dekat kan ke Cipunagara? Sekalian mau ke Pagaden nih." Glek! Aku spechless. Untung waktu itu hari Minggu, aku sedang berada di rumah, bukan di kosan. Langsung saja kujawab, "Boleh, Sep," dan kuberi dia patokan jalan ke rumahku.
Sesampainya di rumahku, kami langsung mengobrol ke sana-ke mari. Sampai lupa waktu. Matahari pun sudah ingin pulang ke peraduannya.
Tiba-tiba, "Ifa, masih nyimpen foto kita waktu di kebun belakang rumah nenek gak? Usep mau lihat dong." Kujawab 'ada' dan langsung kuambil album fotonya. Lalu, "Ifa, masih nyimpen topi hadiah dari Usep gak?" Ragu-ragu aku menjawab, karena aku tidak tahu dimana topi itu berada, "Mmm gak tahu, Sep. Masih ada gak yaa.. Aku lupa nyimpen." Dan "Yaaah..." jawabnya kecewa. "Usep mah masih nyimpen gelang dari Ifa loh. Nih masih Usep pakai sampai sekarang." Aku terharuu :')
Setelah melihat-lihat foto, Usep bilang mau pamit pulang. Tapi, Usep bicara lagi, "Ifa, Usep boleh gak mau difoto lagi sama Ifa sekarang?" Dalam hati aku bergumam, 'aneh banget ini anak'. Lalu kuambil laptop untuk foto-foto pakai webcam.
Sore itu, Usep lalu pamit pulang setelah menghabiskan waktu bercerita denganku.

Kira-kira satu bulan setelah kedatangan Usep ke rumahku, aku menginap di rumah nenek. Dan suatu siang, kira-kira jam 2 siang, aku mendengar kabar duka dari masjid dekat rumah nenek. Berita kematian. --Innalillahi wa inna illaihi roojiuun... Telah berpulang ke Rahmatulloh, Usep bin.........-- 
Aku... Setengah lemas, tak percaya bahwa itu Usep cinta pertamaku. Ah, nama Usep kan banyak, pikirku. Lalu kutanya pada bibiku, "Bi, yang meninggal Usep siapa? Bukan Usep teman Neng kan?" kata bibi, "iya teman Neng kali, soalnya dia emang sakit. Sakit apa ibi juga gak tahu. Yang jelas keluarga itu mah anak-anaknya meninggal semua. Ini Usep yang terakhir, karena Usep anak angkat. Dikirinya kalau bukan anak kandung gak akan meninggal cepat juga, eh ternyata sama saja. Bedanya Usep emang yang paling lama usia hidupnya, bisa sampai kerja dulu walaupun sebentar".

Dan aku masih tidak percaya. Benarkah itu Usep?
Tapi... kata bibiku yang lain, itu memang Usep. Usep memang telah tiada. Secepat ini.

Aku dengar kata orang, 'orang yang akan meninggal biasanya 40 hari sampai 3 bulan sebelum, dia sudah tahu bahwa dirinya hidup tak akan lama lagi. Hal biasa yang akan orang yang akan meninggal lakukan adalah mendatangi orang-orang kesayangannya, orang-orang yang berarti dalam hidupnya, entah untuk meminta maaf atau untuk sekedar silaturahim.'
Kalau benar begitu, apakah aku ini orang yang berarti untuk Usep? Padahal aku sudah menolaknya. Padahal aku sempat lupa dimana menyimpan topi hadiah darinya. Padahal aku menganggap foto selfie dengannya gak penting lantas aku menghapusnya. Higs :((

Semoga tenang kamu di sana, Usep... Semoga kamu mendapat tempat terbaik di sisi-Nya... Aamiin... Salam rindu dariku dari sini.. Aku sekarang sudah menikah dengan laki-laki harapanku, dengan laki-laki yang aku sayang.. Walaupun kamu tidak akan pernah membaca ini, di sini aku ingin mengatakan sejujurnya, bahwa aku juga suka sama kamu.. 

Good Bye, Usep, cinta pertamaku, yang pernah ada, yang kini telah tiada :'''''')))  

18 komentar:

  1. Kamu kasih dia hadia terbaik dengan nulis cerita manis kalian :') semoga Usep tenang dan diberi tempat terbaik disana,

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah aku jadi terharu mba :')
      aamiin yaa Alloh...

      Hapus
  2. Syifaaa... sedih bacanyaaaa... dari foto yang atas sepertinya Usep lumayan ganteng yah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa lumayan mba.. hihihh
      cup cupp jangan termehek2 mba una :D

      Hapus
  3. Semoga kang Usep tenang di alam sana..
    sungguh cerita nosltagia yang menggugah hati :)
    http://ilhamabdii.blogspot.com

    BalasHapus
  4. So sweet mbak, tp endingnya sedih ;(
    Terimakasih sudah berpartisipasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbaa emang begini lah endingnya cinta pertamaku. hehe :')

      Hapus
  5. Kang Usep ini begitu hebat sekali yah bisa menyimpan rasa begitu lamanya dari semenjak SD hingga sampai tamat SMA pun masih tetap sama. Tapi sayangnya ada kalanya cinta itu tak bisa saling berbalas, sama seperti apa yang pernah aku rasakan :((. Tapi untuk kang Usep semoga bisa tenang di alam sana dan bisa tersenyum melihat Mbk yang menulis kisah cinta pertamanya sekarang sudah bahagia bersama orang lain hehehheehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ecieee kang irfan curhat terselubung. hihiih
      aamiin yaa Alloh :))

      Hapus
  6. sedih ternyata ceritanya, semoga Usep mendapatkan tempat yang terbaik

    BalasHapus
  7. Aih... suami bantuin foto juga? xixiixixi

    BalasHapus
  8. ngomongin first love emang selalu menyendukan ya.
    berharap yang terbaik deh buat usep.
    ah, saya jadi inget sama first love saya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. ihiirr gimana cerita first lovenya jev? jadi penasaran :D
      aamiin....

      Hapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend