Kamis, 07 November 2013

Cileat Waterfall [part 1]

Yuhuuu ketemu lagi dengan Timeless.. Apa kabar sobat blogger semua? Semoga sehat dan bahagia selalu yaa... Aamiiin ^^
Hari Minggu, 13 Oktober 2013 lalu, Timeless pergi hiking ke Curug Cileat. Setelah malam harinya kami berkumpul temu kangen di rumah Kokom, sekalian acara syukuran rumah barunya, pada pagi harinya kami sudah siap berpetualang naik-naik ke puncak gunung. Asyiiiik daaah :D
Sekitar jam 7 lebih sedikit, kami sudah berkumpul di rumah Welly. Langsung tanpa menunggu lama lagi, kami segera tancap gas ke Subang untuk menjemput Aab dulu, lalu lanjut ke tempat tujuan, Curug Cileat. Yay, Cileat WTF (waterfall), we are comiiiing... just wait for us, dear...
Sebelum lanjut ke cerita berikutnya, aku mau sedikit memperkenalkan Cileat WTF pada teman-teman semua. Tak kenal maka tak sayang kan yaa... Makanya ayo kita kenalan ^_^
Cileat WTF terletak di Kampung Mayang, Desa Gardu Sayang, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang. Cileat WTF berada di Gunung Canggah, memiliki ketinggian kurang lebih sekitar 100 meter, dan merupakan curug tertinggi di Kabupaten Subang. Pendaki harus menempuh jarak sejauh 5 km untuk sampai ke Cileat WTF, terhitung dari parkiran sampai puncak. Sebelum sampai ke Cileat WTF, pendaki harus melewati tiga curug terlebih dahulu, yaitu Curug Citorok, Curug Cimuncang, dan Curug Cimuncang Pasir. Hiking tracknya benar-benar masih alami, lumayan menguras tenaga. Pendaki benar-benar harus siap fisik dan perbekalan tentunya, karena di Cileat WTF tidak ada yang berjualan kecuali pada hari libur besar. –demikian sekilas info-
Perjalanan dari rumah Welly ke Subang dan dari Subang ke Cisalak berjalan mulus. Tapi dari Cisalak ke gang menuju Cileat WTF, subhanallaaah syekalee, jalannya yang super maknyus mengajak kami untuk memacu adrenalin lebih cepat. Sempit, nanjak, berbatu, kanan gunung, kiri jurang, gubraks! -__-
Curug Citorok
Mang Wanco, sopir pendamping sampai berkata seperti ini, “wah ini bahaya kalau hujan, pasti licin. Pulangnya turun, ngegas bahaya, Ngerem juga bahaya.” Welly yang menyetir mobil terlihat tegang. Walhasil kami pun ikut tegang. Sempat beberapa kali Mang Wanco harus turun untuk melihat kondisi jalan dan memberi arahan ke Welly. Beberapa kali juga aku menyanyikan yel-yel semangat untuk Welly, “Welly bisa, Welly pasti bisa!” hahaa lebay kan, padahal mah deg-degan. Tapi Welly berusaha meyakinkan kami kalau dia sudah mahir mengendarai mobil, meski di jalan terjal seperti itu sekalipun. Pfiuuh... lumayan agak reda deg-degan kami.
Setiap bertemu orang, kami pasti bertanya, “A, ka Curug Cileat masih teras ka luhur?” | “Bu, mobil tiasa ka luhur ieu teh?” | “A, parkiranna tebih keneh?” and every answers can made us up and down, randomly. Huufft... Padahal waktu jaman SMA aku pernah ke Cileat WTF, tapi seingatku dulu jalannya gak seektrim ini deh. Hmm... tapi itu kan kurang lebih 5 tahun yang lalu. Haha... Jaman cepat sekali berubah, cuuy.
Curug Cimuncang
Dengan penuh perjuangan *Welly doang sih yang berjuangnya mah :P, akhirnya kami sampai juga di parkiran Cileat WTF sekitar jam 9. Turun dari mobil, kami berdoa dan bernarsis ria dulu. Mumpung ada kesempatan foto berenam, puas-puasiiin daaah. Setelah berfoto, kami membeli tiket. Setelah membeli tiket, bukannya langsung cuus naik-naik ke puncak gunung, eeehh si Aziz malah mampir dulu ke warung, beli jajan dulu, padahal kami sudah membawa amunisi. Hadeeuuh... bocah banget deh ah *tapi emang seru sih jadi bocah lagi hihii... Dan pada akhirnya jajanan Aziz diembat juga oleh kita berlima. Hahaa... Jadi, siapa yang bocah? :P 
Baru berjalan beberapa langkah, kami terhenti oleh aliran air. Aah sepertinya segar dan menenangkan. Akhirnya foto-foto lagi deh. Duuh... maniak kamera emang yaa semuanya. Mudah-mudahan aja jadi selebritis semua deh kelak. hihi :D aamiiin...
Kami terus melangkah dan melangkah. Baru saja sampai di pesawahan, kami sudah menyadari bahwa tracknya tidak main-main. Nanjak teruus... huh hah! Perjalanan di depan masih panjang. Kami masih harus melewati sawah dan gunung. 
Belum sampai di Curug Citorok, aku sudah kelelahan. Asli, aku lelah. Hal yang aku takutkan sebelumnya benar terjadi. Sebelumnya, aku pernah berkata seperti ini pada temanku, “minggu depan aku mau hiking. Duuh aku takut kepayahan nih. Sudah lama gak hiking soalnya. Kakiku pasti kaku.” Ya, benar saja. Aku sangat payah. Aku yang paling payah diantara lima kacrut lainnya. Huft.. sorry dear...
Karena kondisiku yang payah, sempat terjadi sedikit masalah diantara kami. Aku sering sekali minta beristirahat, sedangkan yang lain ingin terus berjalan. Ya sudah, akhirnya aku berjalan seperti siput, sedikit dan merayap, sambil sesekali diam untuk menghela nafas. Kacau banget deh gue.. 
Dengan kepayahanku, hanya Aab yang setia menemaniku. Aab berkali-kali memberiku semangat. Aab ikut diam ketika aku diam. Baah, padahal Aab sudah menikah, tapi kenapa justru Aab yang lebih care padaku. Sedangkan empat orang lainnya terus saja berjalan tanpa menoleh ke belakang, padahal berkali-kali aku panggil.
Akhirnya aku bisa sampai di Curug Citorok walau dengan merayap. Sesampainya di sana, melankolis melanda. Gue mewek. Bisa-bisanya yaa haduuh... kan malu-maluin. Sebenarnya aku menangis bukan karena ditinggalkan. Hanya hatiku saja yang sedang mellow oleh my personal feeling. Kalian gak tau kaan? Hahaa... Maaf yaa baru bilang lewat postingan ini. Aku sama sekali gak marah sama kalian. Meskipun mungkin terlihat seperti itu, tapi sebenarnya tidak. Cukup hanya hatiku yang tau alasannya. Maafkan aku, guys... very sorry... :’)
Sudah. Mari kita tutup postingan ini dengan mellow ending. Ikuti terus perjalanan selanjutnya di postingan berikutnya yaa... Masih bersama Timeless di Cileat WTF ;) see you, darling... mumumu :*

By. Si Famysa, sorry guys :*

7 komentar:

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend