Kamis, 02 Juni 2011

Tender Kepala Sekolah

setelah berbincang-bincang dengan mamahku tadi, aku jadi penasaran ingin tau apa sih pengertian 'tender' itu sebenarnya. beruntungnya sinyal mobi kali ini sedang bersahabat denganku sehingga aku tak perlu menunggu jam 12 malam agar bisa ngenet. hohoo *ndeso banget yaa..
TENDER itu.. menurut jawaban dari Yahoo Answer yaitu:
Keppres No. 80 Tahun 2003
Adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa.
Kamus Hukum
– Adalah memborong pekerjaan/menyuruh pihak lain untuk mengerjakan atau memborong pekerjaan seluruhnya atau sebagian pekerjaan sesuai dengan perjanjian atau kontrak yang dibuat oleh kedua belah pihak sebelum pekerjaan pemborongan itu dilakukan.
Dengan memperhatikan definisi tersebut, pengertian tender mencakup tawaran mengajukan harga untuk:
– Memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan;
– Mengadakan barang atau jasa;
– Membeli barang atau jasa;
– Menjual barang atau jasa.
dan ternyata memang pengertian tender itu sesuai dengan pengertian tender yang ada di benakku. lantas, apa yang kalian pikirkan tentang tender kepala sekolah? kenapa bisa ada tender seperti itu? memangnya kepala sekolah itu sebuah proyek? jika memang kepala sekolah adalah sebuah proyek, bagaimana dengan akuntabilitas selanjutnya terhadap sekolah, terhadap pelajar?
tadi mamahku cerita seperti percakapan di bawah ini dengan temannya yang mencalonkan diri menjadi kepala sekolah. (keterangan: M = mamah, T = temannya).
M: bu, gak datang ke pertemuan sekarang ini? (baca: pertemuan untuk tender kepala sekolah)
T: enggak ah.. saya mah gak minat. lagian gak akan menang tendernya juga.
aku menyela, "hah! tender! tender kepala sekolah?!" lalu mamahku menjelaskan bahwa memang saat ini untuk menjadi kepala sekolah itu butuh modal yang besar. sebelum memutuskan seseorang jadi kepala sekolah itu, mereka (pihak panitia) mengadakan semacam lelang gitu deh, yang berani bayar besar, berarti dialah yang dapat tender. kata mamah, guru senior yang menurutnya pantas untuk menjadi kepala sekolah malah gak masuk sebagai calon sama sekali. aneh. ckckck... mau seperti apa pendidikan Indonesia ke depannya jika pemimpin sekolahnya saja sudah seperti itu.. pendidikan dijadikan tempat berpolitik ria. aduh mameenn.... pelajar-pelajar sekarang sedang dipermainkan, sedang diajarkan yang tidak benar. dengan adanya tender kepala sekolah ini seolah menyiratkan metafora pada kita bahwa segalanya akan beres jika ada uang. pendidikan, kualitas, mutu dinomorsekiankan.
ada juga obrolan mamah dengan calon yang lain. 
M: kalau saya punya uang 100juta mau saya bikin usaha deh. tapi berhubung gak ada, ya gak ada juga usahanya.
T: aah saya mah mending dipake buat tender ini aja (baca: tender kepala sekolah).. saya takut kalau investasi buat usaha, nanti saya gak bisa menjalankan usahanya, nanti malah rugi, uangnya hilang deh. tapi kalau untuk tender kan gak akan hilang. saya jadi kepala sekolah, uang juga ada nantinya, gak akan rugi, malah mungkin juga ada pemasukan yang lain.
weks.. heran aku sama pola pikir orang itu. kalian heran gak sih? disaat aku ingin jadi pengusaha, eh ada paradigma seperti itu. huftt... *harus kuat iman.
dulu pernah aku bercita-cita ingin menjadi kepala sekolah. tapi bapak dan mamahku bilang "jangan mau jadi kepala-kepalaan, gak enak. tanggung jawabnya aja gede." sepertinya aku baru sadar maksudnya sekarang setelah mengetahui berbagai fenomena di dunia perkepalaan. hmm...
eh coba deh bayangin.... untuk jadi kepala desa, kepala daerah, anggota dewan, dll., seseorang rela merogoh kocek yang tak sedikit untuk kampanye dan tetek bengek pencalonan. akhirnya apa yang terjadi?? terciptalah 'politik balik modal'. -gak mau tau pokoknya saya harus bisa mengembalikan uang saya yang dulu terpakai untuk bisa menjadi seorang bupati seperti sekarang ini-. muncullah korupsi dimana-mana. dari mulai tidak memasukkan dana 5% dari pajak untuk APBD, tidak menyalurkan bantuan sapi untuk rakyat (malah diternak dan dimakan sendiri hasilnya), tidak memperhatikan kondisi jalan yang sudah amat butut, tidak, tidak, tidak lain-lain lah. kemudian siapa yang dirugikan? rakyat bukan?!
lalu apa yang akan terjadi jika ada tender kepala sekolah? kemudian siapa yang dirugikan? 
tak inginkah kita, mereka memberikan yang terbaik untuk pemuda-pemudi.. tak layakkah para pelajar itu mendapat pendidikan yang maksimal.. 
sering kudengar keluhan mamah tentang anak-anak Pramuka yang selalu tak diizinkan mengikuti perlombaan (selain dinas yang lebih tinggi). kenapa alasannya? tak ada dana. padahal bukannya dana ekstrakurikuler itu dianggarkan. hmm... tentang gaji honorer yang sering macet karena uangnya dipinjam dulu oleh pak kepsek untuk berobat, tentang koperasi sekolah yang sering merugi karena modal simpanannya dipinjami terus oleh anggota, tentang tanda tangan kepsek di ijazah yang dipalsukan oleh staf TU, tentang guru PNS yang tak bertanggung jawab mengajar, tentang bendahara sekolah yang memakai dana sekolah untuk proyek pribadinya. aaahh..... dan masih banyak lagi. prihatin saya! coba jika dari awal pemimpinnya itu sudah bagus, pasti dia akan menebar ion-ion positif di daerah kepemimpinannya. lha ini... kepseknya saja seperti itu, apalagi jika lewat tender, mau bagaimana sekolahnya? aduh... aduuuh....
kadang aku berpikir... Indonesia memang akan hancur. astaghfirullaaah..... >< aku berpikir seperti itu karena memang realita yang terjadi sehari-hari justru menunjukkan ke arah semakin hancur.
entahlah.. kuharap ini hanya terjadi di sini, di Subang, tapi tidak di tempat lain di negeri tercinta Indonesia...
yang perlu diingat olehku, diantara 100 pintu rejeki, 99 : 1 adalah 99%nya jadi pengusaha/pebisnis dan 1%nya jadi PNS. jadi jangan harap jadi PNS anda bisa kaya. gak ada PNS yang kaya, itu mustahil.. kecuali dia sambil berbisnis atau korupsi. hahahaa.... ~by. Pak Makmur Sutisna~
go a success enterpreneur aja, Syif!!!

by. si Famysa cantik ^^ 

7 komentar:

  1. hhohho dimodif ya 99% pedagang 1% pegawai :D
    wah ada acara tender segala, busuk banget lah, pendidikan harusnya bersifat apolitis kan, malah terlalu banyak intervensi ==a

    BalasHapus
  2. @Tiara: iyaa.. yang di atas mah kan versi pak Makmur (Kadispen Sbg). hhoo.. lama2 ada tender calon suami/istri kali ya. ahahaa

    @Mom Lid: wah dalem benerr tan :D

    BalasHapus
  3. weh, baru tau juga klo mau jadi kepala sekolah juga ada acara tender2an segala. kayak mau nyalon jadi anggota DPRD aje weleh2...
    sebagai generasi penerus qta jangan jadi kayak gitu. apa2 mainnya duit melulu. ntar yg kaya jadi semakin kaya en yg miskin jadi tambah miskin donk. klo kayak gini terus kapan indonesia mau maju???!!

    BalasHapus
  4. @Dita: ya makanya itu dia dit yang ada di benakku..
    jangan jadi penerus ah, tar yang jeleknya juga diterusin donk. hehe.. kita jadi pendobrak saja!! merdeka!!

    BalasHapus
  5. hahahaa...nice post..remaja bicara politik..maka tanamkam perubahan dan bukan warisan keburukan...
    jangan ikut jadi konspirator dalam sebuah konspirasi....^^
    keep writing...^^

    BalasHapus
  6. wong aku kuliahnya juga di politik kak. hehe
    siap laksanakan!! :D

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend