Jumat, 04 April 2014

Valentine Kelabu yang Telah Berlalu

Oke, fix maximal! Bulan Maret tidak ada postingan satu pun di blog ini. Skripsiku memang sudah selesai kutulis. Tapi saat ini aku masih menunggu eksekusi dosen pembimbingku yang amat sibuk. Mohon doanya yaa teman-temaan :)

Masih ingat bencana yang melanda Indonesia pada tanggal 14 Februari 2014 lalu?
Letusan Gunung Kelud yang abunya menyebar hampir ke seluruh Pulau Jawa.
Saat itu, subuh-subuh aku dibangunkan oleh Mbak Dian. Agak mengagetkan. Aku yang masih tertidur pulas langsung membuka mata dan sikap sempurna. "Syif, Kelud meletus. Kata temanku hujan abu. Coba lihat ke depan rumah yuk!"
Setelah melihat keadaan di luar rumah, memang, semuanya kelabu. Berjalan-jalan ke depan rumah harus payungan. Kalau tidak, kerudung dan bajuku akan penuh abu.
Kami mencoba bersembunyi di dalam rumah. Hujan abu masih berjatuhan deras disertai angin yang lumayan kencang. Pemandangan yang kami lihat dari dalam jendela rumah terlihat putih seperti tertutup kabut, padahal tertutup abu yang masih berjatuhan. Jujur, kami agak ketakutan. Takut hujan abu semakin deras. Takut dalam rumah tidak akan aman dari abu. Padahal hanya di dalam rumah lah kami berlindung.
Hari sudah menjelang siang. Hujan abu sepertinya sudah berhenti. Akhirnya kami bersih-bersih rumah, memasak, lalu sarapan. Sekitar jam 11 siang, karena kelelahan bersih-bersih rumah, aku tertidur di kasur angin di ruang TV. Pulas. Hingga kemudian Mbak Dian membangunkanku lagi dengan nada panik. "Syif, hujan abu lagi, Syiif..." Ya sudah lah, rumah yang sudah dibersihkan terkotori lagi. Di luar rumah terlihat pekat. Abu yang menumpuk di tanah, atap, dedaunan semakin tebal. Kami pasrah.

Sore harinya, orang-orang sudah mulai terlihat ramai beraktivitas lagi. Tetangga-tetangga juga sudah mulai membersihkan bagian depan rumahnya. Kami pun tak mau kalah. Halaman lapang di samping rumah Mbak Dian menjadi sasaran utama kami. Abunya tebal sekali. Sampai-sampai terkumpul sekitar kurang lebih 50 bak! Kupikir andai itu semen, bisa kaya mendadak lah kami, menjual semen 50 sak. 
Hingga beberapa hari kemudian, hujan abu masih terus turun meskipun intensitasnya mulai berkurang. Jogja masih kelabu. Penelitian skripsiku waktu itu juga sempat terhenti 1 minggu karena bencana Kelud tersebut. Antara tidak kuat menempuh jalanan Turi-Magelang yang penuh abu dan pastinya badan yang sedang kuteliti juga sedang sibuk menangani bencana ini. Banyak agenda yang terpaksa dibatalkan. Beruntungnya kami sudah membeli stok makanan cukup banyak sehingga kami tidak terlalu kesusahan dalam mencari makan.

Kami sempat bertanya-tanya, kenapa bencana itu datang bertepatan dengan hari Valentine?
Dan berturut-turut setelah bencana Kelud, bencana-bencana lain datang silih berganti. Gunung-gunung lain juga sepertinya sedang ingin bangun berbarengan. Lalu beberapa waktu yang lalu, Gunung Merapi, gunung yang dekat dengan tempat tinggalku sekarang (di Turi, rumah Mbak Dian) dan gunung yang menjadi lokus penelitian skripsiku mulai menampakkan keaktivannya lagi. Merapi sempat erupsi, bahkan setiap hari sepertinya ada abu yang dikirim dari Merapi. 
Sekarang cuaca Jogja sedang sangat amat panas. Aku jadi ingat kata Mbak Dian dan kata Mbak Erna (penduduk KRB III Merapi), kalau Merapi aktif, cuaca di sekitarnya akan panas sekali. Ah, semoga panas ini hanya pertanda akan turun hujan. Bukan pertanda Merapi bangun lagi. Mohon doanya teman :))

by. si Famysa, agak sakit :')

6 komentar:

  1. Ya, sepertinya ujian buat bangsaku tercinta- bencana melanda dimana- seperti sebuah estafet... semoga bencana ini menjadi hikmah tersendiri dlm proses panjang sebagai sebuah bangsa.... amin

    salam kenal :)

    BalasHapus
  2. letusan gunung merapi itu hanyalah sebuah siklus alam yang memang mesti terjadi...., semoga saja tidak menimbulkan korban juwa ataupun korban harta,
    abu 50zak itukan bisa buat penyubur tanaman....,
    selamat menyelesaikan pendidikannya ya..semoga sukses hingga mencapai gelar sarjana......Keep happy blogging always…salam dari Makassar :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya om. hanya masih horor aja bagiku tinggal dekat dengan merapi tepat ketika merapi aktif. hehehe
      aamiiin... makasih doanyaa :D

      Hapus
  3. Mengerikan sekali ya. Tapi yang sabar ya. Pasti semua ada hikmahnya

    BalasHapus
  4. Satu lagi blog yang menceritakan gunung kelud. Aku tetap ingin membacanya.

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend