Senin, 25 Juli 2011

Poetry Hujan: The Lost Rain

datang dan pergi
datang
dan pergi lagi
pergi....
tak jua kunjung datang
sebenarnya apa gerangan yang menahanmu untuk kembali memelukku?
untuk mendekapku dalam balutan hangatmu?
apakah karena sepoi dunia?
atau sebab gelora dalam bola itu?
atau...
karena memang kau tak ingin lagi menemani tidurku?
menyelimutiku dengan cita dan cinta?

tatapmu kini dingin
gesek belaimu kini kaku
tak tahukah kau di sana ada pucuk daun yang merindumu, wahai hujan
sadarkah, Tuan hujan?
ingatkah, Tuan hujan?
saat canda kita dibalut hangatnya malam
bermesraan ketika awan sedang berarak mengabu warnanya
saling membelai berpacu dengan aroma coklat bumi kita
kita tertawa lepas, lepaaaass....
namun
pudar kini rintikmu
pesonamu kian lama kian terkikis
kemana pergimu selama ini, hujan?
kau tahu
pucuk merindumu
laksana malam yang selalu berdampingan dengan siang
bak dewa yang selalu dikelilingi para dewi
seperti kumbang yang bercinta dengan bunga
bagaikan aku...
pucuk yang selalu mengharapmu
hujan

Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan oleh  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend