Selasa, 17 Mei 2011

Mereka Bilang Dia........


Oleh: Syifa Azmy Khoirunnisa
Ini adalah cerita tentang seorang kawan. Tempo itu kami dipertemukan dalam satu kelas, kelas X-1. Namanya sebut saja Vita. Orangnya baik, pendiam, tidak neko-neko, berkerudung lebar pula. Tapiiii..... kalau boleh jujur niiih... dia juga gendut, item (maaf), jerawatan, penyakitan, keringetan mulu pula. Hoho.. Dia selalu bilang kalau di sini dia hanya seorang diri. Dari SMPnya tidak ada yang lulus satu pun ke SMA tempat kami berpijak sekarang kecuali dia. Boleh lah kita sebut dia anak kampung, atau gadis kampung, lebih kerennya kembang desa mungkin. Sebab dia memang berasal dari kampung, di suatu kecamatan pedalaman nun jauh terpencil di pelosok kabupaten sana jika aku boleh berlebihan. Hehe.
 Teman sebangku Vita adalah Ina. Aku agak menyayangkan juga kenapa Vita sampai bisa sebangkunya dengan Ina yaa... padalah boleh dibilang kan Ina juga sama-sama merasa rendah diri seperti Vita. Bisa-bisa kalau mereka disatukan malah semakin membuat Vita maupun Ina makin berputus asa sekolah di sini, di salah satu Sekolah Bertaraf Internasional. Namun setelah 3 bulan pertama kami belajar, hari itu ketika selesai mid semester, Ina memutuskan untuk pindah sekolah. Dia tak tahan berlama-lama sekolah di sini. Lihat saja semua mata pelajaran dia remedial, pantas deh kalau gak tahan. Hohoo... Akhirnya Ina pindah, dan sendirilah Vita di bangku pojok.
Iseng-iseng kuhampiri Vita, kuajak dia mengikuti ekskul Pramuka bersamaku. Cerita punya cerita, ternyata si Vita ini dulunya (waktu di SMP) ketua ekskul Paskibra dan sekretaris OSIS di sekolahnya loh.. hebat bukan?! Tapi entahlah kenapa justru di sini yang lebih banyak dia tonjolkan adalah kekurangannya, bukan kelebihannya.
Setelah kami diterima sebagai anggota Pramuka, awalnya dia senang karena sedikitnya dia bisa mengaktualisasikan dirinya. Lama-kelamaan, tetap saja dia mengeluh terus. Dia selalu menjadi bahan olok-olokan teman-teman anggota pramuka yang lain. Disebut ‘galon’ lah, ‘teteh Ganesha’ lah, yang itu semua berarti ejekan atas badannya yang big size. Setiap kali dia mengeluh, setiap kali itu pula aku berusaha untuk menguatkan dia untuk bertahan barang sebentar saja, karena nanti kita lah yang akan menjadi pejabatnya, dan setelah kita menjadi pejabat nanti masa sih ada adik-adik kelas yang berani mengejek dia. Yes! Akhirnya dia pun oke untuk bertahan.
Pernah suatu hari wali kelas mendatangiku ke kosanku. Aku kira beliau ada perlu apa, ternyata hanya ingin menginterogasiku mengenai Vita. Kenapa Vita jarang masuk kelas? Penyakit apa yang dideritanya? Apakah orang tuanya tahu? Sedangkan apa yang Vita kerjakan di kosannya? Aku jawab sekenanya sajalah, setahuku. Wajar saja jika wali kelas sampai segitunya, sebab memang semua itu perlu dipertanyakan. Yang aku tahu, mungkin Vita sakit-sakitan karena faktor stres. Vita merasa minder dan rendah diri karena dia merasa dirinya bodoh, tak punya apa-apa, tak punya teman, gendut, jelek, dll. Sudah sering sekali  kukuatkan dia agar jangan terlalu merisaukan hal itu, yang penting dia bisa bersyukur dan menikmati hidupnya sendiri. Tapi ternyata tidak semudah itu membangkitkan orang lain.
Berkenaan dengan sakit-sakitannya Vita, hingga ada anak cowok yang berkata seperti ini pada teman-teman sekelas, “Ih aku mah mendingan bertubuh kurus deh. Daripada si Vita gemuk-gemuk tapi sakit-sakitan mulu. Apa gunanya coba itu timbunan lemaknya..” ckckck... aku pikir orang-orang kok repot amat ya ngurusin si Vita. Hmm...
--0--
Horeee naik kelaaas.... sekarang aku sudah kelas XI, tepatnya kelas XI IPA 3. Anugerah atau musibah terbesarnya ternyata aku sekelas lagi dengan si Vita. Ini berati selama 3 tahun kita akan selalu bersama. Baik dalam senang maupun susah. Higs.. *hiperbola.
Perjalanan Vita di kelas XI IPA 3 ini ternyata tidak terlalu mulus juga. Bahkan mungkin lebih terpuruk daripada waktu di kelas X-1 dulu. Dengan guru kimia yang maksa supaya kita jago kimia, guru olahraga yang killer, guru seni rupa yang menyebalkan, huh kurasa itu akan sangat berpengaruh pada kehidupan Vita. Ditambah lagi dengan anak-anak yang berbeda. Kebanyakan di kelas ini anak-anak cowoknya nakal dan ceweknya centil-centil. Ada ejekan baru untuk Vita, ’Anabela’. Vita dan aku tidak tahu siapa itu Anabela dan kenapa ejekan itu bisa sampai ditujukan ke Vita. Katanya sih Anabela itu tokoh dalam salah satu iklan di televisi, entah itu iklan apa. Sosoknya gendut, ngasal, slengean lah.. (katanyaa...)
Pernah suatu hari ada perlombaan baris-berbaris antarkelas, semua siswa yang badannya tinggi-tinggi hampir semuanya diminta untuk ikut serta ke dalam perlombaan, termasuk aku. Aku merasa heran kenapa Vita tidak ada yang mengajak atau sekedar bertanya dia ingin ikut atau tidak, padahal dia kan tinggi, mantan ketua paskibra SMP pula. Kan lumayan tuh buat ngelatih kita-kitanya. Tapi, ketika deadline lomba tinggal sebentar lagi, mendadak para personil kelas XI IPA 3 berguguran. Alasannya macam-macam, ada yang malas lah, gak ada bakat paskibraka lah, sibuk lah, dan lain sebagainya. Kalang-kabut deh tuh si danton (komandan pleton). Tiba-tiba, terpikir lah nama Vita. Vita akhirnya diajak.
Lantas seperti inilah yang dia katakan padaku, “Vita mah ngerasa gak dianggap di kelas tuh, Syi. Mereka nyamperin Vita saat mereka lagi ada maunya aja. Iya lah emang Vita gak punya apa-apa. Vita jelek, gendut, gak pinter pelajaran apa-apa... tapi kepingin Vita ya jangan gitu-gitu amat sama Vita.” Ya Alloh tolong.... Aku sih bingung...
Suatu hari pernah aku dengar salah satu anak cewek genk modis bicara seperti ini pada teman-teman segenknya, “Ih risih deh kalau lihat si Vita. Gembrot, gayanya nggak banget, gitu-gitu mulu, pake kerudungnya gitu, bajunya gitu. Aduuuh norak deh.” Tanpa aku tahu ternyata si cewek itu juga mengutarakan hinaannya di depan Vita sendiri. Sadis. Tapi takjubnya aku, Vita tidak lantas menangis. Dia justru berani berkata pada penghinanya bahwa biarlah orang berkata apa, karena memang inilah Vita apa adanya. Waw. And do you know?? Jika aku ceritakan kehidupan si cewek tukang hina itu sekarang tidak jauh lebih baik dari kehidupan Vita.
Terakhir aku melihat Vita waktu liburan semesteran kemarin. Subhanallah... Vita ternyata tetap istiqomah berkerudung besar meskipun dulu habis-habisan dihina-hina. Dia tampak lebih segar sekarang. Dia bercerita bahwa dia sekarang senang dengan kehidupan kuliahnya. Dia merasa kini dia lebih hidup, lebih berarti. Tidak seperti waktu di SMA dulu yang teman-temannya pandang bulu, yang dia selalu merasa terkucilkan. Dahsyatnya lagi, dia sekarang sudah menjadi guru honorer di salah satu SD Negeri di kecamatan tempat tinggalnya.
Ternyata memang benar, keadaan seseorang saat ini tidak dapat menjamin keadaannya di masa depan. Tergantung bagaimana seseorang itu mencoba menata hidup dan merubah keadaannya menjadi lebih baik dari hari kemarin.

by. si Famysa baik hati ^^

3 komentar:

  1. semua tergantung kitanya ya untuk masa depan

    BalasHapus
  2. Nice story . Loh kalau dari pandangan gw ya justru si Vita (sebut saja Bunga loh hhohho) itu justru diperhatiin, klo gg diperhatiin gg bakalan ada yang ngejek-ngejek. terkadang orang mengejek untuk mengalihkan kenyataan dari diri mereka terhadap orang lain ckck

    BalasHapus
  3. @mom lid: yup bener bgd! :D

    @tiara: yup bener juga! hehe..
    (udah Vita juga nama samaran, diganti lagi bunga. piye tho? xexe)

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend