Jumat, 17 Januari 2014

National Conference on Disability Awareness

See! Ini draf jaman kapan? Hehehe... Bahkan ketika teman-teman blogger berlomba-lomba menuliskan resolusi 2014nya, aku malah sama sekali mengabaikannya. Ucapan happy new year pun cuma kulakukan di twitter :P Tapi bukan berarti aku tidak punya resolusi atau melupakan gegap-gempita tahun baru ya... Aku hanya... Hmm... Bisa dibilang agak sedikit sibuk. Maap, maap :))
Dan sekarang, mumpung masih ada di detik-detik terakhir hari ke-17 di tahun 2014, gak ada salahnya kan kalau aku mengucapkan SELAMAT TAHUN BARUUU 2014!! Semoga segala harap dan mimpi yang belum sempat terwujud di tahun-tahun sebelumnya dapat terwujud di tahun 2014 ini. Dengan begitu berarti kita tergolong ke dalam orang-orang yang beruntung. Aamiiin... ^-^  
Yuk mari kembali ke laptop!
Jadi, tanggal 7-8 Desember 2013 lalu, aku melancong ke Jakarta untuk mengikuti acara ini, NCDA; National Conference on Disability Awareness, bersama Azizah si bocah Priuk. Sebelumnya aku sempat menuliskan cerita perjalanan tersebut di postingan ini --> Lika-liku Anak Gaul Jakarta --> monggo dibaca :)
Latar belakang aku mengikuti acara ini adalah karena ajakan Zizah. Karena mager di Semarang, sedangkan revisian skripsiku mangkrak di meja dosen pembimbing, otomatis aku langsung mengiyakan tawaran Zizah. Alhamdulillahnya formulir pendaftaranku diterima oleh penyelenggara acara. Padahal entah aku suka atau tidak mengenai disabilitas, entah bagaimana acaranya, yang penting aku bisa pergi dari Semarang, pikirku waktu itu. Pun kalau formulirku tidak diterima, aku akan tetap ikut pergi ke Jakarta untuk pulang ke Cikampek. *devil mind, Hahaha... 
Aku masih belum tahu apa yang aku ingin dapatkan dari acara NCDA itu bahkan ketika aku sudah sampai di Jakarta. Aku sama sekali tidak belajar, sama sekali tidak mempersiapkan apapun mengenai acara tersebut. Apa yang akan dibahas dalam konferensi, ikuti saja lah.. Aku berjodoh dengan paralel (diskusi) mengenai pekerjaan pun, ikuti saja lah. Yang penting ilmunya. Aku tidak menggebu-gebu harus bertanya, harus aktif atau apa lah seperti biasanya. Ckckck :P
Begitu jumpa dengan hari pertama acara NCDA di kampus Universitas Siswa Bangsa Internasional (USBI), kesan pertamaku adalah "ini kampus keren bener, acaranya juga pasti bakalan keren". Terlebih lagi karena ada sarapan yang sudah tersaji di meja prasmanan. Eh, jauh-jauh ke Jakarta, ketemunya sama tahu bakso juga. Itu mah makanan khasnya Ungaran Semarang. Hahahaa... but it was delicious tabax i ever ate in Jakarta :D
Sabar Gorky, pendaki
Ini bukan kali pertama aku berinteraksi dengan penyandang disabilitas (pendis). Sebelumnya aku pernah berbaur bersama pendis dalam acara Blogger Nusantara --> Stories Behind the #BN2013 dan dalam acara Writing Super Camp FLP Semarang --> Sahabat Mata. Bahkan nenekku sendiri adalah pendis, kelainan jiwa dan cacat fisik. Hidup bersama nenek yang pendis ternyata belum mampu membuatku benar-benar bisa berbaur dengan pendis. Tetap saja aku merasa ada sekat antara aku dan mereka. Bukan aku underestimate pada pendis, tetapi sebaliknya. Aku merasa aku penuh kekurangan jika bersanding dengan mereka. Ah begitu lah pokoknya, mungkin diantara kalian juga ada yang feeling same with me when you meet them.
Baru di acara NCDA saja aku benar-benar berinteraksi dengan pendis. Suatu pengalaman yang luar biasa bagiku. Suatu kemajuan juga bagiku. Aku belajar banyak hal, dan aku dapat mengetahui banyak hal mengenai pendis di acara NCDA itu. Berdiskusi dengan pendis, berbaur dan berinteraksi dengan pendis, merumuskan suatu kebijakan mengenai pekerjaan pendis, belajar bahasa isyarat bagi tuna rungu, dan banyak lagi. Ternyata suatu keputusan asal ikut daripada gabut ada manfaatnnya juga ya. Hihihi... Thanks to Zizah yang sudah berbagi informasi :*
Ada dua hal menarik yang kucatat. Pertama, pemberitaan mengenai disabilitas dianggap kurang seksi/kurang menjual oleh media. Makanya tidak banyak berita yang mengulas mengenai disabilitas. Padahal sebenarnya disabilitas perlu disuarakan. Karena setiap manusia di negeri ini pasti akan mengalami disabilitas, hanya tinggal menunggu waktu. Tetapi pada realitanya, Indonesia belum bisa ramah terhadap pendis. Di saat negara-negara lain sudah ramah pada pendis, Indonesia kapan? Sedangkan media pun menganggap berita mengenai disabilitas kurang seksi. Pertanyaan lanjutannya adalah; apakah memang kurang seksi atau belum dibuat seksi? Sedangkan media itu sendiri lah yang bisa membuat suatu berita menjadi seksi. Maka tugas kita sebagai blogger/penulis adalah membantu menyuarakan kebutuhan-kebutuhan dan pemberitaan mengenai pendis. 
ki-ka: penerjemah, Ibu Penny (dosen), Ibu Christie (arsitek)
Kedua, pekerjaan maupun fasilitas yang layak untuk pendis berbenturan dengan pemerintah yang masih berorientasi bisnis. Dalam pembangunan apapun, pemerintah pasti lah harus bisa seefektif dan seefisien mungkin. Belum lagi karena praktek KKN dimana-mana. Ini yang menyebabkan pendis agak sedikit diabaikan kebutuhannya. Padahal pada kenyataannya pendis bisa bekerja. Pendis hanya membutuhkan akses yang mudah agar mereka dapat bekerja sebagaimana orang non pendis. Namun karena Indonesia belum sepenuhnya menyadari hal ini, atau mungkin belum menjadikan pembahasan mengenai disabilitas sebagai prioritas, maka tugas pendis adalah terus berusaha dan jangan manja. Non pendis pun harus membantu pendis semaksimal mungkin agar pendis dapat hidup bersama-sama dengan non pendis.
Fina, bocah Malang-melintang :P
Perlu kita ketahui, pendis sebenarnya adalah aset bangsa. Mungkin sama seperti TKI dan TKW sebagai pahlawan devisa, pendis pun dapat berguna lebih dari itu bagi bangsa ini. Tuna netra bukan berarti tidak dapat diandalkan. Tuna netra banyak yang bisa bernyanyi dan bermain alat musik. Tuna daksa juga bukan berarti hanya bisa merepotkan keluarga. Tuna daksa tetap bisa berkarya, banyak sekali tuna daksa yang menjadi seniman terkenal dengan karya seninya yang bernilai tinggi. Dan yaa... begitu pun yang lainnya. Dibalik kekurangan, Tuhan pasti menitipkan kelebihan pada tiap insan, bukan? :)
Aku rasa sekarang bukan saatnya kita memandang pada perbedaan. Melainkan harus bersatu dengan perbedaan untuk menuju kesempurnaan. Aku dan kamu bisa! Kita semua bisa! Mari kita tunjukkan pada dunia bahwa kita sanggup memberi banyak kebermanfaatan bagi lingkungan dan sesama.
kiri: Habibie, pengusaha
motivation notes:
Menerima, mengakui diri punya keterbatasan adalah penting, untuk menyadari kemampuan/kelebihan kita. Pada titik tertentu, tiap orang pasti akan mengalami disabilitas. Ini bukan kutukan, tapi nature. ~Prof. Irwanto~
Kalau sulit atau susah, berarti bisa! It's your jobl to create awareness. Doing nothing means discrimination. ~Indonesia Disabled Care Community (IDCC)~
Sukses itu kita yang tentukan, apapun keadaannya. Liburan itu hadiah untuk kemanusiaan. Sukses itu tentang pola pikir. Bukan hanya bekerja keras, tetapi juga bekerja dengan cerdas ~Artajasa~
Aku bisa karena aku luar biasa! ~Sabar Gorky~
Bermimpi dan terus bermimpi, disabel atau tidak! Jangan terus salahkan Tuhan, tapi terus berkarya! ~Ibu Christie~ 
note:
- foto sebagian nyomot dari FBnya Mbak Maisa Ulfah. thanks a lot, Mbak cantik :) :*
- kamu sadar, peduli, dan mau berbagi bersama penyandang disabilitas? join @idcc_official

