Senin, 25 November 2013

Sehari Tanpa Gadget, Just Being My Self!

Sepakat dengan sohibul GA, Mbak Iyha. Menurutku gadget ituu yaa seperti yang Mbak Iyha sebutkan, barang elektronik praktis yang dipakai sehari-hari kayak laptop, hp, tablet, kapsul, puyer, pil *loh kok mbleber kemana-mana ya. Muehehe...
Gadget yang aku punya (alhamdulillah) baru ada laptop dan hp, lainnya insya Alloh nanti menyusul sesuai kebutuhan. Dua doiku ini kerjaannya nempeeel terus sama aku, dimana pun aku berada. Apalagi hp, kadang ke kamar mandi pun ikut *oops. Kalau laptop, kadang doi aku tinggal kalau aku bepergian jauh, kan kasihan kalau doi harus kena benturan-benturan selama di perjalanan. Rasanya berpisah dengan laptopku ituu... haduuh ingin cepat-cepat pulang saja lah. Gak ada laptop sama dengan aku libur menulis dan libur update my online shop. Huhu...
Kadang aku mikir *bisa mikir tho? :P, kenapa aku sekarang kecanduan gadget banget ya.. Padahal hidupku 8 tahun silam tidak mengenal gadget tuh. Dan aku baik-baik saja, bahkan sangat amat baik. Mamah dan bapaku yang LDR-an juga baik-baik saja tanpa ada komunikasi lewat hp. Tapi sekarang, jaman sudah sangat berubah. Gak ada hp berasa mati kutu! Hp ini nih gadget yang pertama kalinya bikin aku candu. Kupikir lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan hp. Parah kan... -_- Apalagi semenjak aku merintis usaha online shop, gak bisa internetan itu rasanyaa seperti separuh jiwaku pergi. Kalau laptop atau hpku bermasalah, beuuuh kalang kabutnya gak ketulungan.
pict from here
“Saya tidak suka mengajar menggunakan komputer. Saya lebih suka pakai OHP. Kenapa? Karena saya ingin mahasiswa menulis dan memperhatikan dosen ketika mengajar. Power point, komputer, dan internet hanya membuat mahasiswa malas belajar. Di kelas kerjaannya mengobrol, pikirnya gampang tinggal minta power pointnya saja. Diberi tugas, saya suruh cari buku di perpustakaan malah cari sumber dari internet, enak sih yaa tinggal copy paste,ujar Pak Rengga, dosen Perbandingan Administrasi Negara.
“Buat apa ikut-ikutan pakai hp mahal. Hp menurut saya yang penting bisa sms dan telpon. Sayang kalau hp mahal tapi gak bisa ngehasilin apa-apa. Nih saya pakai hp jadul, tapi pemasukan tetap ngalir minimal Rp 1,3 M perbulan,” ujar Pak Fathur, dosen Kewirausahaan.
Yaa kira-kira begitu kata-katanya. Makjleb!

Sejak mendengar pemaparan kedua dosen di atas mengenai gadget, aku jadi ikut terprovokasi. Untuk apa punya gadget kalau sekedar untuk keren-kerenan doang? Untuk apa punya gadget kalau tidak bisa menghasilkan apa-apa (uang maupun karya)? Untuk apa repot-repot mengikuti perkembangan gadget terbaru? Semuanya hanya bikin pusing tujuh keliling. Lebih baik punya sesuai kebutuhan saja, bukan sesuai keinginan. Lebih baik modal yang ada untuk usaha dulu, baru nanti bisa membeli gadget dari hasil usahanya. Bukan sebaliknya.

Di rumah bapaku susaah sekali sinyal. Sedangkan aku menggunakan operator seluler yang terkenal tidak ada sinyal kalau di pelosok. Walhasil aku tidak bisa internetan di hp maupun laptop (aku menggunakan modem dari hp). Boro-boro internetan, sms saja tidak bisa.
Untuk mengantisipasi hal itu, aku selalu membawa buku kemana pun aku pergi. Ketika gadgetku mati kutu, buku lah yang menjadi teman setiaku. Baca buku seharian di kamar, atau di bawah semilirnya angin di pinggir sawah, tanpa ada gangguan gadget, rasanya seperti menemukan ketenangan tersendiri.
Kalau ada gadget, kerjaanku pastiiii ngoprek gadget mulu. Tapi jika tanpa gadget, aku bisa menghabiskan waktu dengan hal lain yang kusuka dan hampir kulupakan. Aku bisa mengobrol dengan keluarga, bermain dengan adik kecil, atau belajar bareng adik-adikku. Mengajari adik yang SMP mengisi soal yang rumit, curhat-curhatan seputar sekolahnya dan kuliahku, berbincang tentang mimpi-mimpi kami, berbincang mengenai hobi yang kami sukai. Mengajari adik yang masih TK mengerjakan PR, menggambar, mewarnai kartun, mengajarinya membaca. Ahh rasanya sungguh lebih-lebih-lebih bahagia daripada sekedar bergadget ria.
Ternyata, tanpa gadget pun aku tetap bisa bahagia ^^


By. Si Famysa, gadget addicted

Minggu, 24 November 2013

Masuk Neraka Siapa Takut #Pinjam Yaa!! Iyaa :D

“Khas, pinjem yaa colokannya... Iyaa ambil ajaa... makasiih...”
“Syifa, aku pinjem charger... iyaa pake ajaa... makasiih...”
“Ayuu, numpang ngaca yaa... iyaa... makasiiih... “

Kalimat di atas itu bukan percakapan loh. Lalu apa dong? Monolog deh kayaknya. Orang ngomong sendiri kok, yang diajak bicaranya saja tidak ada (Khas, Syifa, Ayu). :P
Begitu lah kelakuan penghuni Baker Street 212B House. Hampir tiap hari tiga orang ini bermonolog sendiri. Tiada hari tanpa bermonolog deh kayaknya. Pola kalimatnya selalu sama seperti yang di atas itu, hanya barangnya saja yang berbeda.

Suatu hari sepulang kuliah, posisi pintu kamarku berubah, posisi meja laptop pun berubah. Kubuka laptopku, loh kok dalam keadaan sleep. Padahal aku yakin sekali, aku selalu mematikan laptopku (shut down) sebelum bepergian kemana-mana. Aku penasaran. Aku coba mengingat-ingat kejadian hari itu. Pagi-pagi aku menyalakan laptop, siap-siap dandan untuk pergi kuliah, kumatikan laptopku, kurapikan letak mejanya, keluar dari kamar, kututup pintu rapat-rapat walaupun tidak dikunci, lalu pergi kuliah deh. Hmm...
“Ah sudahlah... Yang penting laptop dan isi kamarku masih utuh, tidak ada yang berkurang sedikit pun,” ujarku dalam hati.
Kutengok lagi laptopku. Kunyalakan modem. Kubuka aplikasi google chrome. Klik facebook. Lalu... Kenapa bukan akun facebookku yang keluar? Padahal aku tidak pernah sign out akunku di laptopku sendiri. Yang muncul malah akun facebook temanku.
“Ah sudahlah gak apa-apa. Paling tadi dia yang masuk ke kamarku dan memakai laptopku untuk numpang internetan. Tinggal sign out aja akunnya terus sign in lagi ke akunku. Beres kan. Gak ada yang susah,” batinku lagi.
Kumasukkan email dan passwordku. Lalu kutekan tombol enter. Kemudian ada kolom pemberitahuan dari facebook muncul. Memintaku untuk memasukkan kode keamanan akun.
Beberapa lama menunggu, sms kode keamanan dari facebook tidak juga datang ke nomor hpku. Aaah aku mulai kalut. Bagaimana iniiii? Bagaimana iniii?? Aku ingin facebookan, ada pekerjaan di sana, ada uang di sana.... Aaaarrrgh.....

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau facebookku benar-benar tidak bisa diakses lagi. Kalau facebookku lenyap gara-gara sms kode keamanan yang tidak juga datang, berarti aku harus membuat facebook baru, menambahkan teman-teman lagi, mengunggah foto-foto daganganku lagi, aah membayangkannya saja sudah melelahkan, apalagi kalau benar harus kulakukan hal itu. Uh.
Tapi untungnya Alloh masih meridhoi bisnis online shopku di facebook. Setelah menunggu lama, bahkan aku hampir lupa pada sms kode keamanan facebook, tiba-tiba malam hari sms itu akhirnya muncul juga. Buru-buru kunyalakan laptopku lagi. Sign in facebook lagi. Masukkan kode keamanan. Dan muncul lah akunku. Alhamdulillaaah... Aku bisa kembali mengurusi online shopku. Alhamdulillah... Aku masih berjodoh dengan akun facebookku.

Ada pelajaran berharga dari ceritaku di atas. Sepertinya sepele, memakai laptop orang tanpa ijin, mengakses internet, mensign out akun facebookku lalu sign in ke akunnya. Memang tidak ada yang hilang. Laptopku masih di sana, tetap di atas mejanya. Tapi bagaimana jika akun facebookku benar-benar lenyap hanya karena hal sepele itu? Harus dengan apa dia menggantinya? Apakah dengan membuatkanku akun facebook baru, semuanya impas, selesai? Padahal kan akun facebookku lebih dari sekedar akun facebook biasa. Facebookku bisnisku. Dari sana aku bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah demi mengumpulkan modal untuk masa depan. Higs *agak melankolis dan hiperbola ya? :P
Pun kalau laptopku (misalnya) rusak *amit-amit daah, apakah sekedar laptop diganti dengan laptop maka semuanya selesai? Bagaimana jika di dalam laptopku banyak dokumen-dokumen penting? Dan pada kenyataannya memang iya. Di laptopku ini ada skripsiku, tulisan-tulisanku, foto-foto, dan banyak lagi. Semuanya itu penting, semuanya tidak akan bisa tergantikan oleh laptop baru yang kosong mlompong, walaupun laptop baru lebih canggih dari laptopku ini.

Jujur saja aku marah waktu pertama kali tahu laptopku dipakai orang lain tanpa seijinku, walaupun itu temanku sendiri. Apalagi waktu aku bertemu dengan masalah kode keamanan facebook. Rasanya aku ingin mengeluarkan amarahku pada orang itu. Tapi alhamdulillah Alloh mencegahku dengan segera mendatangkan sms kode keamanan. Yaa walaupun di hati ini masih ada rasa kesal, tapi aku ingin berusaha untuk mengikhlaskannya. Aku tidak bilang sama sekali pada temanku mengenai hal ini. Aku hanya berdoa semoga hal ini tidak terjadi lagi.

Keesokan harinya, temanku lagi-lagi memakai laptopku tanpa ijin sebelumnya. Kali ini kepergok olehku sendiri. Aku pulang kuliah, dia sedang asyik internetan di kamarku memakai laptopku. Mungkin karena tanggung basah ketahuan olehku, temanku jadi bilang begini, “Fa, aku numpang ngenet ya.. mau cari bahan tugas kuliah.” Refleks aku menjawab, “jangan ngesign out facebookku lagi ya.. Soalnya kemarin aku hampir aja gak bisa sign in lagi gara-gara sms kode keamanannya gak masuk-masuk. Kalau mau facebookan pakai firefox aja, jangan pakai chrome.” Dan jawaban temanku, “Oh iya...” tanpa meminta maaf atau basa-basi apapun. Zzzz....

Memakai barang orang lain tanpa sepengetahuan/ijin pemiliknya adalah perbuatan ghosob. Ghosob memang bukan mencuri, tetapi hampir mirip dengan mencuri. Menurut Jumhur Ulama, menguasai milik orang lain saja sudah termasuk ghosob, apalagi bersifat pemindahan hak milik. Ghosob bisa terjadi pada benda bergerak dan tidak bergerak. Karena yang penting adalah sifat penguasaan terhadap harta tersebut secara sewenang-wenang dan secara paksa. Melalui penguasaan ini berarti orang yang mengghosob tersebut telah menjadikan harta itu sebagai miliknya baik secara material maupun secara manfaat. Manfaat itu termasuk dalam definisi harta. Oleh sebab itu dikenakan denda jika barang yang dighosob tersebut dimanfaatkan orang yang mengghosobnya.

Dasar hukum ghosob itu sendiri ada di surat An-Nisaa ayat 29, surat Al-Baqarah ayat 188, dan dari sabda Rasul.
An-Nisaa ayat 29 (artinya):
Hai orang-orang yang beriman, jangan lah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan jangan lah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Al-Baqarah ayat 188 (artinya):
Dan jangan lah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil, dan (jangan lah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.

Sabda Rasul:
Darah dan harta seseorang haram bagi orang lain (HR Bukhari & Muslim dari Abi Barkah)
Harta seorang muslim haram dipergunakan oleh muslim lainnya, tanpa kerelaan hati pemiliknya (HR Daruquthni dari Anas bin Malik)

Dan ini dia hukumannya (mazhab Hanafi & Maliki)... siapa takuuuttt... hahaha *devil
  • Ia berdosa jika ia mengetahui bahwa barang yang diambilnya tersebut milik orang lain
  • Jika barang tersebut masih utuh wajib dikembalikan
  • Jika barang tersebut hilang/rusak karena dimanfaatkan maka ia dikenakan denda
Mengerikan juga yaa... hhmmm -___-

Tapiii.... nyaris setiap hari aku juga melakukan perilaku ghosob ituu... -___-

Eh tapi lagi nih yaa... kata temanku yang terpercaya, ada satu hal yang bisa membebaskan kita dari dosa ghosob. Yaitu ijab-qobul di awal, semuanya harus saling mengikhlaskan. Misalnya niih seperti aku dan teman-teman kontrakanku, kita bisa membuat kesepakatan “boleh pakai sandal siapa saja, boleh memakan makanan yang ada di ruang tengah, boleh pakai barang-barang kita asal bertanggung jawab, dll.” Sepertinya ini solusi yang cukup adil dan mudah ya.. Meski kita tidak pernah tahu bagaimana isi hati orang sebenarnya, ikhlas atau tidak. Wallahu alam.. Tapi setidaknya sudah ada kesepakan di awal sehingga tidak akan ada ghosob diantara kita.

Well, mari kita berghosob yang cerdas dan berilmu! Masuk neraka??? Siapa takuuut!!! *ngumpet di lemari sambil istighfar. heuheuu

Artikel ini diikutkan sebagai peserta Fiesta Tali Kasih Blogger 2013 BlogS Of Hariyanto – Masuk Neraka Siapa Takut!!!???”

by. si Famysa, tobat berghosob --

Sabtu, 16 November 2013

Duo Brownies at Ketep Pass

alhamdulillaaaah pagi hari ini aku bisa berselancar di dunianya si maya *eh oops dunia maya maksudnya :P. setelah beberapa hari sempat galau akibat internet 3 yang tak bisa diandalkan. boro-boro untuk dijadikan portable wi-fi hotspot, internet di hapenya pun agak lemot. higs. kenapa sinyal 3 sangat berpengaruh pada cuaca? kenapaa? --"

ah, sudahlah.. lupakan perihal internet 3. yang penting sekarang aku bisa internetan dengan bantuan modem teman. hihihi
haaayy kenalin nih model barunya Famysa. hihihi
namanya Rini Pertiwi, panggil saja dia Rini :)
aku berteman dengan Rini sejak masih duduk di bangku SMP. Jambore Nasional Pramuka 2006 lah yang mempertemukan kami. meski tidak pernah satu sekolah, tapi kami tetap awet sampai sekarang. Rini dan aku tuh ibaratnya partner in crime. tukang shopping, tukang ngebolang. hahaa
Sabtu, 2 November 2013 lalu, aku, Rini, dan Ibank ke Magelang. kami berangkat dari Jogja. jadi sehari sebelumnya (Jumat) aku ke Jogja dulu. ceritanya sih kami ke Magelang dalam rangka ngintilin Welly (salah satu kacrut Timeless) dan teman-temannya dari Jakarta yang mau liburan di Jogja-Solo. nah, sebelum ke Jogja, mereka mampir ke Candi Borobudur dulu. habis dari Candi Borobudur, kami ajak mereka nyasar ke Ketep Pass dulu deh. hehehe
Ketep Pass dari Candi Borobudur tidak terlalu jauh, tapi tidak dekat juga *jadiiii? :O, simpulkan aja sendiri! :P Candi Borobudur berada di sebelah Barat, sedangkan Ketep Pass berada di sebelah Timur. jalan ke Ketep Pass subhanallaah... nanjak teruuus... Bepink sampai gas puooll. berasa naik-naik ke puncak gunung *lah emang mau memandang gunung kok :D
Ketep Pass ini merupakan salah satu objek wisata alam di Kabupaten Magelang, lebih tepatnya wisata kegunungapian. di sana kita bisa melihat indahnya pemandangan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. kalau cuaca sedang bersahabat, kedua gunung itu bisa terlihat jelas. sayangnya kemarin waktu kami ke sana, cuacanya tidak terlalu cerah. banyak kabut yang menghalangi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. apalagi Gunung Merbabu, kami tidak bisa melihatnya sama sekali, karena tertutup kabut semua.
tiket masuk Ketep Pass hanya Rp 7.300, ini sudah termasuk menikmati pemandangan gunung dari gardu pandang, volcana theatre, dan museum Gunung Merapi. di dekat gardu pandang, ada teleskop yang bisa kita pakai untuk memandang gunung lebih jelas. tapi aku gak tau itu teleskop gratis atau berbayar. hehehe.. selain teleskop, ada juga teropong. nah, kalau teropong ini jelas berbayar, karena ada orang yang menyewakannya. harga sewanya berapa ya? lagi-lagi aku lupa *gubraks ~~
di sana kami banyak menghabiskan waktu dengan foto-foto, makan, dan mengobrol. karena hari sudah sore, Welly dkk pulang duluan ke Sleman, ke rumahnya salah seorang diantara mereka. sedangkan aku, Rini, dan Ibank tetap stay untuk pemotretan *jiaaah :P kan malu kalau bergaya narsis buat iklan di depan Welly dkk. muehehe :D
pemotretan kali ini KoBe banget (KoBe: Kontrol Beungeut *wajah, istilahnya Rini :P). gokil deh... gak kayak pemotretanku sebelum-sebelumnya dengan partner/model lain. that was wonderful moment! :) mana maksa banget si aku main ke tempat wisata pakai kolor batik begitu. koloran, pakai sandal jepit, berasa di rumah sendiri gitu ya. hahaa... yaa semua demi pemotretan deh.. daripada di sana ribet ganti celana lagi kan, mending dipakai dari kosan :D
tuuh lihat Gunung Merapi! - nyolong dari FBnya Ibank. peacee :D -
sudah dulu, sudah duluuu... kami pamit duluu :))
bubye and see you next time in my next post ^^ -masih ada postingan jalan-jalan berikutnya looh :D-

kamu mau celana dan/atau rok yang dipakai aku dan Rini?
order yuuks ke Famysa :) atau boleh juga mention di twitter @famysa_. atau sms/whatsapp lebih boleh lagi, ke nomor ini yaa -08997185407- ;)

model: Syifa & Rini
tukang foto: Ibank & Mas Tripod
lokasi: Ketep Pass, Magelang

Senin, 11 November 2013

Cileat Waterfall [part 2]

Markijut nyok cyiiin... Mari kita lanjut... Lanjutin cerita Cileat WTF, masih bersama Timeless *jari menyibakkan rambut, tssaaah! :P
Pascabencana Neng Syifa pundung *hahaha mentang-mentang skripsinya tentang Pascabencana yee :P, aku masih bad mood. Sebenarnya aku masih ingin menangis. Cakung (cuaca mendukung) banget kan nangis di tempat sunyi sepi jauh dari peradaban. Eeh tapi Kokom malah sudah menghampiri. Aku kan jadi gak konsentrasi lagi sama nangisnya. Ya sudah akhirnya aku berjalan duluan. Niat hati jalan duluan sih supaya gak kelihatan masih nangis :D
Eeeh tapi lima kacrut lain, diawali oleh Kokom malah keukeuh mengejarku. Maka terjadilah adegan yang tidak sepantasnya dilakukan *hush, bukan mesum loh ya. Adegan minta-minta maaf *minta duit kek gitu biar lebih keren :P. Padahal, really i don’t angry to you guys.. Namun karena kalian memaksa berjabatan tangan, ya sudaah kujabat saja uluran tangan Aab. Hahaa 
Cuy, murni bad attitudeku kemarin bukan karena aku marah pada kalian. Aku hanya sedang mellow, sedang ingin menangis karena my personal problem. Tidak ada sama sekali sangkut-pautnya sama kalian. Maaf yaa... :’)
Hmm... Tuh kaan jado OOT (out of topic). Apa kabar pendakiannya? Hihiii :D Lanjuut nyoook!
Langkah kakiku terasa lebih ringan ketika mulai mendaki lagi dari Curug Citorok. Hiking track selanjutnya terasa lebih mudah jika dibandingkan dengan hiking track dari tempat start ke Curug Citorok. Tanjakannya tidak seekstrem sebelumnya. Hanya saja, jalanan setapaknya lebih licin. Kanan-kiri kami masih sama, gunung dan jurang.
Curug Cimuncang pun berhasil kami lalui dengan mulus. Hmm... Agak-agak tidak mulus juga sih. Si aku masih malas berfoto-foto ria. Efek bad mood karena nangisnya gak keluar semua jadinya gitu deh tuh. Difoto juga bisanya manyun atau buang muka :P *alibi.
Di setengah perjalanan, kami bertemu dengan sawah lagi. Kami melihat ke belakang, kami kebingungan. Entah dari mana kami memulainya, tak sadar sekarang kami sudah berada di sawah yang seperti memisahkan dua pegunungan. Ada dataran yang cukup lapang juga di tengah sawah itu. Sepertinya cocok untuk mendirikan tenda di sana. 
Welly mulai meracau, “tuuh heh coba kalau kita camping, di sini bisa nih.” Aziz tak mau kalah, “bisa sih bisa... tapi sumber airnya dari mana, bro.. penting banget ituu air. Lagian di sini gak ada yang jualan juga. Repot dong kita ntar.” Dan Aab pun membalas, “ya udaah Ziz, besok kita buka lapak nasi kuning di sini *nasi kuning emaknya Aziz. Hahaha...” Pada gilaa deeh... Belum lagi adegan telponan Aziz dan pacarnya. Ditambah kehebohanku yang menyusul Aab turun lagi, padahal Aabnya mau pipis. Sumpah yaa... kenapa gak bilang dulu ‘mau pipis’ gitu loh, Ab.. Kan bikin khawatir. Aku kira kamu kenapa. 
Di tanah datar itu, sekalian kami juga membongkar ulang barang bawaan kami. Oper sana, oper sini, tukar-tukaran tas, sampai akhirnya berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Timbangan dirasa sudah pas. Dan kami pun melanjutkan perjalanan.
Baru satu-dua langkah kaki, kami terhenti oleh sebuah pemandangan. Di kejauhan kami melihat ada yang seperti curug, tapi tidak ada airnya. Kami memperdebatkan hal itu. – itu curug! – bukan, itu bekas longsoran! - eaaa... apa aja boleh deh, daripada ada pertumpahan darah. :D
Tebak apa yang kami temukan dalam perjalanan semakin mendekati tujuan utama kami, Cileat WTF? Monyet-monyet bergelantungan di pohon. Wiw! Agak takut deh. Maklum aku punya kenangan buruk dijambak oleh monyet waktu aku masih SD dulu. hahaha... Selain monyet, kami juga bertemu dengan seekor ular tanah. Whuaa... deg-degan akuuw! Ampun deh sama yang namanya ular, ular jenis apapun. Jijik asliii... that’s so scary, hiiiyy... Kata Aab, ular tanah diam-diam menghanyutkan. Dia seperti sudah mati, tak bergerak, padahal bisanya mematikan juga. Uh, aku makin takut. Terpaksa kutelan deh takutnya.
“suara airnya udah kedengeran, cuy..” – “dari tadi juga kedengeran kali suara air mah. Ituu orang di bawah sana ada sungai yang alirannya deras.” – “oh, gitu ya.. Tapi ini semakin jelas suaranyaa..” Hihihi... Kacruut, kacruut :D
Tanpa terasa, kami sudah mendaki selama kurang lebih tiga jam. Akhirnya kami sampai juga pada tujuan utama kami. Cileat WTF! Yeaaay... alhamdulillaaah senangnyaaa :D
Kami berhasil menginjakkan kaki di Cileat WTF kurang lebih jam 12 siang. Hal pertama yang dilakukan adalah mencari tempat untuk makan. Dan tanpa babibu lagi, bekal makanan yang kami bawa langsung dilahap habis. Padahal tadinya sangsi, apa iya bekal sebanyak itu bakalan habis? Kayaknya kebanyakan deh bawa bekalnya. Hihihi padahal habis ya ternyata. Benar kata Aab, “habiiih deeh habiis, aku yakin bakalan habis ini makanan.”
Selesai makan, kami lanjut foto-foto. Tidak terlalu banyak juga sih. Karena cuaca sudah mulai tidak bersahabat. Rintik-rintik air sudah mulai berjatuhan ke bumi. Setelah foto-foto, kami mengambil wudhu ke dekat curug. Brrr airnya maknyuuus, suegeeer tenan.. Tapi, tapii eeh... Baru saja aku mau solat, hujan deras turun. Rupanya rintik-rintik sudah tak sabar mengajak teman-temannya turun. Pastinya itu adalah panic time. Belum solat, bagaimana kami pulang. Hhh... Sampai akhirnya aku dan semuanya solat sambil duduk di sebuah bangunan (entah bangunan apa), sambil saling berdekatan, dan sambil diguyur hujan.  
penampakan terakhir -- kolor mania :P
Kami turun sekitar jam 1 siang, nekat menerobos hujan. Sepanjang perjalanan turun kami hujan-hujanan. Ketika semua sudah terjadi, baru lah teringat semua hal. Kenapa kita tidak membawa jas hujan, kenapa tidak membawa senter, kenapa tidak membawa alas duduk, dan bla bla bla. Memang, kami mendaki dengan sangat alakadarnya. Aku sendiri pun sudah lupa dengan perlengkapan mendaki yang biasanya harus dibawa. Walaupun begitu, tetap saja, selalu ada pelajaran pada setiap perjalanan :) Keputusan untuk menerobos hujan cukup tepat sepertinya. Daripada harus menunggu hujan reda, yang entah kapan redanya. Setelah sampai di tempat start lagi, kami bergegas ganti baju dan solat ashar, membeli P*p Mie, lalu pulang.

I love you guys... thanks a lot for our friendship, for all moment, for our togetherness, and for everything smile to cry :)

Notes:
Di dokumen foto kami cuma ada dua curug sebelum Cileat WTF. Lalu yang mana Curug Cimuncang Pasir? Apakah kami lupa mengambil fotonya? Atau yang dimaksud Curug Cimuncang Pasir itu adalah curug yang bersebelahan persis dengan Cileat WTF? Open discuss please :)
Sepanjang perjalanan, mulai dari rumah Welly sampai turun dari Cileat WTF, si Aab kayaknya promosi Alf*m*rt terus tuh. Katanya sih nasionalismenya tinggi. Dia terlalu mendalami peran dalam pekerjaannya. Hahaa
Big thanks to Syiha *namanya mirip namaku, Syifa, makanya sering kusebut ‘kembaran’. Haha maksa :P, yang rela minjemin kameranya. Big thanks to Ibank, yang rela jadi tukang foto lima kacrut, jadinya jarang ada foto Ibank deh. Hehe.. Big thanks to Welly plus Mang Wanco, selaku seksi transportasi. Hihiih.. Big thanks to Aziz, selaku pemimpin pendakian. Big thanks to Kokom, selaku seksi konsumsi. Big thanks to Aab, selaku salesman Alf*m*rt. Hahaha... joking, Ab! Peacee :P

By. Si Famysa, love u guys :’) 
salam kacrut dari Semarang, Jogja, Subang, Cikarang, Jakarta, Tangerang :* 

Kamis, 07 November 2013

Cileat Waterfall [part 1]

Yuhuuu ketemu lagi dengan Timeless.. Apa kabar sobat blogger semua? Semoga sehat dan bahagia selalu yaa... Aamiiin ^^
Hari Minggu, 13 Oktober 2013 lalu, Timeless pergi hiking ke Curug Cileat. Setelah malam harinya kami berkumpul temu kangen di rumah Kokom, sekalian acara syukuran rumah barunya, pada pagi harinya kami sudah siap berpetualang naik-naik ke puncak gunung. Asyiiiik daaah :D
Sekitar jam 7 lebih sedikit, kami sudah berkumpul di rumah Welly. Langsung tanpa menunggu lama lagi, kami segera tancap gas ke Subang untuk menjemput Aab dulu, lalu lanjut ke tempat tujuan, Curug Cileat. Yay, Cileat WTF (waterfall), we are comiiiing... just wait for us, dear...
Sebelum lanjut ke cerita berikutnya, aku mau sedikit memperkenalkan Cileat WTF pada teman-teman semua. Tak kenal maka tak sayang kan yaa... Makanya ayo kita kenalan ^_^
Cileat WTF terletak di Kampung Mayang, Desa Gardu Sayang, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang. Cileat WTF berada di Gunung Canggah, memiliki ketinggian kurang lebih sekitar 100 meter, dan merupakan curug tertinggi di Kabupaten Subang. Pendaki harus menempuh jarak sejauh 5 km untuk sampai ke Cileat WTF, terhitung dari parkiran sampai puncak. Sebelum sampai ke Cileat WTF, pendaki harus melewati tiga curug terlebih dahulu, yaitu Curug Citorok, Curug Cimuncang, dan Curug Cimuncang Pasir. Hiking tracknya benar-benar masih alami, lumayan menguras tenaga. Pendaki benar-benar harus siap fisik dan perbekalan tentunya, karena di Cileat WTF tidak ada yang berjualan kecuali pada hari libur besar. –demikian sekilas info-
Perjalanan dari rumah Welly ke Subang dan dari Subang ke Cisalak berjalan mulus. Tapi dari Cisalak ke gang menuju Cileat WTF, subhanallaaah syekalee, jalannya yang super maknyus mengajak kami untuk memacu adrenalin lebih cepat. Sempit, nanjak, berbatu, kanan gunung, kiri jurang, gubraks! -__-
Curug Citorok
Mang Wanco, sopir pendamping sampai berkata seperti ini, “wah ini bahaya kalau hujan, pasti licin. Pulangnya turun, ngegas bahaya, Ngerem juga bahaya.” Welly yang menyetir mobil terlihat tegang. Walhasil kami pun ikut tegang. Sempat beberapa kali Mang Wanco harus turun untuk melihat kondisi jalan dan memberi arahan ke Welly. Beberapa kali juga aku menyanyikan yel-yel semangat untuk Welly, “Welly bisa, Welly pasti bisa!” hahaa lebay kan, padahal mah deg-degan. Tapi Welly berusaha meyakinkan kami kalau dia sudah mahir mengendarai mobil, meski di jalan terjal seperti itu sekalipun. Pfiuuh... lumayan agak reda deg-degan kami.
Setiap bertemu orang, kami pasti bertanya, “A, ka Curug Cileat masih teras ka luhur?” | “Bu, mobil tiasa ka luhur ieu teh?” | “A, parkiranna tebih keneh?” and every answers can made us up and down, randomly. Huufft... Padahal waktu jaman SMA aku pernah ke Cileat WTF, tapi seingatku dulu jalannya gak seektrim ini deh. Hmm... tapi itu kan kurang lebih 5 tahun yang lalu. Haha... Jaman cepat sekali berubah, cuuy.
Curug Cimuncang
Dengan penuh perjuangan *Welly doang sih yang berjuangnya mah :P, akhirnya kami sampai juga di parkiran Cileat WTF sekitar jam 9. Turun dari mobil, kami berdoa dan bernarsis ria dulu. Mumpung ada kesempatan foto berenam, puas-puasiiin daaah. Setelah berfoto, kami membeli tiket. Setelah membeli tiket, bukannya langsung cuus naik-naik ke puncak gunung, eeehh si Aziz malah mampir dulu ke warung, beli jajan dulu, padahal kami sudah membawa amunisi. Hadeeuuh... bocah banget deh ah *tapi emang seru sih jadi bocah lagi hihii... Dan pada akhirnya jajanan Aziz diembat juga oleh kita berlima. Hahaa... Jadi, siapa yang bocah? :P 
Baru berjalan beberapa langkah, kami terhenti oleh aliran air. Aah sepertinya segar dan menenangkan. Akhirnya foto-foto lagi deh. Duuh... maniak kamera emang yaa semuanya. Mudah-mudahan aja jadi selebritis semua deh kelak. hihi :D aamiiin...
Kami terus melangkah dan melangkah. Baru saja sampai di pesawahan, kami sudah menyadari bahwa tracknya tidak main-main. Nanjak teruus... huh hah! Perjalanan di depan masih panjang. Kami masih harus melewati sawah dan gunung. 
Belum sampai di Curug Citorok, aku sudah kelelahan. Asli, aku lelah. Hal yang aku takutkan sebelumnya benar terjadi. Sebelumnya, aku pernah berkata seperti ini pada temanku, “minggu depan aku mau hiking. Duuh aku takut kepayahan nih. Sudah lama gak hiking soalnya. Kakiku pasti kaku.” Ya, benar saja. Aku sangat payah. Aku yang paling payah diantara lima kacrut lainnya. Huft.. sorry dear...
Karena kondisiku yang payah, sempat terjadi sedikit masalah diantara kami. Aku sering sekali minta beristirahat, sedangkan yang lain ingin terus berjalan. Ya sudah, akhirnya aku berjalan seperti siput, sedikit dan merayap, sambil sesekali diam untuk menghela nafas. Kacau banget deh gue.. 
Dengan kepayahanku, hanya Aab yang setia menemaniku. Aab berkali-kali memberiku semangat. Aab ikut diam ketika aku diam. Baah, padahal Aab sudah menikah, tapi kenapa justru Aab yang lebih care padaku. Sedangkan empat orang lainnya terus saja berjalan tanpa menoleh ke belakang, padahal berkali-kali aku panggil.
Akhirnya aku bisa sampai di Curug Citorok walau dengan merayap. Sesampainya di sana, melankolis melanda. Gue mewek. Bisa-bisanya yaa haduuh... kan malu-maluin. Sebenarnya aku menangis bukan karena ditinggalkan. Hanya hatiku saja yang sedang mellow oleh my personal feeling. Kalian gak tau kaan? Hahaa... Maaf yaa baru bilang lewat postingan ini. Aku sama sekali gak marah sama kalian. Meskipun mungkin terlihat seperti itu, tapi sebenarnya tidak. Cukup hanya hatiku yang tau alasannya. Maafkan aku, guys... very sorry... :’)
Sudah. Mari kita tutup postingan ini dengan mellow ending. Ikuti terus perjalanan selanjutnya di postingan berikutnya yaa... Masih bersama Timeless di Cileat WTF ;) see you, darling... mumumu :*

By. Si Famysa, sorry guys :*

Mijn Vriend