Minggu, 22 Desember 2013

Lika-liku Anak Gaul Jakarta

Perjalanan menuju Ibukota dua minggu yang lalu benar-benar menguras bak mandi *eh, emosi maksudnya. Berbekal tekad ngebolang yang sangat tinggi, walaupun tak ada cukup bekal (baca: duit deeh -_-) dan persiapan, aku tetap keukeuh pergi. Sebenarnya perjalanan kala itu berawal dari ajakan temanku, Azizah untuk mengikuti acara NCDA (next post insya Alloh akan kuceritakan). Tapi yang terpikirkan olehku justru perjalanannya, bukan acaranya. Hahaha dasar cah gemblung :P Bahkan kubilang pada Zizah, "lolos atau pun tidak, aku akan tetap ikut ke Jakarta." weks.. Sampai Zizah bertanya, "yakin, Cip? Emang ada dananya?" Hahaha sangsi gitu deh Zizah... Dan ternyata aku lolos! aku diterima menjadi peserta NCDA itu. Aaah senangnya... Setidaknya akan ada sangu dari bapak untuk acara tersebut :D Alhamdulillah niat ngebolangku diridhoi oleh Alloh. Ngebolangku kan tidak sekedar hura-hura, tapi ngebolang yang harus mendatangkan ilmu baru.
nasgor di KA Tawang Jaya
Kami berangkat hari Kamis, 5 Desember lalu naik kereta ekonomi AC Tawang Jaya (sing murah-murah wae.. sing penting nyampe di tempat tujuan dengan selamat :D). Hari yang penuh emosi. Bukannya bersiap packing, siang harinya aku masih sempat-sempatnya ke kampus untuk mengambil revisian skripsi dan Zizah juga akan menghadap dosen pembimbing magangnya. Ditongkrongin di depan ruang jurusan sampai jam tiga sore lebih, dosen pembimbing magang Zizah tak juga datang. Akhirnya kami pun pulang dan packing. 
Langit sudah mendung pertanda akan segera turun rintik-rintik air dari langit. Kami yang tadinya mau berangkat jam lima sore, harus mengulur waktu karena Ayu yang akan mengantarkan kami ke stasiun belum juga pulang kuliah. Hingga akhirnya Ayu baru pulang ketika aku selesai solat maghrib plus isya (dijamak). Aku sudah posisi siap di motor. Eh lalu Isna (yang mau nganterin juga) bilang dia ingin pulang ke kosannya dulu. Baah.. Karena panik, aku langsung terpikir untuk pergi duluan ke stasiun dengan Zizah. Nanti Ayu dan Isna menjemput motor di stasiun. Kunci, STNK, dan tiket parkirnya akan kutitipkan pada satpam. Dan berangkat lah aku dengan Zizah. Wuuusss..... 
Sesampainya di Stasiun Poncol, kami masih punya waktu 15 menit untuk menunggu Ayu dan Isna. Tik tok tik tok, 10 menit berlalu. Mereka belum juga tampak batang hidungnya. Kereta kami akan segera lepas landas lima menit lagi! Niat awal akan menitipkan kunci, STNK, dan tiket parkir ke satpam tidak jadi kulakukan. Entah kenapa aku ragu. Terlebih karena sorot mata Zizah yang sepertinya berkata, "jangaan.. jangan dititipkan ke satpam. Itu motor orang (motor Ayu yang kubawa). Taruhannya jutaan duit." Hehe...
Dalam keadaan hati dag-dig-dug tak karuan, antara takut terlambat kereta atau takut motornya hilang, tiga menit sebelum kereta berangkat, Ayu pun datang. Whuaa... Adegan yang dramatis. Kunci, STNK, dan tiket parkir kuserahkan pada Ayu. Tidak ada ciuman perpisahan antara kami. Aku hanya mengucapkan terima kasih dan dadaah sambil tergesa-gesa masuk ke antrian penumpang.
sok-sokan vegetarian dinner at d'Cost , padahal ngirit :P
Beberapa saat di kereta, ada yang membuat kami merasa terganggu. Bapak yang duduk di sebelahku mengambil jatah bangku terlalu luas. Bapak itu membuatku terdesak ke Zizah. Saking luasnya jatah yang diambil si bapak, sampai ada bapak lain yang lebih kurus duduk di sebelah bapak itu! Bangku jatah tiga orang terisi empat orang dong, woow!! Aku dan Zizah yang menderita. Huahuaa :'( Zizah pun berusaha menegur bapak-bapak itu. Setelah teguran, bapak yang kurus kembali lagi ke bangkunya yang dipakai tidur oleh anaknya. Bapak sebelahku pun agak bergeser. Aah... Lumayan legaa... 
Tapii... terguran itu tidak bertahan lama sepertinya. Si bapak kembali mendesakku lagi. Perlahan namun pasti ia bergeser terus ke arahku sambil pura-pura tidur pulas. Kami benar-benar merasa terganggu. Kenapa si Bapak cenderung bergeser ke arahku? Padahal sebelah kirinya masih ada space tersisa. Dalam keadaan tak nyaman kami terus mencari ide. Menegur sudah, menyindir sudah, bergerak tak nyaman sudah, kultwit juga sudah *eh :P. Sampai akhirnya Zizah punya ide 'baca Al-Quran'. Hahaa... Dan karena Zizah sedang berhalangan, jadi hanya aku yang membaca. Keras-keras kubaca, sekeras yang kubisa. Ketika sampai di lembar ketiga surat Al-Kahfi, si bapak pun pergi, dan tak pernah kembali lagi. Bwahaha... berasa ngusir setan gak sih? *oops :D Alhamdulillaaah kami senang sekali bisa duduk dengan layak.
Kami sampai di Stasiun Pasar Senen Jakarta sekitar pukul empat pagi. Lalu kami naik taksi ke rumah Zizah di Tanjung Priuk. iya, si Zizah emang anak Jekarteh :) Sesampainya di rumah Zizah, setelah solat subuh, kami langsung tiduuurrr untuk menyiapkan tenaga. Sore harinya kami akan ke Kuningan, ke lokasi acara NCDA. 
Sekitar pukul setengah lima sore, kami sudah siap berangkat ke Kuningan. Kami berjalan menyusuri gang, melewati jalan tikus agar cepat sampai ke jalan raya, lalu kami naik metro mini sampai ke halte Trans Jakarta (TJ) terdekat, dan naik lah kami ke TJ. cerita baru pun dimulai di sini. 
Dalam penuh sesak di TJ, aku mencoba untuk tetap menyeimbangkan tubuhku. Lama-lama, entah sejak kapan aku kurang sadar, ada bapak-bapak yang gelagatnya mencurigakan di belakangku dan Zizah. Si bapak berdiri di antara kami. Tangan kirinya pegangan ke pintu TJ, seperti sedang berusaha mencari posisi agar bisa merangkulku. Lama-lama si bapak makin mencurigakan. Padahal dia bisa pegangan ke pintu TJ yang terdekat dengan tubuhnya, tapi ia maksa pegangan ke arah samping depannya, ke arahku! Sekarang aku tidak bisa tinggal diam. Belum hilang rasa tak nyaman di kereta, eh ini sudah ada lagi bapak yang cabul di TJ --" Aku mengambil jarum pentol di tasku, kupegang jarum itu erat-erat untuk jaga-jaga. Jika bapak itu berusaha merapatkan tubuhnya ke tubuhku, aku tak akan segan-segan menusuknya. Hahaha... *otak iblisnya keluar. Habisnya si bapak cabul banget, busnya goyang saja tidak, tapi si bapak cari-cari posisi seolah terdesak terus. Huh!
Sebelum aku berhasil menusuk si bapak, sepertinya si bapak sudah sadar duluan kalau aku memegang jarum. Akhirnya tangan kiri si bapak menjauh dariku. Si bapak bergeser ke sebelah kanan. Dan ooohh... Ia berganti mangsa... Kali ini ke Zizah. Duuh aku jadi semakin tidak nyaman. Perasaan tak karuan. Pegalnya kaki menahan beban tubuh yang terus berdiri dan macet-macetan tidak seberapa dibanding ketidaknyamanan hati ini :'(
Tiga jam perjalanan Priuk-Kuningan telah kami lalui. Transit sana transit sini, jalan dari satu halte ke halte lain di tengah guyuran hujan, pergulatan hati yang tak menentu. Oooh... so dramatical journey... 
Di Kuningan, kami menginap di kosan Rizka, di daerah Menteng Atas, tetangganya Rasuna Zone. Keluar dari halte TJ, kami langsung disambut oleh semacam mall. Berbagai macam tempat makan yang agak mahal (bagiku) berderet di sana. Baah.. Langsung saja aku membayangkan bagaimana kerasnya kehidupan Rizka di sana. Di tengah gedung-gedung pencakar langit, di tengah tempat ngehedon, ckck... apa jadinya kalau aku yang kuliah di daerah sana. Kecekik kayaknya aku. hahaaa *lebay.
Di perjalanan menuju kosannya, sambil berjalan kaki, Rizka bilang, "Kak, nanti jangan kaget ya.. Kita ini masih di surga, mau jalan ke neraka." Awalnya sih aku tidak terlalu mengerti apa yang Rizka maksud. Tapi setelah kami melewati pintu kecil setelah apartemen-apartemen parlente itu, taddaaa.... di sana lah Menteng Atas. Sangat jauh berbeda dengan kondisi tetangganya. Haduuh... Begitu yaa Jakarta. Seperti yang kulihat di foto-foto. Dan kemarin aku melihatnya langsung. Hmm... Suatu ketimpangan yang menarik untuk dipandang :)
Satu gedung yang membuatku tak berhenti takjub di kawasan Rasuna adalah Bakrie Tower. Katanya sih itu gedung tertinggi di Jakarta, kurang lebih 60an lantai. Tapi bukannya mau ada yang menyaingi yaa... Pertamina Tower :P Desain luar Bakrie Tower itu meliuk-liuk, berwarna abu tua, seperti ular raksasa. Aaaak.... Lama-lama diperhatikan seram juga aku melihatnya. Dia gagah berdiri. Aku tak berhenti ingin melihatnya. Keren! Tapi seram karena seperti ular, meliuk-liuk dan bersisik. Hiiiyy... Di Semarang mah boro-boro ada gedung setinggi dan sekeren itu. Hotel tertinggi saja 30 lantai doang. Maklum nih eike anak kampung, biasanya main ke sawah, laut, atau hutan, kali ini main ke Ibukota, Rasuna Said pula! Gimana mata ini mau berkedip coba... Ckck... 

Selama dua hari di Kuningan, aku dan Zizah harus berjalan kaki berkilo-kilo meter dari kosan ke halte, dari halte ke halte, dari halte ke USBI (tempat berlangsungnya acara NCDA), dan begitu pun sebaliknya. Akhirnya... apa yang terjadi? Hari Senin, di Priuk, sepulang dari Kuningan, rencana awalnya sih aku ingin berkeliling Jakarta, ingin merasakan jadi Anak Gaul Jakarta (AGJ) gituu, tapi itu batal blasss akibat kami kecapekan. Hahaha... 

Hari Senin sore, Welly datang menjemputku di rumah Zizah. Jauh-jauh dari Slipi Jakbar ke Priuk Jakut doong Welly, hanya demi aku :P *eits Welly itu koncone aku, konco Timeless, bukan TTM seperti sangkaan umminya Zizah yaa :D Welly mau mengantarku membeli oleh-oleh kaos Jakarta di Monas, sekalian mengantarku ke Stasiun Pasar Senen. Dan kereta Tawang Jaya pukul 22.10 WIB akan membawaku kembali ke Semarang :)
akhirnyaa bisa difoto dengan background Bakrie Tower :D
Perjalanan kemarin menyisakan bekas yang teramat melekat. Lemnya terlalu kuat, jadinya terus melekat deh. Mulai dari awal perjalanan sudah tak terlupakan. Terlebih lagi pengalaman di kereta dan TJ, berjalan kaki berkilo-kilo meter, merasakan ganasnya nyamuk Priuk, motoran di Jakarta sama Welly -nyelip sana, nyelip sini, whuaaa...-, towaf di Monas -hahaha :D-, menginjakkan kaki dan menghaturkan sujud sembahku pada-Nya di Masjid Istiqlal. That all was my first time be AGJ! 
Ada banyak pelajaran yang kudapatkan dari sana. Pelajaran yang tidak akan pernah kudapatkan jika aku tidak menempuh perjalanan itu. Bahwa belum semua laki-laki menghargai wanita, dan ternyata ibu tiri sama sekali tidak lebih kejam dari Ibukota. Hahaha... 

Jakarta; angkutan massal, rawan pelecehan terhadap wanita. kendaraan pribadi, macet dan polusi. Jakarta; di kanan surga, di kiri neraka. Rasuna Said dan Menteng Atas. Jakarta; begitu banyak orang yang tergoda mengecupnya. Entah pahit atau manis, yang penting mencicipi. Jakarta; apa yang akan terjadi padamu di akhir cerita. sad ending? atau happy ending? atau open ending? Jakarta; jika aku boleh meminta pada-Nya, aku tidak ingin berjodoh denganmu. Cukup gemerlap cahayamu saja yang kurasai. Jakarta; well, it's truly amazing city in this world. It's my country, Indonesia! 
dalamnya Masjid Istiqlal
Ngebolang bukan berarti menghambur-hamburkan uang. Karena banyak hal yang kita dapatkan dari ngebolang, hal yang lebih dari sekedar uang. Setiap kali ngebolang, aku pasti mendapat teman baru, mengukir kenangan baru, mengantongi pengalaman baru, menjumpai tempat baru, menemukan ilmu baru, mendengarkan obrolan baru, dan tentunya aku bisa lebih banyak menulis dan bercerita pada orang-orang di sekelilingku. Semua hal yang kudapat dari ngebolang tidak bisa dibeli dengan uang. Satu kali terlewatkan ngebolang tidak bisa digantikan oleh ngebolang yang lain, karena pasti momen dan ceritanya sudah berbeda. 

Aku ingin menciptakan banyak momen. Aku ingiiiin mendapatkan banyak-banyak-banyak hal dari setiap perjalanan. 
Agar seimbang bermain sepeda, kita harus terus mengayuhnya bukan? ;)

Semoga Tuhan mengijinkan kaki ini untuk terus melakukan perjalanan tanpa kenal lelah dan menyerah :)


si Famysa, tukang ngebolang :D

26 komentar:

  1. Banyak orang Jakarta itu kejam ...
    Namun saya rasa ...
    Kalau kita siap lahir bathin ...
    Kalau kita siap hati - intelektual - fikiran dan fisik ...
    Jakarta adalah sawah jinak yang menarik untuk digarap

    Salam saya Syifa ...

    BalasHapus
  2. sepertinya memang benar ada setan dalam diri bapak itu,,karena selalu mencoba dekat-dekat sama wanita yang bukan muhrimnya..buktinya langsung pergi setelah dengar orang ngaji :-)

    BalasHapus
  3. gemerlap jakarta memang menggoda saat dilihat dari jauh, tetapi saat berada di dalamnya serasa terperangkap dalam jebakan maut..
    selamat berlomba semoga menjadi yang terbaik..
    salam dari kalimantan selatan

    BalasHapus
  4. @nh18: iya memang mba.. aku juga menyadari itu. di tangan orang gigih & kreatif jakarta pasti jinak. itu hanya jika aku boleh meminta. hehe
    salam jugaa :)

    @om hari: hahaha iya om bisa jadii :D

    @mba wieka: iya itu pandanganku juga begitu. hehe
    makasih mbaa.. salam jua :)

    BalasHapus
  5. selalu hati-hati dan waspada ya syifa kalo mbolang hehe, alhamdulillah ya punya banyak teman jadi dimana pun berada masih ada saudara :)

    BalasHapus
  6. hehee iya mba :D
    alhamdulillah emang mba.. jadi memudahkan. hihii

    BalasHapus
  7. di Jakarta memang harus banyak doa dan usaha! Gregetaaan liat kisahmu dan para pria cabul yang memang banyaaaak di Jakarta...semoga kita selalu dilindungi Allah yaaa...sukseees! dan thanks for participating in my GA :D...serunya ber-ItchyFeet riaaa...cheers...

    BalasHapus
  8. Take care of yourself first, itu pesan yang kedengarannya egois yang selalu disampaikan om tante yg tinggal di jkt saat ada ponakannya hendak merantau ke Jkt. Segitu kejamnyakah Jkt sampe nilai elo-gue jadi melangit...Mungkin ada benernya, ibu tiri tidak lebih kejam dari ibu kota :D

    Hayuk, mau mbolang kemana lg nih, syifa? ;)

    BalasHapus
  9. bener menguras bak mandi kisahnya #eh
    tapi beneran seru ya? tapi seseru apapun kisah di jakarta, saya tidak akan tergoda untuk kembali kesana..hihihi.. bisa ikutan mesum bin cabul kaya bapak2 di TJ #plakkk

    BalasHapus
  10. @mamih indah: sama2 mamiih... cheers ;)

    @mba putri: hmm kayaknya ya emang begitulah jakarta xD
    kemana doong? ajakin aku. hehe

    @bang todi: hehh... tobat bang tobat xP

    BalasHapus
  11. Paling suka sama makanannya hehehe

    http://www.tian.web.id/2013/12/dari-kopi-terun-ke-story.html

    BalasHapus
  12. iya doong itu khas semarang, lumpia :)

    BalasHapus
  13. Mendadak laper ngeliat makanannya.
    Setuju dgn kalimat dibagian akhir.
    Ngebolang ga bakal terganti dgn pngalaman yang didapat.

    BalasHapus
  14. Hihihi kayak ngusir setan. Tapi koq bapak itu merasa terusir ya? hihihi

    BalasHapus
  15. We are wishing to know Jacarta!!
    Kisses

    Alicia & Sofía
    http://asstyleanddesign.blogspot.com

    BalasHapus
  16. @mba Hana: ambiil aja mba kalo mau. hehe
    thanks mba :)

    @tante niar: makanya kayak ngusir setan tante. hahaha

    @Alicia: thanks dear :*

    BalasHapus
  17. warna warninya jakarta memang menggoda.

    BalasHapus
  18. hihihi
    penuh tantangan gitu ini perjalanan neng bolangwati
    enggak kalah sama ngebolang ke kutub utara
    XD

    BalasHapus
  19. cie kak syifa resmi jadi anak AGJ! :P

    kapan-kapan main lagi ke kosan ya kak, dan kapan-kapan aku yang main ke semarang. biar aku jadi AGS hehe

    kangen kak syifa dan kak azizah...
    peluk dari jakarta :)

    BalasHapus
  20. @zies: iyaa begitulah :)

    @aul: agak lebay ya aul. hahaha

    @Sultana: hehehe iya doong :P
    hayu2 pil.. ditunggu loh ya..
    bener kan ini upil? *eh
    kangen kalian jugaa... kangen temen2 kemareen :)
    hug n kiss :*

    BalasHapus
  21. okeee bgt pertuaalangannya....
    kulinernya...mantapp gan....

    BalasHapus
  22. Pergaulan dijakarta harus diwaspadai yah :) harus rajin solat :)

    BalasHapus
  23. iiiih, serem ya banyak bapak-bapak cabul :s hihihi...

    BalasHapus
  24. hihi niar ngikik waktu baca ket di foto d'cost mau vegetarian padahal ngirit :p

    di jakarta harus hati2 bener2 mbak :D

    BalasHapus
  25. Seru sepertinya. Mengingatkan akan perjalanan mbolangku sm teman2 kuliah ke Jogjakarta dan booking hotel di jarak 5kilo dari terminal utama. Hahaha.

    BalasHapus
  26. @ace maxs: yup, dimana pun kita harus waspada, bukan di jakarta saja ;)

    @kak indi: iya kaak syerem beuud xO

    @mba niar: hehehe pan biar keren veggie mba xD

    @soulful: wah asyik tuh kayaknya. ayo mbolang ke jogja lagi :)

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend