Jumat, 07 Oktober 2011

All About Walimaturasul Sarah

apa itu walimaturasul?? mungkin pembaca sekalian baru mendengar istilah itu. padahal sebenarnya kan adanya walimatul ursy atau walimatunnikah atau walimahan (versi Sunda), ya...
hohohoo... entah itu istilah datangnya dari mana, siapa yang mengawalinya, tidak jelas asal-usulnya. barusan aku search di Mbah Google juga jawabannya tidak muncul. yang muncul malah organ dangdut Indramayu by Wong Bongas dari Youtube. halah... halaah... itu sudah disebut barusan Bongas Indramayunya. jadi malu deh ah... itu kan tempat yang akan kuceritakan. ckckck... #pura-puranya dimaklum saja deh ya. hehe..
walimaturasul itu berasal dari kata 'rasulan'. gak jelas juga nih kata rasulan ini asalnya dari mana, filosofinya kayak gimana. yang jelas, rasulan itu agak-agak sama dengan hajat sunatan. cuma kalau rasulan ini untuk anak perempuan. 
nah sekarang yang jadi pertanyaannya, bukannya perempuan itu disunat (atau apalah istilahnya gitu) waktu masih bayi? jawabannya ya memang iya... rasulan ini cuma sekedar hajatnya saja. semacam syukuran atau rame-rameannya. biasa deh kalau di kampung kan belum hajatan belum dianggap keberadaannya. hmmm... aneh ya... tapi ya memang seperti itulah fenomena sosial yang terjadi di sana.
nah dibalik sibuknya prepare sebelum hajat, bapakku berkali-kali bilang gini, "Bapa mah hoream da sabenerna hajat-hajat teh, risih." lalu aku balas gini, "lah terus kunaon atuh hajat?" --- "nya terang nyalira di kampung ciga kumaha kahirupanna. hobina miceunan acis. pemborosan wungkul. nu teu penting ge sok diaya-ayakeun. padahal di negara maju mah teu kieu. acis teh ditabung, sanes dihambur-hamburkeun. pantes Indonesia teu maju-maju meureun nya ai pamikiranna carariga kitu mah." wkwkwk... sabar ya, Beh. tapi ekstrim juga sampai bawa-bawa Indonesia gitu ah.
stop! sekarang kita berhenti dulu membicarakan seputar walimaturasul dan ada apa dibalik hajat itu. aku ingin memperkenalkan dulu siapa Sarah pada ceman-ceman cemua #alaybeudd. ~ceritanya tetap berlanjut di bawah kok tenang saja. ;D~
sebelumnya apakah ada yang sudah tau Sarah itu siapa? 
kriiiiiiiiiiikkk............ gak ada yang jawab ya. #ahahaa... gila.
Sarah itu adalah adikku yang paling kecil dari bapak (beda ibu). nama lengkapnya Sarah Nurhalizah. lucu banget deh dasar orang kampung ya.. mentang-mentang si bapak dulu itu lagi ngefans sama tokoh Sarah di sinetron Kiamat Sudah Dekat yang diperankan oleh Zaskia A. Mecca, dan lagi ngefans juga sama Siti Nurhaliza, jadilah terbentuk nama Sarah Nurhalizah. hohoo... untung namaku tidak menjadi korban bapak. ahahaa...
kayak Nyai Roro Kidul ya?? nuansa hijau.
pengantin sudah naik ke (anggap saja) burung rajawali
bentuk syukuran dari hajatan ini adalah dengan mengundang segenap keluarga, relasi, tetangga, dan semuanya yang dikenal deh pokoknya. seperti biasanya saja, di hajatan kan pastinya ada makanan prasmanan dan hiburan. nah kemarin itu untuk hiburannya adalah ibing gotong Sisingaan (kesenian daerah Subang, Jawa Barat) dan Sandiwara (kemarin sih dari Majalengka, tapi gak tau aslinya kesenian ini berasal dari mana). hehe
lalu kenapa kok foto Sarah di atas itu naiknya burung, bukan singa, katanya sisingaan? yap.. jawabannya adalah karena seiring dengan kemajuan jaman, sisingaan itu dimodifikasi menjadi bentuk-bentuk lain, tapi fungsinya tetap sama yaitu untuk menggotong orang (seperti di foto). sebenarnya singanya itu sendiri masih ada, wajib ada dong. cuma sekarang-sekarang ini tuan/nona hajatnya cenderung lebih memilih burung karena ukurannya lebih besar dan terlihat lebih gagah.
lagi apa hayooo?
kelihatan gak tuh si aku lagi ngapain? atau lebih jelasnya buku apa yang aku pegang itu?
bagi yang berhasil ngezoom foto di atas, akan terlihat di atas kertas itu tertulis souvenir.  
untuk apakah buku ituuu?? hmm... tradisi yang agak aneh dan memalukan juga sih (bagi aku mah). tapi lagi-lagi yaa begitulah di sana, di kampung bapakku (Soga, Bongas, Indramayu). jadi buku itu adalah catatan hadiah uang dari para tamu undangan yang datang. nama, alamat, sampai nominal uangnya dicatat booo... dan itu menjadi tugasku kemarin. hhh... dari pagi hingga selesainya acara pada malam hari, kerjaanku di situ lah, mencatat dan mencatat. habis mau bagaimana lagi... sedari pagi waktu aku masih berdandan, namaku dan adik-adikku (Ulfah & Dayah) sudah dipanggil-panggil terus oleh MC. -___-" gak bisa kabur deh.
oh iya, balik lagi ke buku souvenir di atas... maksud dan tujuan dari catatan tersebut adalah seperti (kita ibaratkan) buku tabungan. bukan buku tabungan empunya hajat, tapi buku tabungan para tamu undangan yang namanya tertera di situ. sewaktu-waktu jika salah satu dari nama-nama di dalamnya ada yang hajat dan mengundang bapakku sekeluarga, maka bapak harus memberinya hadiah minimalnya sama dengan jumlah yang pernah diberikan orang itu waktu bapak hajat. mudahnya dapat kita sebut bayar atau ganti gitu lah.
misalnya gini, si A kondangan ke si B. memberi uang 50ribu rupiah. satu tahun kemudian si B hajat, mengundang si A. maka si A memberi si B uang 50ribu juga. 
begitupun kalau hadiahnya berupa beras, maka kelak bapakku harus memberi beras lagi dengan takaran yang sama pada orang tersebut jika hajat dan mengundang bapak. atau bisa juga diganti dengan uang tapi harus seharga beras itu tentunya.
lucu ya....? atau aneh....? hmmm.... hajat kok kayak ngutang kesana-kemari.
ada juga cerita bapakku yang menggelitik hatiku perihal beras hasil hajat. menurut penuturan bapak, kemarin itu ada yang mencuranginya. ada salah satu tamu undangan yang memberi beras, di bungkus (karung)nya tertulis 20 kg (kalau tidak salah, berarti benar ;D). tapi setelah ditimbang ternyata itu cuma 15 kg. bapak dicurangi 5 kg dong ya... kata bapak sih biarkan saja... mungkin orang itu menginginkan sebagian kecil dari harta bapak. hohoo...
capeeek banget deh dari pagi sampai malam jagain tamu, duduk, dan nyatet mulu. mana berisik, ngantuk tapi gak bisa tidur, memikirkan tugas kuliah yang belum dikerjakan. haduh... haduuuuh... sudahlah dari kemarin-kemarinnya aku nonstop tanpa istirahat tambahan kecuali tidur malam. bayangkan saja (gak apa-apa kan ya curhat sedikiiiiiiittt)... Kamis pagi aku berangkat dari Semarang naik kereta. turun di Cirebon lalu dijemput bapak. sesampainya di rumah bapak aku langsung pulang dulu ke Subang naik motor nyetir sendiri. sampai rumah menjelang magrib. malamnya aku masih harus menunggu orang yang mau mengambil pesanan. Jumatnya aku ke Subang kota untuk mengantarkan pesanan, lalu ke desa pelosok untuk menengok adikku yang sedang kemah, malamnya langsung ke rumah nenek di Gantar, Indramayu. Sabtu paginya ke rumah bapak, mengurus hajat seharian penuh. hoaaamm.... pegeeeelll.... apalagi jika ingat besok paginya aku harus langsung ke Semarang lagi. capek deeeeh...
hmm.... oleh karena aku terlalu lelah, aku jadi tidak bisa menonton sandiwara pada malam harinya. awalnya sih memang sudah berniat akan nonton. tapi ketika sandiwara baru mulai sebentar, mataku sudah tak bisa diajak kompromi. tewas deh aku. hehe... yang nonton cuma Ulfah & Dayah. hebat deh mereka begadang sampai pagi nonton. ckck... akunya sih cuma kebagian nonton sambutan Pak Kadesnya doank. aku ingat sekali tuh si Pak Kades sekalian promosi Jampersal (Jaminan Persalinan) bagi warga kurang mampu.
eh, eh iya, dari hajat itu, bapakku mendadak jadi banyak uang. wuiiihh gak tau deh berapa triliun uang yang terkumpul #lebay. tapi... banyak uang, hutangnya juga banyak (kata bapak).
makanya hati-hati kalau mau hajatan di tempat yang menganut paham seperti itu.. waspada sajoo. hohoo...

ceritanya berlanjut yeeee.... xD sekarang sudah dulu... aku pamit duluuu...

by. si Famysa, sedang murung

5 komentar:

  1. iya aku kaget loh waktu kondangan kedaerah sana sampai dicatat gitu

    BalasHapus
  2. iya emang gitu tan. udah jadi budaya gitu, jadi susah dihilanginnya.

    BalasHapus
  3. yah tapi itu termasuk warisan budaya Syif, galau juga kalau gg ada yang melestarikan :(
    hhahha gw juga aneh dah sopannya ngasih kasarnya nabung yee :P

    BalasHapus
  4. Waaaah jadi petugas pencatat tamu yg datang. :D

    BalasHapus
  5. @Tiara: emang bikin galau deh warisan budaya yang kayak gitu2an tuh.. apalagi yang rada2 nyerempet ke agama. hmm... dilematis.
    yoa bener, nabung. hoho

    @bang Asop: boleh dicoba bang xD

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend