sepertinya fenomena 'bukan aku' ini sedang menjamur di segala kalangan. mulai dari kalangan miskin, menengah, elit, pendidikan, masyarakat, pemerintahan, terus apa lagi coba hayooh?
minggu lalu ketika aku mengunjungi Smansa Subang tercinta, pulangnya aku sempat ngobrol-ngobrol dulu dengan Om Ajat (satpam sekolah). kami memperbincangkan tentang jalan depan Smansa yang hancur lebur, nyaris terlihat seperti kolam coklat deh. padahal jalan Ki Hajar Dewantara itu merupakan jalan strategis yang sering dikunjungi. bagaimana tidak, di jalan itu ada GOR + markas DKC Pramuka, TKIT + SDIT 'Alamy, markas PKS, SMK Bina Teknologi (Bintek), Akbid + SMK Bhakti Nugraha, Smansa Subang, klinik dokter, dan sebuah SD negeri. belum lagi beberapa bangunan kos-kosan, warung makan, dan rumah warga.
dulunya (waktu aku kelas X), belum ada gedung Akbid + SMK Bhakti Nugraha yang berada tepat di samping kanan kosanku, dan tepat berseberangan dengan Smansa. di samping kanan Akbid + SMK juga dulu belum dibangun kos-kosan + ruko 2 lantai. kosanku juga dulu masih sedikit kamarnya, sedangkan sekarang lahan kosongnya sudah dibangun kamar-kamar semua.
setelah aku kelas XI semester 2, semua bangunan-bangunan (tersebut di atas) sudah kokoh berdiri. bila musim hujan tiba, aku bahkan bisa merasakan BANJIR. ya! kosanku kebanjiran. tak tanggung-tanggung, ketinggian banjirnya sampai menutup tumit, nyaris sampai betis. padahal lantai kosan itu tinggi. tapi tetap saja air bisa menerobos masuk. huaah... hujan, mati lampu, gelap, banjir pula. pokoknya bila musim hujan sudah di depan mata, semua warga kosan sudah mulai was-was dan antisipasi ini-itu.
menurut pengamatanku, mengapa kosanku bisa sampai kebanjiran, itu karena tidak ada lagi tempat air berlabuh. jadi deh si air itu menari-nari bahkan tertidur pulas di sekitar jalan raya dan di depan kosanku. tadinya air dari jalan akan mengalir ke arah kebun dan jalan kecil yang kini sudah berubah menjadi bangunan Akbid + SMK. memang jajaran kosanku, Akbid +SMK dll struktur tanahnya lebih rendah daripada jajaran Bintek, Smansa, dll. jadilah si air mengalirnya ke arah kosan dan berdiam diri di sana.
nah.. kembali lagi ke perbincangan antara aku dan Om Ajat. Om Ajat bercerita bahwa masing-masing perwakilan dari Smansa, Bintek, Akbid, dan owner kosan sudah melakukan konferensi meja panjang. wkwk.. isi pembahasannya yaitu tentang jalan yang hancur lebur itu, yang memang berada di depan Smansa, Bintek, Akbid, dan kos-kosan. mereka mendiskusikan solusi menghilangkan banjir untuk jalan tersebut. Om Ajat lalu malah mengeluhkan hasil diskusinya. katanya masing-masing dari peserta konferensi tidak ada yang mau mengacungkan diri untuk menjadi relawan pembuat saluran air. bahkan pihak Akbid sendiri pun menolak. padahal jelas-jelas banjir terjadi karena kebun yang dulunya tempat air mengalir kini dibangun gedung Akbid. gedung Akbid itu lah yang menjadi penghalang si air sehingga air menjadi diam di jalan dan menyabet kos-kosan. pihak Akbid tidak mau membuat saluran air. kata si Om, semua peserta konferensi saling menyalahkan. ini menyalahkan itu, itu menyalahkan ini. semua saling menyalahkan, 'itu salahmu, bukan salahku. seharusnya kamu.. bukan aku.' akhirnya ya begitulah.. jalan tetap banjir dan semakin hancur. kosan juga tetap menjadi lahan empuk buat si air.
![]() |
pict from here gambar memperlihatkan aksi demo 'blokade jalan & mancing mania' oleh warga sekitar yang menuntut perbaikan jalan pada Pemda setempat |
lalu beberapa hari yang lalu aku menonton berita di TV yang membahas tentang mainan anak beracun. menurut berita, beberapa pihak saling lempar tanggung jawab mainan anak beracun tersebut. pihak A menyatakan bahwa mereka belum bisa bertindak sebelum label SNI pada mainan anak diterapkan. pihak B menyatakan bahwa membuat daftar mainan anak yang aman dipakai butuh waktu yang agak lama. pihak C menyatakan bahwa untuk bisa mengecek mainan-mainan tersebut maka dibutuhkan tambahan gedung penelitian SNI. pihak D menyatakan bahwa produsen lah yang harus lebih hati-hati dalam memilih bahan-bahan mainannya. dan seterusnya deh. semuanya saling lempar sana-sini.
bukankah seharusnya kita bekerja sama untuk menyelesaikan persoalan mainan beracun ini? jika pada kenyataannya justru saling melempar tanggung jawab, bisa-bisa semakin banyak anak-anak yang jadi korban.
jangan-jangan benar kata mitos, orang Indonesia baru akan bertindak setelah banyak korban bergelimpangan. loh. kan malu dicap gitu mulu.
nah.. lantas kalau sudah seperti ini kejadiannya, apa yang akan kita, kamu, kalian lakukan?
satu yang perlu diingat. ketika seseorang berkata 'bukan aku, bukan salahku', padahal ia berdusta dan berniat ingin lari dari tanggung jawab, maka sebenarnya selamanya perkara itu akan selalu membuntutinya kemana pun ia pergi. so, yuu mari ahh tanggung jawab dong!
by. si Famysa, social observer
memang.. dalam situasi dimana dituntut kesiapan tanggung jawab bersama untuk menanggulangi hal-hal seperti ini... selalu saja pihak2 yang bersangkutan malah saling menyalahkan dan lari dari tanggung jawab. Mengapa? Karena menyangkut masalah dana, ga mau rugi.
BalasHapusSedih rasanya kalo keadaan ini kian meraja lela di negeri kita ini y adek.. harusnya semua pihak sadar, ini adalah untuk kepentingan bersama, jadi harusnya ditanggulangi bersama, dan kemudian dijaga secara bersama pula....
iya, Tante.. sedih banget. greget rasanya.
BalasHapusgiliran tanggung jawab aja saling lempar, eh giliran ada lahan empuk buat dikorup kompak deh tuh kongkalikongnya. T.T
moga kelak aku bisa memperbaiki keadaan ini dengan tanganku :)
saya lebih memaknai banjir sebagai anugerah :D
BalasHapuswah iya.. Kalo aku sih gara2 sebel liat ada seorang di timeline twitterku tuh hobbynya misuh2 dang mengupat segala sesuatu dgn menggunakan nama binatang tertentu.. Hufft.. Manusia oh manusia..
BalasHapustermasuk aku, yang juga masuk dalam spesies manusia..
Tp mudah2an ga masuk dlm golongan yg tinggi hati dan merendahkan makhluk. Semogaa..
Aih, baca ceritamu ttg 'marak'nya pembangunan yg kayaknya ga memperhatikan unsur daya tampung dan daya dukung wilayah.. Miris juga, efeknya jadi kisruh sana sini -___-
@Andaka: anugrah yg berlebihan lebih tepatnya :D
BalasHapus@Mba Niken: seloooww Mbaa seloooww... :D
kita mah rendah hati ya.. aamiin.. :)
iya, Mba. nanti ada cerita yg lebih bikin miris lagi tentang kehidupan di kotaku. hukhuk
memang kost2annya Syifa daerah mana kok kebanjiran? adik iparku juga kemarin kebanjiran tuh
BalasHapusdaerah Tegal Kalapa, Tan, depan lapang basket Smansa.
BalasHapuswah.. kena banjir juga --"
jadi takut juga kalo pas ngomongin tanggung jawab (terkadang melakukan hal itu sih :P, tapi gak sering loooh). Emang bener yang dikatakan syifa.Kalo aku boleh nambahin ya, Orang2 kita itu bakalan bertindak setelah rapat sekian jam (daripada buang-buang waktu buat rapat mending langsung bertindak doong)
BalasHapusBlognya lucu banget *_*
BalasHapusSalam kenal ya!
hhm... bener bener
BalasHapustampaknya fenomena bukan aku nih lagi ngetren nyaaa
hehhheee....
soalnya susah banget nemuin orang yang ngaku
@Dita: rapat sih boleh.. karena rapat itu juga oenting. tapi yang perlu diingat itu jangan terlalu banyak teori, prakteknya nol besar. yag kayak gini ini nih yang lagi booming.
BalasHapus@Elfrida: makasiih.. lam kenal jugaa :)
@Elsa: iya, Tan.. moga kita tidak termasuk yang seperti itu ya..
kyk kejadian yg beberapa waktu lalu menimpaku, seorang temen udah salah malah mencari kambing ungu, dan aku jadi korbannya, ngomong yg gak2 dibelakang, uhhh, sampek mau berantem tuh aku ma dia, tp temen2 tau sendiri mana yg bener dan mana yg gak, jd malu sndiri dia sampek sekarang, huhh, aneh2 aja dah..
BalasHapusjiahh, curcol banget gw. :D
Karena itu kata-kata sakti buat menghindar dan melindungi seseorang
BalasHapussulit menemukan kejujuran kalo sudah bilang "bukan aku"
@Kira: lucu doong dijadiin kambing ungu. hihihi
BalasHapusternyata orang lain juga memang bisa menilai kita ya. insya Allah kalo kitanya jujur, baik, ya itu lah kita di mata orang lain :)
@Itik Bali: yup bener banget. moga kita gag gitu ya.. salah ya salah, bener ya bener.
wah, parah juga jalannya. semoga cepat diperbaiki :)
BalasHapusparah pake banget deh --"
BalasHapussekarang sih udah dikasih batu2 kerikil gitu (baru aja kemaren). tapi entah deh tahan sampe berapa hari.
memang ya kalau kurang serapan kita juga yg susah. ramainya lingkungan (apalagi dipakai tempat usaha) seharusnya diimbangi dengan tata jalan yg baik. dekat tempat tinggalku juga ada yg (hampir) banjir. memang gak parah, tp kalau nggak ditangani bisa2 bablas T_T
BalasHapussetuju, yuk mulai tanggung jawab. jangan lempar sana-sini dan kalau bisa lakukan sesuatu ya lakukan ;)
iya, Kak.. apalagi Bandung ya udah penuh banget sama bangunan2 doang T.T
BalasHapusyuk ahh.. yang penting mulai dari diri sendiri dulu dan jangan pernah bilang 'bukan aku' terhadap sesuatu yg menjadi tanggung jawab kita sendiri :)