Rabu, 06 Juni 2012

Sahabat Mata

mereka tidak bisa melihat, tetapi mereka bisa mendengar dan merasakan. mereka tidak bisa melihat dengan mata mereka, tetapi mereka bisa melihat dunia dengan hati mereka. mereka tidak bisa melihat, tetapi mereka bisa terus berkarya, bahkan mengalahkan kita yang bisa melihat.
kekurangan tidak justru membuat mereka meratapi nasib. namun justru membuat mereka bangkit dan berusaha agar bisa berbuat seperti orang normal kebanyakan. mereka adalah Tim Sahabat Mata, salah satu sahabat FLP Semarang dari Mijen, Semarang.
lihat mereka! mereka bisa jadi pembicara, mereka bisa jadi motivator, mereka bisa jadi penyiar radio, mereka bisa membawakan musikalisasi puisi yang indah, mereka bisa bernyanyi, mereka bisa bermain alat musik, mereka bisa menjadi relawan... dan semua itu mereka bisa lakukan dengan satu kekurangan mereka, tidak adanya indera penglihatan.
bagaimana dengan kita? sudah bisa apakah kita?
lihat mereka! dengan kekurangan mereka sungguh tidak menjadikan mereka kufur nikmat. mereka justru mensyukuri kenyataan bahwa mereka tidak bisa melihat warna-warni dunia lagi. "dengan menjadi tidak bisa melihat, salah satu pintu neraka telah ditutup oleh Allah. karena kami tidak lagi akan melihat apa yang seharusnya tidak kami lihat yang akan menimbulkan dosa."
subhanallah...
bagaimana dengan kita? sudahkan kita banyak-banyak mengucap syukur, memanjatkan hamdalah dan senantiasa mengagungkan Allah?
lihat mereka! senyum tetap mengembang di bibir mereka. langkah mereka pun tetap tegap. wajah mereka selalu ceria. dengan kekurangan mereka, mereka masih tetap bisa menghibur dan memotivasi kita. sedangkan kita... bagaimanakah?
kita terlalu banyak mengeluh dan mengeluh padahal belum berusaha dan berdoa secara maksimal. terkadang kita justru menyalahkan Allah atas semua ketidaksesuaian harapan dan kenyataan yang kita terima. kita terlalu banyak meminta tanpa mau memberi yang terbaik untuk Allah. lantas masih pantaskah kita menerima semua rezeki dari Allah, apa pun itu? 
kesehatan pandangan, kesehatan pendengaran, kesehatan perasa, kesehatan pengecap, kesehatan seluruh tubuh kita terkadang justru membuat kita lalai dan kurang bersyukur. lantas haruskah Allah memberi kita cacat dulu baru lah kita sadar akan segala kesalahan kita?
kita... artinya kamu, termasuk aku... sudah saatnya untuk menggali potensi diri kita dengan menghadirkan Allah di setiap langkah kita. aku yakin bahwa aku bisa lebih baik dari mereka dengan segala kekurangannya. pasti! bagaimana denganmu?
"masalah tidak untuk didiamkan dengan alasan seiring dengan berjalannya waktu maka masalah tersebut akan hilang dan dapat teratasi. tetapi masalah tersebut harus dihadapi!"
"adakah harga yang lebih mahal dari surga Allah? bagaimana caranya agar kita dapat dibeli oleh Allah?"
~Sahabat Mata~

by. si Famysa, yakin Beswan Djarum!

Selasa, 29 Mei 2012

Sundanese Poem

mulai dari postingan ini sampai dengan dua postingan ke depan, aku akan bercerita tentang sesuatu yang terjadi di tanggal 19-20 Mei lalu. 
hoyaa ada apakah pada hari itu?? 
mari kita simak! ;)

tanggal 19 Mei malam, aku ditodong oleh salah satu seniorku di FLP dengan secarik kertas kecil. "Dek, besok kamu baca bagian ini ya. kamu giliran baca ketiga. diterjemahkan ke bahasa Sunda," ujar si Mbak lalu pergi sambil menyeringai *oops maksudnya nyengir kuda. hehehe... 
kenapa aku bilang aku ditodong? karena belum sempat aku bertanya dan berpendapat, si Mbak langsung meninggalkanku. ckck... 
langsung saja kubaca potongan puisi yang ada di secarik kertas dalam genggamanku. kucoba menerjemahkan satu persatu kata ke dalam bahasa Sunda. tapi baru saja aku memulai, aku justru diam seketika. aku mendadak lupa euy sama beberapa kata bahasa Sunda yang harus kugunakan. garuk-garuk kepala deh gue. mana itu malam hari, masih banyak rangkaian acara berikutnya, masih belum mengerjakan desain sertifikat. hmm... semangat kakaks!! --"
aku sempat selesai menerjemahkan puisi itu. tapi kurasa masih ada yang kurang. aku merasa tidak pede membacakannya di depan semua panitia dan peserta Writing Super Camp. takutnya ada diantara mereka yang Sesundaan juga. kan berabe jika bahasa Sunda yang kugunakan dalam puisi itu keliru. malu nanti saya..
beruntungnya aku teringat pada mamahku. mamah bukan saja guru bahasa Indonesiaku di sekolah SMP dulu, dia juga merangkap sebagai tentor bahasa Sundaku. hihihi... lalu ku-sms saja mamah. to the point, minta tolong terjemahkan puisi ke dalam bahasa Sunda. hahahaa *anak nakal merepotkan orang tua *jangan ditiru!
mamah baru balas smsku pagi-pagi. dan ini lah hasil terjemahannya...
anjeun teh kumaha? 
anjeun nyarita yen Pangeran teh deukeut. anjeun sorangan ngageroan Pangeran make sapeker unggal waktu
anjeun nyarita yen anjeun resep akur. anjeun unggal poe ngajakan pasalia 
kuring kudu kumaha?
anjeun nitah kuring ngawangun. kuring ngawangun, anjeun ngarusak
anjeun nitah kuring nyengcelengan. kuring nyengcelengan, anjeun nu meakkeun
anjeun teh kumaha?
anjeun nitah kuring ngagarap sawah. kuring ngagawap sawah, sawah kuring ku anjeun dipelakan imah
anjeun nyarita kuring kudu boga imah. kuring boga imah, anjeun ngaratakeunna jeung lemah
ketika tiba giliranku membacakan puisi bagianku, tebak apa yang terjadi?
semua orang tersenyum *entah geli atau kenapa, bahkan ada yang tertawa juga. why deeh? padahal kakak-kakak yang lainnya tidak ada yang mendapat respon semeriah respon padaku. -,-
aku curhat saja pada mamah. "Mah, puisinya udah dibacain. kok semua penonton pada ketawa ya, Mah?" --- "loh kok ketawa sih?" --- "makanya itu yang aku pertanyakan. kenapa mereka ketawa waktu aku baca puisi bahasa Sunda? padahal waktu yang lain baca mah biasa aja tuh." --- "bisa jadi mereka ketawa gak ngerti atau ketawa karena cara kamu membacanya." --- "hmm iya kali ya, Mah. ada orang Sunda nyasar di tengah-tengah orang Jawa, ya diketawain lah logatnya --a"
oh ya, sebelum mendapat hasil terjemahan mamah, aku juga sudah mencoba menerjemahkannya. nah tapi ternyata bahasa terjemahanku terlalu halus, tidak cocok lah untuk puisi yang berisi kritikan dan keluhan seperti ini. hhoho... untuk yang kesekian kalinya aku acungkan 4 jempolku untuk mamah deeh :D terima kasih mamah :*
oops... ada yang tahu arti puisi di atas? pasti hanya yang bisa bahasa Sunda yang mengerti ya? hehehe *ya iya laahh... :O
baiklah akan kuberi versi bahasa Indonesianya khusus untuk teman-teman pembaca semuanya :) ini dia...
poem by Gus Mus
for full version, click here
sudah dulu yaa cerita malam ini. ikannya belum mereeem *loh :S

by. si Famysa, bobo yuk! :)

Jumat, 25 Mei 2012

Semirang Waterfall & Fly Veil Tragedy

alangkah padatnya agenda di bulan Mei ini. bahkan jika hari ini aku jadi mengikuti kegiatan Jambore Muslimah, mungkin aku tidak akan ada waktu untuk menggarap laporan PKL mata kuliah Perencanaan Pembangunan dan meneruskan postingan yang sempat mendekam di draft beberapa hari ini. hhh... bismillah, Yaa Robb.. semoga semua hari sepanjang Mei ini bernilai ibadah di mata-Mu. aamiin...

hari Sabtu-Minggu, 12-13 Mei lalu aku berkesempatan untuk menyambangi Desa Gogik di Kabupaten Semarang bersama teman-teman dari sebuah organisasi kampus. sebuah desa yang jauh dari keramaian, sebuah desa yang terletak agak di dataran tinggi dibanding dengan Semarang Kota. suasananya damai dan ndeso banget. tentu saja suasana itu mengingatkanku pada rumahku tercinta nun jauh di Cipunagara Subang sana. tapi sayang ada yang berbeda, yaitu bahasa. Jawa banget deh. aku jadi agak tidak kerasan. hehehe *sorry.
agenda hari Minggunya yaitu rihlah. tempat rihlah yang akan kami tuju adalah Curug Semirang. ini ada sedikit oleh-oleh foto untuk teman-teman sekalian. barangkali ada yang demen jalan-jalan ke curug, mungkin curug yang satu ini bisa menjadi salah satu referensi perjalanan kalian. :)
dari sebuah pondok tempat kami bermalam, kami berjalan kaki menuju loket karcis Curug Semirang. jalannya naik-naik ke puncak gunung alias nanjak. lumayan lah bisa untuk membakar lemak. hehe..
ternyata loket karcisnya tidak terlalu jauh. hmm.. mungkin sekitar 15 menitan berjalan kaki -tidak ngebut, tidak alon-, kami sudah sampai di loket.
oh ya, nama curugnya hampir nyaris-ris-ris sama dengan nama kabupatennya ya.. Semirang versus Semarang :D cuma beda huruf i dan a saja.
tepat di depan kami setelah kami berpaling dari loket karcis dan akan menuju curug, kami disambut oleh tulisan "Curug Semirang, 900 meter". woo... berarti dekat dong ~pikirku~. makanya aku agak sedikit tersenyum dan berjalan santai saja. karena kata temanku yang pernah survey ke curug, hanya butuh waktu 30 menitan saja untuk sampai ke sana.
ini sih keciiiiiilll.... bahkan aku pernah hiking ke tempat yang track bahkan jarak tempuhnya lebih jauh dari Curug Semirang :D *upaya menyombongkan diri di awal perjalanan agar memiliki tambahan energi buat nanjak :P
setengah perjalanan sih bisa aku lalui dengan fine-fine saja, tanpa banyak mogok dan tanpa banyak bertanya "masih jauh gak nih?" hhoho...
tapi setengah perjalanan berikutnya, aku mulai loyo dan ingin segera menghentikan pendakian. Agung, temanku (cowok di foto atas yang pakai hitam-hitam) selalu bilang "sebentar lagi nyampe kok... tuh tinggal 2 tangga lagi... Allahu Akbar!" untuk menyemangatiku dan teman-teman. hah tapi kami selalu menimpali upaya pemberian semangat Agung dengan kata-kata, "ahh udah diem aja! daripada bohong mulu. dari tadi udah deket, tapi kok masih belum nyampe aja." hahahaa... maklum deh kami para cewek dan memakai rok pula.
aku terengah-engah. faktor jarang berolah raga dan sudah lama tidak hiking sangat mempengaruhi pendakianku. bahkan aku masih ingat terakhir kali aku hiking adalah bulan Desember tahun lalu. wow banget kan?? gkgkgk... pantas saja kemarin dibawa hiking lagi jadi berasa Mak Rempong :P
namun berkat izin Allah SWT, akhirnya aku bisa menuntaskan pendakianku. aku sampai di Curug Semirang!
curugnya... hmm... lumayan laah... meski tidak seindah dan sebesar Curug Cileat Subang. hehehe
noh lihat saja sendiri fotonya! 
memang hasil yang akan kita peroleh adalah sebanding dengan perjuangan dan usaha kerja keras kita! dulu aku mendapatkan keindahan Curug Cileat yang amat menenangkan hati *sedikit lebay, karena perjalanan yang aku tempuh tidak mudah. waktu tempuhku pun lama, sekitar kurang lebih 3 jam. sedangkan sekarang, hanya dengan 900 meter dan dengan waktu lebih dari 30 menit-kurang dari satu jam, aku sudah bisa sampai ke tujuan. ;)
setelah foto yang satu ini, ada kejadian yang amat memalukan. sangat berbekas dalam memoriku, dan mungkin tidak akan pernah terdelete sampai kapan pun. satu kebodohan diri sendiri dan nasib unlucky. hhh... maafkan aku, Allah... maafkan aku, teman-temaan :(
apa cobaaa??
sudah jelas tertulis di judul postingan tuh!
ini aib! 
lantas kenapa aku mempublish aibku sendiri di sini? di blog ini? hhh... tidak lain dan tidak bukan karena hal itu sangat mengganjal di perutku *eh, hatiku. aku terus kepikiran dan teringat-ingat kejadian itu. higs.
sayangnya ketika kejadian unlucky itu berlangsung, teman-temanku yang cewek malah ikut panik dan justru berteriak-teriak menyuruhku turun ke tempat mereka, bukannya langsung mengamankan my veil. hah. tapi aku juga tidak bisa menyalahkan mereka. karena kesalahan terbesar memang ada pada diriku sendiri. :'( *cry..cry..cry.. kucek-kucek matae..
forget it lah, Syif!!
(: .w.e.a.r.e.f.k.m.m.f.i.s.i.p.u.n.d.i.p.c.r.e.w. :)

by. si Famysa, banyak tugas --"

Selasa, 22 Mei 2012

She's A Long Blue

sakit hati itu... berasa ditusuk-tusuk ribuan jarum tumpul, dipaksa untuk bisa melukai kulitku, dan akhirnya secara perlahan kulitku terlukai juga. sakitnya perlahan namun berkepanjangan. higs #abaikanlah!

tanggal 7 Mei 2012 lalu, si Long Blue hadir dalam hari-hariku. sayang setengah hatinya tersangkut di Jogja, dan kami belum sempat mengabadikan momen bersama sebagai a new Long Blue couple.
di bagian perut terdapat sabuk yang dapat dilepas. dressnya tanpa lengan dan belum termasuk manset (dalamannya). so bisa dimix and match sendiri. suka-suka anda gitu loh..
bahannya katun cap siih.. makanya harganya murah meriah. 135ribu saja sepasang. gambar batik yang aku kenakan beserta keterangan lebih lengkapnya dapat dilihat di sini. selain warna biru (seperti yang aku pakai), masih ada warna lainnya: coklat & hijau. 
pas dipakai sama aku jadi cantik kan dressnya?? hhehee
*foto diambil di Desa Gogik Kabupaten Semarang
*photo by Isna
mau batiknya??
buruan serbu di Famysa Collections! ;)

by. si Famysa, sedang rindu

Kamis, 17 Mei 2012

Membangun Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Politik Dengan Pendidikan Moral

Partisipasi penting bagi pembangunan, bahkan menjadi tujuan pembangunan itu sendiri. Yakni terlibatnya, tergeraknya seluruh masyarakat dalam suatu proses pembangunan berencana sesuai dengan arah dan strategi yang telah ditetapkan melalui suatu bentuk partisipasi dalam sistem politik. Tiga hal penting lainnya yang mendapat perhatian administrasi pembangunan dalam rangka partisipasi tersebut adalah masalah kepemimpinan, komunikasi, dan pendidikan. 
Pendidikan tersebut dapat berupa pendidikan formal maupun pendidikan informal. Di dalam pendidikan formal dan informal ini lah pendidikan moral perlu dimasukkan. Karena saking pentingnya pendidikan moral sehingga dalam banyak hal kemajuan peradaban suatu bangsa dapat diukur dari sejauh mana individu-individu dalam bangsa tersebut dapat menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
Pendidikan moral dapat juga dimasukkan dalam kurikulum sekolah dan Perguruan Tinggi dengan porsi yang agak besar. Atau dapat juga dicontohkan dengan sebaik-baiknya oleh para guru, dosen, politisi, pejabat publik, pemimpin bangsa, pemimpin daerah, dll (mengajar dan memimpin dengan teladan).
Moral adalah hal-hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai “kewajiban” atau “norma". Moral juga dapat diartikan sebagai sarana untuk mengukur benar tidaknya tindakan manusia (Wahyudi Kumorotomo, 2007).
Walaupun pada kenyataannya justru masyarakat menjadi korban contoh yang tidak benar dari mereka tersebut di atas. Dewasa ini masyarakat sering menyalahartikan partisipasi pembangunan. Mereka lebih suka melakukan demonstrasi anarkis daripada mengawasi dengan benar jalannya pembangunan di Indonesia. Parahnya lagi, mereka bahkan ada yang tidak mengerti tujuan dari demonstrasi mereka untuk apa dan dilatarbelakangi apa. Tanpa tahu ilmunya, mereka serta-merta ikut-ikutan berdemo karena kurangnya pendidikan moral. Sebagai contoh beberapa waktu yang lalu ketika peringatan tujuh tahun pemerintahan SBY dan wacana kenaikan harga BBM, teman saya mengikuti demo yang dipimpin oleh salah satu himpunan yang diikutinya. Ketika saya bertanya apa yang melatarbelakangi demo tersebut, dia tidak mengetahuinya. Dia sekedar ikut untuk meramaikan suasana, terlebih lagi karena ada bayarannya. Pada contoh ini, dia melakukan hal yang benar (demonstrasi) tetapi dengan alasan yang salah (just be a follower), yang berarti telah menyalahi moral.
Contoh lainnya ketika ada pencalonan kepala desa di desa saya, para warga desa menyalahkan kedatangan calon kepala desa A ke rumah-rumah mereka karena calon kepala desa A tersebut tidak membawa bingkisan apa-apa. Dan mereka sepakat tidak akan memilih calon kepala desa A tersebut. Pada contoh ini juga warga desa telah menyalahi moral karena tidak berlandaskan atas kebenaran.
Dalam dua contoh yang telah diuraikan sebelumnya terlihat jelas bahwa masyarakat Indonesia masih sangat berpendidikan moral rendah. Mereka masih sangat mudah dirayu dengan ‘uang’. moralnya berUANG! Bagaimana bisa pembangunan di Indonesia, terutama pembangunan politik berjalan dengan baik jika segala sesuatunya harus berdasarkan dengan sogokan?
Dengan pendidikan moral yang sebaik-baiknya, diharapkan Indonesia dapat mencapai pembangunan politik yang bersih, transparan, dan dapat dipercaya. Tidak hanya berlandaskan ‘uang’ tetapi memang berlandaskan hati nurani dan dengan melihat kemampuan yang ada.
Pendidikan moral dapat diaplikasikan dengan melihat unsur-unsur berikut:
  1. Harus diarahkan kepada konflik moral dan menstimulasi pertimbangan moral tingkat tinggi;
  2. Harus diarahkan kepada pengambilan peranan moral dan tumbuhnya empati moral;
  3. Harus diorientasikan kepada pilihan moral dan tindakan moral;
  4. Harus diarahkan kepada norma-norma yang sudah diterima secara umum dan kepada moral komunitas;
  5. Harus diarahkan kepada analisis terhadap situasi moral dan sistem nilai;
  6. Harus diorientasikan kepada penalaran pribadi peserta didik, perubahan sikap, dan aspirasi psikologis    (menguasai dan mempertahankan);
  7. Harus diarahkan kepada pengetahuan moral teoritik yang dimiliki seseorang (misalnya psikologi moral,   filsafat moral, dan lain sebagainya).
Setidaknya dengan pendidikan moral pasti akan ada dampak positifnya, karena tidak semua masyarakat Indonesia mengabaikan pendidikan. Masih banyak masyarakat Indonesia yang bertindak berdasarkan pendidikan dan ilmu yang dimiliki. Diharapkan walaupun tidak semua unsur dapat terealisasi, setidaknya masyarakat mengetahui mengenai mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk sehingga dapat bertindak sesuai dengan yang seharusnya.

acuan:
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1974. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES
Siagian, S.P. 2001. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Gunung Agung
Kumorotomo, Wahyudi. 2007. Etika Administrasi Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Haricahyono, Drs. Cheppy. 1995. Dimensi-dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press

Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bangkit di BlogCamp

by. si Famysa, calon birokrat bermoral :D

Mijn Vriend