Sabtu, 03 Maret 2012

Kebakaran Pujasera Subang

tanggal 12 Februari lalu, warga Subang tengah berduka. termasuk aku dong.. perantauan gini-gini juga kan asalnya mah dari Subang. hehe
duka yang merundung kami adalah ludesnya Pujasera Subang oleh si jago merah. kebakaran tersebut tidak bisa dihindarkan karena terjadi tengah malam, kurang lebih pukul 00.30. menurut warga terdekat TKP, mobil pemadam kebakaran baru berhenti mondar-mandir pada pukul 08.00. kerugiannya gimana? ya rugi pakai sangat amat lah. tidak tanggung-tanggung ruginya hingga mencapai 27,5 M. tuuuh kan... lumanyun ya kalau untuk dikorupsi. #wew :P Pujasera itu kan sebagian besar diisi oleh toko pakaian. pantas saja jika dengan mudahnya api meludeskan mereka. wong mereka kain, gampang terbakar lah. 
si aku jadi tidak bisa belanja dan nongkrong di Pujasera lagi deh. kecuali kalau mau nongkrong tanpa pemandangan yang bikin lapar mata. hehehe.. terus juga si aku jadi tidak bisa menepati janji pada salah seorang teman di Semarang untuk membawakannya oleh-oleh dodol nanas (dolnas) -oleh-oleh khas Subang-. lah mau belanja dimana coba? tempat biasa aku beli dolnasnya juga ludes-des-des.. malas juga ah kalau harus ke Tonggoh (sebutan wargi Sunda untuk daerah dataran tinggi) untuk memburu dolnas doang. jauh kan meeen harus naik-naik ke puncak gunung tinggi-tinggi sekali dulu...

meski awalnya tidak percaya, tetapi setelah melihat tayangannya di berita TV, aku jadi percaya bahwa kebakaran Pujasera memang benar-benar terjadi. mengerikan asli deh.. apinya berkobar-kobar, sepertinya kobaran asmara dalam jiwaku yang tak bisa dipadamkan. #jiaaahh malah ngegembel--"
eh btw, kalian pada nonton beritanya juga tidak nih? kan supaya ada saksi yang memperkuat ucapanku. kalau tidak ada saksi kan takutnya dikira hoax. hehe..

kata temanku yang melihat TKP pada pagi hari pasca kebakaran, kawasan Pujasera jadi sepi. padahal biasanya ramai oleh orang-orang yang berolahraga pagi dan berbelanja. yang terlihat di sana justru adalah tangisan para pedagang yang tokonya musnah. ada juga curhatan seorang penjual CD bajakan yang tak henti mengucap syukur karena hanya gerobaknya yang musnah, sedangkan CDnya selalu dia bawa ke rumahnya jika dia pulang.

-- nah loh kok baru ditulis sekarang ya?? hmm maklum deh terlalu banyak alasan untuk diungkapkan. salah satu alasan yang paling menghentikan tarian jari-jemariku adalah digicamku rusak. tadinya sih sudah mau foto-foto di TKPnya. makanya sengaja aku buat postingan ini sebagai draft dulu. tapi sampai penghujung masa liburan, aku tidak juga menemukan pinjaman kamera untuk foto-foto. hhh... ya sudahlah. jadi deh draft ini baru kulanjutkan sekarang. itu pun tanpa foto-foto. maaf ya...

terus kata temanku lagi nih yaa... dia mencuri dengar -dari siapa saja tidak penting-pnting amat lah :D- bahwa sebenarnya kebakaran di Pujasera itu bukanlah murni kebakaran. di balik kebakaran itu ada campur tangan Pemda setempat. kasarnya, kebakaran yang disengaja gitu deh. #dibakar dong? maybe..
lah... lah... kok bisa ya? aku jadi keheranan. aku jadi bergosip dengan temanku tentang kebakaran itu. 

jelas saja aku penasaran dibuatnya. aku jadi kembali menggosipkan seputar selentingan tidak enak di balik kebakaran itu dengan temanku yang lainnya. sampai suatu hari ketika aku dan temanku sedang berteduh dari hujan di warung soto di belakang terminal Subang, aku iseng bertanya pada si ibu penjual sotonya. "Bu, banyak yang bilang kebakaran Pujasera itu kerjaannya Pemda ya supaya pedagang-pedagangnya mau direlokasi ke Pasar Tradisional Subang yang baru itu? (sambil menunjuk ke bangunan Pasar Tradisional Subang yang memang terletak tepat di belakang terminal)" lalu si ibu menjawab seperti ini, "ah emang, Neng. udah biasa kayak gitu deh kayaknya teh dimana-mana juga. masa sih Pujasera bisa kebakaran." --- "ya bisa aja kali, Bu. hmm.." 
lalu sesampainya di rumah, aku menceritakan obrolanku dengan ibu soto tadi dengan mamah. dan eeehh mamah juga bilang gini, "iya.. emang udah biasa kayak gitu. ngelawan dikit aja merekanya langsung bakar deh. cara yang paling gampang kan supaya mereka mau pindah." --- "dih kok bisa ya, Mah? (bingung)" --- "ya gampang aja. tinggal nyuruh preman. bakar tuh Pujasera. diguyur bensin kek, sengaja diakalin listriknya kek, banyak cara deh. gampaang.." --- "ooo.. (dengan wajah polos tak berdosa)"

aku masih tidak habis pikir, kok bisa ya mereka (penguasa) sejahat itu? padahal yang sabar tho yoo.. bangun komunikasi yang baik dulu. jangan sekali perintah terus langsung bakar saja jika mereka (pedagang) tidak menurut. wajar dong namanya juga rakyat Indonesia, susah untuk menerima kondisi dan tempat baru. jadi ya sebagai pemerintah di negara Indonesia mesti sabar dan penuh kesungguhan hati dalam memimpinnya.

sesampainya di Semarang, aku langsung minta maaf ke temanku yang nitip dolnas karena aku tidak bisa membawakannya. aku cerita juga dong apa alasannya. mulai dari satu kalimat 'karena Pujaseranya kebakaran', temanku seolah langsung bisa tahu arah obrolanku kemana. dia juga berpendapat bahwa bakar-bakaran pasar seperti itu memang sudah sangat sering terjadi di Indonesia. masalahnya selalu sama, karena relokasi.

menurut pendapat kalian gimana? pernah tidak sih kalian menemukan fenomena seperti ini juga? share di sini ya.. aku ingin tahu. :)

by. si Famysa, penasaran

6 komentar:

  1. Aduuh...syifa kok ada bakar-bakaran pasar segala (kaya' bakar-bakaran sate ajah hehehe). Tapi...di Semarang kayaknya dulu pernah gitu deh. Cuma gak nyampe ludes semua siih (gak begitu jelas soalnya gak langsung liat di TKP). Tapi abis itu pedagangnya pada pindah ke tempat yang baru

    BalasHapus
  2. nah tuh kan mirip2 dit. jadi pengen menyelidiki kebenarannya deh. hhoho

    BalasHapus
  3. kalo dijadikan bahasa jurnalis pasti lebih baik :)

    BalasHapus
  4. iya ya.. ini mah bahasa curhat. hehe :D

    BalasHapus
  5. It's amazing in support of me to have a web site, which is valuable in favor of my know-how. thanks admin
    Also visit my weblog :: Bielizna Damska

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend