Ini kisah orang terdekatku. Ini kisah sebuah keluarga yang
menginspirasiku. Ini kisah lama. Kisah ini masih berlangsung. Dan akan terus
berlangsung sampai akhir hayat mereka. Bahkan sampai akhir hayat manusia di
bumi.
Sekitar 17 tahun yang lalu, ada sepasang muda-mudi yang
mengikat janji suci mereka dalam bahtera pernikahan. Aku ada di sana. Aku turut
menyaksikan senyum yang teramat manis dari mempelai wanita. Langkahnya anggun
nan menawan. Sesekali ia tersipu malu dibalik kebaya dan kerudung putihnya. Sebentar
lagi ia akan menjadi pendamping hidup kekasih hatinya.
Ada kisah lain yang mengawali perjumpaan mereka. Waktu masih
duduk di bangku SMA, sang pengantin wanita pernah pacaran dengan teman
sebayanya. Namun pacarnya ternyata berhati dua, menduakan sang pengantin wanita
dengan temannya sendiri. Sang pengantin wanita tak pernah ambil pusing tentang
pacarnya yang berhati dua. Ada pacar, ada juga fans. Sang pengantin wanita juga
sempat memiliki fans berat yang selaluuu memberi perhatian padanya. Namun fans
hanya sekedar fans, tidak lebih. Karena jelas sang artis memiliki kisahnya
sendiri. Selain ada pacar dan fans di sekitar sang pengantin wanita, dia juga
sedang dekat dengan seorang pria. Singkat cerita, di akhir kisah, menikahlah
sang pengantin wanita dengan seorang pria itu.
“waktu kami menikah,
kami mulai semuanya dari minus, bukan dari nol,” kata sang pengantin wanita.
Pernikahan mereka bisa dibilang nekat. Hanya ridho dan
pertolongan Alloh yang bisa membawa mereka sampai pada titik ini, mungkin. Sang
pengantin wanita bekerja sebagai buruh pabrik. Sang pengantin pria, dia baru
saja lulus sekolah pelayaran. Menjadi lulusan sekolah pelayaran bagi sang
pengantin pria bukan sebuah hal yang bisa membuatnya tertawa lebar. Namun tetap
saja itu merupakan sebuah prestasi baginya. Prestasi karena dia akhirnya bisa
lulus sekolah dengan uang pinjaman dari sana-sini. Ketika menikah, belum
bekerja, ada hutang di depan. Apa yang akan terjadi??
Mereka memulai hari mereka sebagai suami-istri seperti
pasangan pengantin kebanyakan. Menumpang di rumah orang tua sang pengantin
wanita. Meski belum mapan, mereka tetap berencana untuk memiliki anak tanpa
menundanya. “anak dulu, atau kerja dulu ya, Pah? Hmm... apa aja dulu yang
datang duluan deh ya.. segimana Alloh ngasihnya apa dulu,” kata sang pengantin
wanita pada suaminya.
Sang pengantin pria tak henti-hentinya mencari pekerjaan
dengan penghasilan yang layak untuk kebutuhan rumah tangga dan mencicil hutang.
Penghasilan dari pelayaran dalam negeri waktu itu dirasa tidak cukup untuk
memenuhi semuanya. “Mah, Papah berlayar ke Malaysia aja deh ya...” canda sang
pengantin pria. “Kalau memang itu jalan yang diberikan Alloh, ya udah, Pah, gak
apa-apa Papah pergi jauh juga.”
Paspor, visa, perijinan, dan segala tetek-bengek keperluan
berlayar ke luar negeri sudah dilengkapi. Baru saja mereka mencicipi manisnya
madu, kini mereka harus terpisah oleh jarak yang terbentang jauh. Sang
pengantin wanita mengantar kepergian suaminya demi mencari nafkah. Di Bandara
Soekarno-Hatta, ini lah awal segalanya.
--o--
Tergopoh-gopoh sang pengantin wanita menuju rumah tetangganya
yang memiliki telepon rumah. Katanya ada kabar dari negeri seberang untuknya,
dari suaminya. “Mah, Papah harus pulang dulu. Ada berkas yang belum Papah
lengkapi. Papah harus bawa surat keterangan sehat dari tempat asal. Besok Papah
pulang, diberikan ijin dua minggu untuk mengurus ini. Diongkosin pulang-pergi
juga sama perusahaan. Sudah ya, Mah... wasalamu’alaikum.”
Alloh memberi kemudahan bagi hamba-Nya yang senantiasa berdoa
pada-Nya. Mungkin ini jawaban dari kerinduan sang pengantin wanita. Suaminya akan
pulang. Alhamdulillah tanpa biaya sepeser pun. Allah memudahkan segalanya.
Dua minggu berlalu. Sang pengantin pria harus kembali lagi ke
Negeri Jiran.
Dua bulan berlalu. Sang pengantin wanita memberi kabar
gembira pada suaminya. Sambil terisak penuh doa.. “Pah, Mamah hamil...”
Aku takjub mendengar setiap detail kisah ini. Setiap anak di
bumi ini memang membawa rizkinya masing-masing. Pada akhirnya kerjaan dapat,
anak pun dapat. Mereka semakin hari semakin mapan. Tadinya sang pengantin
wanita ingin menamai anak pertamanya “Rizki Ananda”, tapi tidak jadi karena
sudah terlanjur diberi nama lain, nama yang sama indahnya dengan Rizki Ananda.
“untung kamu nikahnya sama suamimu yang sekarang ini ya..
bukan sama fansmu dulu, yang dulu tajir tiada tara, sekarang hidupnya gak
jelas” ~testimoni seorang kawan sang pengantin wanita terhadap fansnya dulu~
Hutang terbayar, tiga bidadari penyejuk hati, rumah mewah,
mobil, motor, gadget, usaha dan pekerjaan, pergi haji, pendidikan anak, piknik
keluarga, rohani islam yang semakin kuat, sekarang mereka memiliki semua itu. Dari
dua, menjadi lima. Dari dua, bisa merangkul satu, dua, tiga, empat, lima orang,
dan banyak lagiii... Karena sejatinya hidup memang untuk berbagi kebahagiaan. Ini
lah yang sedang mereka lakukan sepanjang hidup mereka.
Cinta memang bisa mengubah segalanya. Air menjadi api. Pahit
terasa manis. Lelah sirna menjadi canda tawa. Batu pun bahkan melunak. Mungkin
benar kata ilmu pasti, matematika. Minus (-) dapat menjadi plus (+)
ketika minus dikalikan dengan minus ((-)x(-)). Lalu ditambah oleh
rumusan cinta, sehingga satu plus (+) bisa berubah menjadi banyaaak
sekali plus (+), plus (+), plus (+).
“seayem-ayemnya rumah tangga terayem yang
pernah aku lihat, ternyata dibalik sana tidak seayem luarnya” ~Famysa~
Sang pengantin pria tampaknya mulai jenuh. Pulang bukan
membuatnya sumringah. Dia malah terus merenung dan pergi ke masjid lebih sering
dari biasanya, hanya untuk menangis. Setiap rumah tangga pasti pernah atau akan
melalui fase ini. Ketika jenuh melanda... “Mah, Papah ingin menikah lagi dengan
gadis yang masih cantik,” jujur sang pengantin pria pada istrinya. “Papah gak
usah nikah lagi. Mamah yang akan menjadi gadis itu.”
Mulai dari belly dance, senam, aerobik, diet makanan,
suntik vitamin C, semua dilakukan sang pengantin wanita. Semata-mata demi
suaminya yang sedang dilanda kejenuhan. Cukup lama meredakan kejenuhan itu. Hampir
satu tahun. Hingga iman dan takwa mengembalikan segalanya. Bahtera yang hampir
terbawa gelombang besar bisa menemukan kembali ketenangan laut lepas. Bersama, berlima,
mereka melanjutkan perjalanan hidup....
“Rumah tangga kami pernah nyaris di ujung tanduk. Waktu itu
aku sudah tidak bisa apa-apa. Aku hanya berdoa, berdoa, dan berdoa. Aku hanya
mengajak suamiku untuk istighfar memohon ampun dan berdoa. Jika memang takdir
Papah menikah lagi dengan gadis, bisa saja Mamah meninggal lebih dulu, lalu
Papah bisa menikah lagi dengan gadis, tidak usah pakai poligami atau bercerai
segala,” tutur sang pengantin wanita padaku...
Ini kisah nyata. Mereka adalah orang terdekatku. Mereka adalah
keluarga yang sangat aku sayangi. Barakallah untuk keluarga yang senantiasa menginspirasiku
ini... :’)
barakallah pernikahannya, Mbak Uniek & suami... semoga tetap menjadi keluarga yang samara... semoga langgeng sampai kakek-nenek, biarlah maut menjadi satu-satunya hal yang bisa memisahkan... semoga dari tangan-tangan kalian tumbuh generasi pembela agama dan negara... puokoke sing apik-apik semoga selalu menyertai keluarga Mbak... aamiiin ya Robbal 'aalamiin... :))
doakan juga semoga diriku ini cepat mendapat jodoh yang terbaik ya, Mbak... hihihii :D
doakan juga semoga diriku ini cepat mendapat jodoh yang terbaik ya, Mbak... hihihii :D
By. Si Famysa, :’)
Masya Allah ... cerita ttg orgtua Syifa ? Indahnya ...
BalasHapusMudah2an kelak Syifa pun seperti mereka ya
bukan tantee... tapi masih keluarga juga, aku deket banget sama keluarga ini :)
BalasHapusaamiiin yaa Robb...
Cepat menyusul ya mbk hehehheee :D
BalasHapusindah ya syifa kisahnya, dan semoga selalu indah kisah dalam keluarga ini, semoga aku juga bisa seperti pengantin wanita itu selalu berdoa dan sabar dalam penghadapi masalah yang datang amin
BalasHapusinspirasi!
BalasHapusthanks for sharing,syifa ;)
Tiap orang berkeluarga pasti pernah terjadi masalah ya, ntah itu besar atau kecil. Alhamdulllah dapat dilalui dengan baik ya Syifa. Lah kamu kapan? :p
BalasHapusbener gue mrinding membacanya, Tapi kagak bisa dipungkiri mank gitu kok, dan gue seneng banget, dengan testimoni nikah itu memperlancar rezeki. tapi ketika jauh dengan istri itu yg terkadang membuat gue takut untuk cepet2 nikah. gue harus cari kerjaan yang bisa membawa istri, untuk kerjaan gue yg sekarang sepertinya belum bisa lakuin itu, dan gue selalu berdoa untuk itu, amin
BalasHapus@Irfan: semoga saja... :D aamiiin....
BalasHapus@Nophi: iya mba, semoga ya.. :) aamiiin....
@CLk7: kembali kasih :)
@mba Rahmi: kapan2 aja deh mba. kalo udah waktunya insya Alloh segera tebar undangan. hihihih :D
@Rinem: aamiiin.... selamat mempersiapkannya nem! semangat! :)
semoga menang ya kak :-)
BalasHapusSiapin apa an ya? Mikir keras haha
BalasHapusHarus dijadikan inspirasi, bagaimana melalui gelombang besar dan bagaimana melalui tahun ke tahun pernikahan yang diawali dari nol. Saya do'akan yang bercerita segera bertemu belahan hatinya dan segera meminang kalau masih single :)
BalasHapusSalam dari Bali.
@websitemini: aamiin... makasih doanya :)
BalasHapus@Rinem: mikir lebih keras lagi ayoo :D
@Pendar Bintang: waaa *cling2 :O aamiiiinn buat doanya :D
salam balik dari Semarang mba :)
Ngeri bacanya, jadi ga tertarik nikah muda :(
BalasHapusthat's so touched!
BalasHapuswould you mind to follow each other? :)
Kisses from Hong Kong :*
www.basic-classic.blogspot.com
https://www.facebook.com/basicclassic
www.instagram.com/Andianti_
Indah ya ...
BalasHapusHttp://nawayhac.blogspot.com
BalasHapus@Ajeng: ya, i wanna be too :* hugs from Indonesia sista :))
BalasHapus@tante Niar: indah banget tantee :')
terima kasih ya Syifa utk partisipasinya :) Juga terima kasih untuk doanya. Maaf belum komenin tulisannya ya, ini baru ngrekap pesera :D Good luck
BalasHapussama2 tantee... aku yg menangnya yaa. hihihi
BalasHapus