by. si Famysa, sadar, peduli & berbagi ;)

19 komentar:

  1. saya mulai ngerti tentang disabilitas beneran pas ikutan nge volunteer di Asean Para Games di Solo, Sea Games nya difabel

    BalasHapus
  2. wah seru pastinya yaa... pengalaman berharga :)

    BalasHapus
  3. Haha tulisannya nyangkut di draft hampir sebulanan ya mbak. Kaya aku banget suka menunda-nunda gitu hehehe.
    Acara kaya gini nih penting banget, biar ngga saling mendiskriminasi lagi, padahal orang-orang pendis ini kadang punya semangat yang lebih keren daripada kita yang normal ini..

    BalasHapus
  4. Hai, Syifa. Aku emang lagi di Indo kok hehehe~
    Udah lama.

    Setuju banget nih, indonesia belum ramah sama penderita pendis. Aku juga mikir, kayak transportasi umum di Jakarta aja belum ada tuh yang bikin pendis bisa gampang ngakses.

    BalasHapus
  5. @Asma: kayaknya kamu lebih rajin dari aku dear. hehehe
    bener banget. kayak aku dibuat speecless sama mereka. sering terpikir mereka aja bisa, kenapa aku ga bisa. ~~

    @kak Clara: ooh aku kira masih di korea, eh atau jepang kak? hee
    iya kak, jakarta belum aksesibel banget buat pendis.

    BalasHapus
  6. Suka banget sama quote di kaosnya, Syi :D
    Bener bener, pengen juga nih bikin 'gerakan' yang berhubungan sama pendis. Oke, masukkan di resolusi, deh :D

    BalasHapus
  7. betul!!
    orang yang punya keterbatasan, biasanya justru punya kelebihan yang kadang bisa ngalahin kita..
    salut dey kegiatannya :)

    BalasHapus
  8. iya om :) suka berasa ciut deh aku. hoho

    BalasHapus
  9. Ya, semoga negara ini makin ramah sama para penyandang disabilitas.

    BalasHapus
  10. Pas gak bisa dateng nih acara ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo mas reza dateng nambah banyak aja yang kerennya :D

      Hapus
  11. Haha tulisannya nyangkut di draft hampir sebulanan ya mbak. Kaya aku banget suka menunda-nunda gitu hehehe.

    BalasHapus
  12. Seru banget sendirian melakukanya bisa nggak :D

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend