Kamis, 15 Desember 2011

Nurse of TeKa

sebelum hari pelaksanaannya sih, aku biasa-biasa saja terhadap Teka (Temu Keakraban) Administrasi Publik 2011. bahkan cenderung cuek karena pada saat detik-detik terakhir persiapan Teka, bentrok sama persiapan LKMI. sebagai sekretaris di LKMI, tentunya pikiranku lebih terkuras ke sana, aku lebih memikirkan bagaimana LKMI akan berlangsung dengan persiapan yang alakadarnya dan kurangnya personil. higs :'(
#1 day
sampai pada waktu pelaksanaan Teka tiba, barulah aku merasa super sibuk. di awal keberangkatan, aku harus membagi-bagikan kresek anti mabok dan antimo pada tiap-tiap PJ bus. huft.. senangnya aku karena setidaknya di bus 2 (tempatku menumpang) tidak ada peserta yang mengeluh penyakit perjalanan. 
sesampainya di Hotel Kartika Wisata, Kopeng, Salatiga, keadaan masih aman terkendali (keadaan = kesehatan peserta maksudnya). hingga malam tiba, ketika itu sedang berlangsung acara pembukaan dan sambutan-sambutan, mulai banyak panitia yang melapor padaku banyak peserta yang sakit. panitia A memberi tahu ada peserta di pojok kiri yang sakit, panitia B memberi tahu ada peserta yang butuh kayu putih, panitia C memberi tahu ada peserta di bagian tengah yang butuh tolak angin. whuaa si aku mulai bingung. kucoba tangani peserta yang sakit satu persatu. ketika aku menghampiri peserta yang tertunduk lesu (sebut saja namanya Linda), kutanya dia kenapa. dia bilang tidak apa-apa. padahal sudah jelas-jelas badannya demam. kutawari dia minum obat. awalnya dia menolak, tapi karena kupaksa akhirnya dia mau. setelah minum obat, dia tetap tidak berkutik di ruangan itu. kupikir lebih baik dia istirahat di kamar daripada tetap di aula tapi tidak bisa fokus, merepotkan teman-temannya, mengganggu suasana peserta lain yang sedang bersuka ria. well, finally i bring her to her room. belum beberapa lama aku mengurusi Linda di kamarnya, aku mendapat laporan bahwa ada peserta yang pingsan karena alergi dingin dan asma. whuaa aku panik #lebayisasi. kutitipkan Linda pada petugas kesehatan yang lain, sedangkan aku meluncur ke tempat si pingsan diamankan (sebut saja namanya Dinda). ooo maan... wajahnya pucat, nafasnya terengah-engah. untungnya dia tidak lupa membawa semprotan asmanya (gak tau namanya maklum). kalau sampai lupa mah beuuh ya bisa-bisa berabe. bagian kesehatan kan tidak menyediakan obat mahal dan pribadi seperti itu (ketahuan kere dananya deh --"). alhamdulillah si Dinda ini lama-lama membaik juga. dia minta dijemput bapaknya pulang. syukurlaah satu tugas berkurang. hehe..
heran sama foto ini kenapa berkali-kali diupload hasilnya tetap rusak? >,<
aku kembali lagi ke aula. di tengah-tengah ramainya aula oleh tawa panitia maupun peserta, tiba-tiba ada peserta yang menyingkir ke pinggir. kuhampiri dia. katanya dia sakit perut. aku belum mengerti dia sakit perut kenapa. kutanya apakah diare, masuk angin, atau sakit karena haid, jawabnya bukan semuanya. dia juga tidak mengerti itu sakit perut karena apa, yang jelas bukan karena beberapa hal yang kusebutkan tadi. dia hanya minta kayu putih, dan selesai deh.
di penghujung acara.. "Syif, ada yang pingsan!" buru-buru kuhampiri peserta yang pingsan tersebut. aku dan petugas kesehatan lainnya, serta dibantu juga oleh panitia non kesehatan agak kesulitan menyadarkan peserta itu dari pingsannya (sebut saja namanya Pipi). Pipi tak kunjung bangun walaupun sudah kami pijat-pijat keras, kami beri kayu putih, kami tampar-tampar pipinya (jahat ya. hho). setelah agak lama, Pipi baru sadar. tapi tingkat kesadarannya hanya satu persekian persen. haduuh... proses menyadarkannya 100% inilah yang agak ribet. dan pokoKnya singkat cerita, sadarlah dia 100%.
acara pada hari pertama berakhir sudah, peserta dan panitia diperbolehkan untuk bercumbu dengan kamarnya masing-masing. dan apa yang terjadi... baru saja aku masuk kamar, ada laporan bahwa peserta di kamar sekian dan sekian ada yang sakit. kudatangi kamar pertama dulu. ternyata yang sakitnya itu ya yang tadi di aula sakit perut gak jelas. tapi dia bilang dia tidak apa-apa dan tidak membutuhkan obat apapun. ok, lalu kutinggalkan saja nomor hapeku agar jika dia kenapa-kenapa tinggal sms saja. satu persatu kamar kudatangi dan kutanyai, "semuanya sehat kaann? apa ada yang sakiit? butuh obaat?". sampai pada kamar peserta perempuan yang terujung, ada yang mengeluh sakit maag. kuberi dia obat maag, dan selesai. aku lanjutkan perjalananku ke kamar laki-laki.
alhamdulillah di kamar laki-laki keadaan aman terkendali. hanya kutemukan peserta yang meminta tolak angin dan plester saja.

#2 day
sebelum senam dimulai, aku mengunjungi Linda dahulu untuk memberinya makan dan minum obat. kaget juga aku ketika sampai kamarnya ternyata di sebelahnya Linda juga terbaring teman lainnya yang sakit. alhamdulillahnya dia (sebut saja namanya Opi) masih kuat untuk bicara, dan Opi bilang dia sudah minta dijemput bapaknya pulang. bagus! dua peserta gugur meninggalkan medan perang.
saat senam (kalau ada yang ngeluh sakit pagi-pagi gini kelewatan deh --"), amaaan. hehe.. selesai senam, kami semua bersiap-siap pergi outbond. outbond pun diawali dengan penanaman pohon berjamaah di Taman Nasional Gunung Merbabu. lalu lanjut dengan outbond menyusuri pos demi pos. aku kebagian bertugas menjaga pos 1 sebagai sinyal hijau bagi panitia yang jaga di basement. nah berhubung di pos 1 ini para peserta harus turun ke sungai melewati turunan yang licin, maka si aku membantu peserta untuk turun dan naik dengan tambang dadung (kecil).
beres sudah di pos 1, kini saatnya aku mengontrol keadaan para peserta ke setiap pos. aku berjalan ditemani Nindy. waktu itu banyak yang mengeluh maagnya kambuh. ya mungkin itu akibat dari jadwal yang molor. seharusnya sudah masuk waktu makan siang, beberapa peserta malah baru beres dari pos 1. jadi deh obat maag laris. selain obat maag, plester pun juga laris. namanya juga outbond, wajar deh kalau banyak yang terluka lecet atau tergores sesuatu.
setelah kupastikan peserta yang masih dalam perjalanan dari pos ke pos dalam keadaan aman terkendali, kuputuskan untuk duluan ke basement. karena jujur aku capek juga mondar-mandir pos. wkwk #tidak baik, tidak untuk ditiru! dan untungnya aku segera ke basement, karena di sana ada peserta yang terluka kakinya. aku dan Ayu pun segera mengobatinya. ketika aku mengobati dan melihat lukanya, aku berkata seperti ini, "untung gak ada darahnya." lalu si peserta yang terluka itu bertanya, "emang kenapa, Kak?" sontak Ayu yang menjawabnya, "dia kan takut darah." bwahaha ketahuan deh kalau aku bukan petugas kesehatan yang profesional :D
setelah semua peserta berkumpul, panitia telah merancang sebuah games istimewa untuk para peserta. tawuran! ya, tawuran boo :D panitia melempari peserta dengan air (dari plastik, botol, gayung, ember, & bak) agar lilin yang dibawa oleh peserta padam sebelum sampai garis finish. nah, efek samping yang timbul dari tawuran ini adalah banyak peserta yang kedinginan. dan itu membuatku harus keliling menawarkan kayu putih. sampai bahkan ada peserta yang demam akibat sudahlah dia sedari tadi berpakaian basah, tawuran pula. hufftt.. kuberilah dia obat penurun demam. parahnya lagi, ada peserta yang terluka cukup ekstrim akibat terkena lemparan bak berisi air dari panitia tadi. telapak tangannya lecet, berdarah sedikit. tangannya merah, ada luka-luka goresan dan memar. dan punggungnya... wow! merah dan memar. jelas aku panik. secara, di kotak obat-obatan tidak tersedia obat untuk luka dalam seperti memar. akhirnya luka di punggungnya hanya kubersihkan saja. kubilang padanya jika nanti masih sakit juga hubungi panitia kesehatan saja. agak gimanaa gitu memang pada saat membersihkan punggungnya yang luka. habis mau gimana lagi, wong tidak ada petugas kesehatan laki-laki. panitia laki-laki lain yang sekiranya dapat dimintai tolong pun tidak ada. hmm... ya sudahlah, daripada anak orang kutelantarkan, lebih baik kuobati saja.
malamnya... aku kembali menjaga Linda yang tak kunjung sembuh dari sakitnya di kamarnya. saat itu aku berpikir, sedih banget di Teka gak bisa lihat pensi. padahal pensi adalah acara yang paling kutunggu-tunggu. higs... mahal-mahal bayar gak bisa nonton pensi :'(. yaa gitu deh kalau sedang galau. tapi ya wajar dong namanya perawat juga manusia. karena saking galaunya dan karena kulihat Linda sedang tertidur pulas, aku memutuskan untuk ikut tidur barang sebentar saja. baru saja aku menutup mata, terdengar bunyi ketukan yang memanggil-manggil namaku. mereka meminta obat. ketukan dan panggilan itu tidak hanya satu atau dua kali saja, mungkin hingga 10 kali atau bahkan lebih. padahal sudah kubilaaang, kotak obat semuanya dibawa Ayu. aku di kamar Linda hanya menjaga Linda dan mengambil obat-obatan Linda saja. whuaa tidur pun tak terlaksana.

#3 day
pagi hari ketika sarapan, sudah ada panggilan meminta pertolongan dari peserta. kuhampiri. kutanya kenapa. dia menunjukkan luka kecil dengan darah kecil pula di jari tangannya. yaelaah gini doang mesti manggil gue --". pikiran seperti itu tak bisa aku tepis. tapi walaupun begitu, aku tetap mengobatinya dengan lembut #dusta! setelah itu aku yang hendak mengantarkan makanan pada Linda dicegah oleh peserta satu kamarnya. mereka bilang Linda sudah baikan, bahkan sekarang saja dia akan ikut sarapan bersama kita di aula. senanglah aku. akhirnya si Linda ini ada kekuatan juga :) tapi.. tapi eiiits... tak berapa lama, ada yang melapor padaku bahwa lagi-lagi ada peserta yang sakit. setelah kulihat, "ini sih Linda." Linda pun harus kembali lagi ke kamarnya. kutanya teman-temannya Linda tadi sempat sarapan tidak. teman-temannya menjawab Linda tetap tidak mau makan (dari hari pertama sakit), dia malah muntah (muntah cairan tubuh). jujur ada rasa kesal dalam hatiku. si Linda ini sakit, anak rantau, tapi dia tidak tahu bagaimana menghadapi dan melawan sakitnya. dia hanya menangis dan mengeluh. dia tidak mau makan, bagaimana bisa minum obat. dia tidak mau makan, bagaimana mungkin ada yang membantu melawan penyakit dalam tubuhnya. mamahku selalu bilang jika aku sakit aku tetap harus makan walaupun rasanya tidak enak, sebab asupan makanan itulah yang akan membantuku melawan penyakitku. kalau tidak makan ya lemas, mana bisa ada tenaga untuk bangkit dari sakit. huh.
Linda terus mengeluh, "dingiiin, Kak... kakinya dingiiin." buseet daah... waktu si Linda bilang kakinya dingin dengan wajah yang amat memprihatinkan, aku langsung berpikir bukannya dicabut nyawa itu dari kaki dulu ya? katanya sih kalau kakinya dingin berarti sudah dekat dengan ajalnya -- aduuh jangan mati di sini dong, nanti aku yang disalahin. bukannya itu pikiran gila!? hahah tapi ya memang itu yang langsung terlintas saking paniknya dan tak tahu harus berbuat apa. sudah dikompres dengan air hangat, sudah digosok-gosok dengan kayu putih, sudah pakai selimut 3, sarung tangan, kaos kaki, jaket, dia tetap kedinginan. alamaaakk... anak orang iniii >,< jalan terakhir yang kami tempuh adalah menuntunnya untuk tetap mengingat Allah dengan berdzikir dan membantunya untuk berpikir positif bahwa dia pasti bisa sembuh.
menurut laporan dokter yang memeriksa Linda, Linda hanya demam biasa. dia cuma capek, kedinginan, bercampur dengan nyeri haid jadi satu. menurut laporan dari teman-temannya, sebelum berangkat Teka Linda memang sedang dalam keadaan sakit. dia sering tidak masuk kuliah. dan kadang saat kuliah pun dia sering terlihat pucat. intinya si Linda ini memang sering sakit-sakitan. aku menyimpulkan bahwa Linda seperti sekarang ini karena faktor jauh dari orang tua. dulu juga pernah ada temanku yang seperti Linda. waktu SMP sehat-sehat saja, eh ketika SMA di rantau dia jadi sakit-sakitan.
ketika Linda sudah bisa tertidur tenang, aku kembali ke aula. tak terasa acara Teka pun berakhir sudah. saatnya pulaaang :D good bye nurse! hehe..
but totally i'm very happy cause i can took a picture in the middle of ILALANG :)

by. si Famysa, masih sakit :(

10 komentar:

  1. pengalaman yg berharga ya :) btw, untung yg pingsan itu akhirnya dadar. paling serem kalau ada orang pingsan susah sadar :S

    BalasHapus
  2. iya bener kak.. pasti bakalan parno aku mah kalo gitu =O

    BalasHapus
  3. kalau dulu sehat - sehat aja setelah merantau jadi gampang sakit,mungkin karena beban pikiran salah satunya
    karena dahulunya mereka terbiasa santai,enak dirumah berkumpul bersama keluarga

    BalasHapus
  4. yup betul itu mas. makanya bener2 harus siap mental ya.

    BalasHapus
  5. kasihan ya bisa sampai pingsan gitu

    BalasHapus
  6. iya Tan, kasian. tapi ngerepotin juga. ehehe --"

    BalasHapus
  7. acara2 seperti itu bener2 bikin kangen nantinya xD~ kasian tp kalo sampe ada yang pingsan

    BalasHapus
  8. bikin kangen plus ngeselin kalo inget *tuuut*nya. hhehe

    BalasHapus
  9. tapi enak loh ngadain kegiatan seperti ini

    BalasHapus
  10. iya emang enak, bikin ketagihan :D

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend