Minggu, 01 Juni 2014

Catatan Akhir Mahasiswa Super

Aku bukan mahasiswa yang hanya mengandalkan uang kiriman dari orang tua. Tanggal muda maupun tanggal tua sama saja bagiku, sama-sama harus selalu kerja keras. Beruntung aku punya tabungan yang cukup untuk modal hidup ketika orang tua tidak bisa memberi kiriman selama lima bulan. 
Aku sempat merasakan kerasnya dunia Multi Level Marketing (MLM). Senang rasanya mendapatkan uang dengan nominal yang cukup besar dari hasil jerih payah sendiri, bekerja di bawah tekanan dari pagi sampai malam, lumayan untuk nombok kekurangan biayaku.
Aku bukan mahasiswa yang mau apa tinggal bilang pada orang tua. Walaupun mungkin orang tuaku akan mati-matian mengusahakannya, tapi aku tidak sekurang ajar itu. Aku bukan mahasiswa yang dua kali ganti laptop selama kuliah. Cukup laptopku, PinkQ saja yang menemaniku. PinkQ kusebut legendaris karena dia adalah laptop tertua dan terawet diantara laptop teman-temanku. Meski sudah sakit-sakitan, tapi PinkQ masih bisa kuajak menghasilkan uang.
Aku bukan mahasiswa yang berkali-kali minta pada orang tua untuk ganti hp atau gadget lainnya demi mengikuti tren, demi tidak diledeki kudet, demi eksis di sana-sini. Karena kamera digital, hp android, kamera SLR, dan tablet yang kumiliki saat ini adalah hasil jerih payahku berjualan batik online, serta untuk mendukung kelangsungan bisnis onlineku juga. Kupikir untuk apa hp atau tablet yang canggih kalau sekedar untuk mengikuti tren, untuk bermain games, untuk mengakses yang tidak penting. Untuk apa kamera keren kalau sekedar demi kesenangan semata. 
Aku bukan mahasiswa yang kerjaannya santai, 'kupu-kupu' alias kuliah-pulang-kuliah-pulang, tanpa secuil prestasi pun diluar kuliah. Apalagi menonton film sampai pagi, mati-matian menghafal lirik lagu dan selebriti, nongkrong di sana-sini, buang uang sana-sini. Aku mempunyai target. Betapa sia-sianya waktuku selama empat tahun kuliah jika hanya dipenuhi oleh lagu-lagu dan film-film.
Aku bukan mahasiswa yang kebanyakan uang. Di saat orang lain berkali-kali berganti tas, aku justru tetap setia dengan tas-tasku sejak jaman sekolah dulu. Toh tas-tasku masih bagus dan bisa dipakai. Tidak perlu lah mengikuti keinginan dan memuaskan rasa bosan terus. Buku tulis saja aku cuma beli satu kali, itu pun paroan dengan temanku. Binder dari jaman SMP masih kupergunakan. 
Aku bukan mahasiswa yang fashionable, yang bisa berganti baju baru atau sepatu baru terus. Sepatu putihku yang buluk setia menemani langkahku. Pakaian-pakaianku sebagian besar adalah peninggalan dari jaman sekolah dulu. Bahkan pakaian dari jaman SD saja masih ada yang terpakai.
Aku bukan mahasiswa yang bisa jajan seenaknya. Mau eskrim tinggal beli, mau coklat tinggal beli, mau cemilan apapun tinggal beli. Hanya ketika stres tugas dan skripsi saja aku bisa jajan semaunya. Selebihnya, sering-sering tahan iman, tahan godaan. Masih banyak hal lain yang lebih penting, masa depanku lebih penting daripada nafsuku pada jajanan.
Aku bukan mahasiswa yang tiap minggu bisa menengok kampung halamanku. Aku mahasiswa rantau. Bahkan pulang pun bagiku bukan sekedar melepas rindu, tapi harus mendapatkan ilmu dan pemasukan rupiah baru dari hasil daganganku.
Aku bukan mahasiswa yang mempunyai serentet kisah SD yang indah untuk diceritakan pada teman-teman. Uang jajanku paling besar selama SD adalah Rp 500, itupun dengan catatan kalau tidak sarapan di rumah. Kalau sudah sarapan di rumah, kadang diberi Rp 200, atau tidak sama sekali. Karena Rp 200 pun sering habis oleh mereka para pembullyku. Namun senang sekali rasanya ketika aku bisa mengumpulkan tabungan sebanyak Rp 200.000 saat kelas 2 SD dari uang jajan Rp 200ku plus tambahan angpau dari kakek dan nenekku. Wow!
Aku mahasiswa kampungan. Ya, aku berasal dari kampung. Banyak tempat gaul dan apapun yang gaul-gaul yang aku tidak tahu. Tapi sepertinya sekarang anak kampung ini sudah agak maju. Minimalnya beli gadget saja tidak usah minta pada orang tua.
Aku bukan mahasiswa yang berasal dari keluarga kaya raya atau keluarga harmonis. Mungkin ketidakharmonisan yang membuat keluargaku seperti tidak kaya raya, padahal mereka mempunyai segudang simpanan harta. Aku bukan mahasiswa yang fokus kuliah, berbisnis, dan berkarya tanpa masalah keluarga. Justru masalah-masalah keluargaku itu yang memicuku semakin giat bekerja keras. Namun apakah harus mereka yang berada dalam kedamaian keluarga merasakan masalah keluarga dahulu agar semangat juangnya terpicu? Menurutku ini bukan solusi. Hanya saja ini kerap dijadikan alasan bagi mereka yang malas bekerja keras.
Aku bukan mahasiswa biasa saja, karena aku adalah mahasiswa luar biasa! Aku tidak akan merasakan menjadi pengangguran, karena pada detik ini pun aku sudah mempunyai kesibukan yang menghasilkan pundi-pundi rupiah. Aku hanya seorang mahasiswa yang tiada henti memotivasi diri bahwa aku adalah seorang pebisnis, penulis, pembelajar, dan pengabdi :)
And whats the next? Aku ingin terus berbisnis, aku ingin terus menulis, aku ingin kuliah S-2, aku ingin menikah, dan aku ingin berbagi dan terus berbagi hingga tutup usia nanti.... Aamiin...
Bukan perjuangan namanya jika segala sesuatunya berjalan dengan mudah. Karena bagiku perjuangan adalah usaha menembus batas ketidakmungkinan, usaha yang penuh dengan halang rintang, usaha yang bisa membuat kita menggapai bintang-gemintang.
Ada tujuan, ada usaha. Ada tujuan, tanpa usaha, mustahil tujuan dapat tercapai. Berharap ada keajaiban pun tak berhak. Karena keajaiban hanya diperuntukkan bagi mereka yang berusaha sekuat tenaga. 
by. si Famysa, mahasiswa super!  

Sabtu, 31 Mei 2014

Pinter Kodek

Ada yang tahu atau pernah dengar istilah 'pinter kodek'? Orang Sunda harusnya tahu loh yaa... Karena ini istilah bahasa Sunda :)
Sederhananya, pinter kodek itu adalah sebutan bagi orang yang curang. Lebih luasnya, pinter kodek itu adalah sebutan bagi orang yang bersikap "habis manis sepah dibuang" pada orang lain, atau bersikap "kacang lupa pada kulitnya" pada orang yang telah berjasa padanya, atau ingin senang sendiri tapi melupakan kesenangan orang lain, atau ingin berbagi sedih dengan orang lain tapi giliran senang dia tidak berbagi, atau ingin untung sendiri tapi merugikan orang lain, atau... apa lagi ya? Hmm... Silakan tafsirkan saja sendiri lebih luas. Intinya pinter kodek itu sifat curang, baik sedikit maupun banyak, dalam hal apapun.
Pinter kodek tidak sama dengan pelit. Banyak orang yang pinter kodek baik hati dan suka memberi. Namun dalam beberapa hal yang sekiranya bermanfaat dan penting bagi orang lain, dia kadang menyimpan untuk dirinya sendiri, dia tidak mau membaginya dengan orang lain, walaupun dengan teman dekatnya sendiri. Orang yang pinter kodek tidak selalu merugikan secara lahir, tapi bisa juga merugikan secara bathin. Kerennya suka bikin sakit hati.
Sayangnya, tidak semua orang pinter kodek sadar bahwa dirinya adalah orang yang seperti itu. Dia woles saja dengan watadosnya seolah tidak terjadi apa-apa, seolah semua baik-baik saja. Padahal jauh di sebrang sana mungkin saja ada orang lain yang sedang terlukai hati atau fisik karenanya. Ya iya lah ya.. Mana ada maling mengaku maling. Kalau maling jujur semua nanti penjara penuh *oops :P Dan mungkin saja aku atau kalian yang baca juga adalah orang yang pinter kodek, baik sedikit atau banyak kadarnya -memangnya emas ada kadarnya. zzzz-
Aku jadi ingat beberapa waktu yang lalu saat sedang penelitian skripsi.. Aku sedang menunggu narasumberku. Kemudian ada seorang bapak yang menghampiriku. Beliau mengajakku mengobrol, katanya kasihan melihatku menunggu sendirian, makanya beliau ingin menemaniku. Ketika cerita dari Utara sampai Selatan, di tengah-tengah beliau bertanya seperti ini padaku, "Mbak Syifa pernah ngalamin hal gak enak gak selama temenan sama teman-teman di kuliahan?" Kubilang "Nggak tuh, Pak. Selama ini saya baik-baik saja dengan teman-teman." Lalu beliau berkata lagi, "Ooh berarti belum ngerasain ya.. Hati-hati aja, Mbak, nanti juga Mbak bakal ngerasain gimana rasanya dikhianati sama teman. Di depan bilang A, padahal hatinya Z. Sudah dibantu banyak, tapi malah Mbak Syifa dilupain." Dan dengan santai kubilang, "Iya, Pak."
Ternyata apa yang dikatakan bapak tersebut benar adanya... Siapapun pasti bakal mengalaminya. Aku, kamu, kita, akan berkesempatan dekat dengan orang pinter kodek.
Waspadalah! Kalau bertemu dengan orang pinter kodek, jauhilah! Kita boleh kok pilih-pilih teman. Masa iya kita mau berteman dengan penjagal manusia, kan seram. Bisa-bisa kita yang dimutilasi. Masa iya kita tetap berbisnis dengan orang yang sudah mencurangi kita. Kan itu bodoh namanya. Pokoknya, say no to pinter kodek! *loh
*Berbagi kesulitan itu mudah, menerima bantuan itu mudah. Yang susah adalah berbagi kebahagiaan dan memberi bantuan setelah kita berkeluh kesah pada orang lain setelah kita menerima jasa orang lain.
*Bantuan kecil yang berarti besar seharusnya dapat mengikat kita untuk berusaha membalas jasa. Namun pada kenyataannya, bantuan kecil tak lebih diingat daripada kesalahan kecil. Memang, 'forgive is not forget', tapi perlu diingat, 'helper must be reminder'.
*Orang baik bertebaran dimana-mana, orang sok baik juga ada, bahkan orang jahat sekalipun bisa berpura-pura baik. Namun baik saja tidak cukup. Dunia ini butuh empati!
*Jika definisi sahabat adalah dia yang berbagi suka maupun duka denganmu, tak peduli apapun keadaannya, maka siapakah sahabatmu? Adakah sahabatmu? Karena ternyata tidak semua teman adalah sahabat.
*Semuanya adalah quotes ala my self yang kutulis di Path Syifa Azmy Khoirunnisa, bukan quotes colongan loh yaa :P

by. si Famysa, semoga jauh dari 'pinter kodek'

Kamis, 29 Mei 2014

Menanti Eksekusi 'Scriptsweet'

Banyak cerita yang tertunda untuk kutuliskan karena kesibukanku pada skripsi. Mungkin tidak terlalu sibuk sampai-sampai seharian mengarjakan skripsi, hanya saja aku butuh memfokuskan diri untuk mengerjakan satu hal. Aku bukan tipe orang yang bisa mengerjakan berbagai hal sekaligus dalam satu waktu, jika ingin mencapai efektivitas, apalagi kalau dikejar deadline. Kecuali jika pekerjaannya santai dan menyenangkan, dalam artian pekerjaan itu aku suka, baru aku bisa mengerjakannya. Dalam hal skripsi ini, bukan berarti tidak suka atau tidak menyenangkan. Hanya saja ada beberapa faktor yang menimbulkan hal-hal tidak menyenangkan. Ya, yaa buat yang sudah melalui tahap skripsi ini pasti tahu laah apa yang kumaksud faktor itu. 
Aku tidak terlalu rajin dalam mengerjakan skripsi. Tapi aku juga tidak malas-malasan. Aku justru memiliki target kapan harus menyelesaikan skripsi. Meski pada akhirnya tetap ngaret karena lamanya penantian eksekusi. Ya sudah lah woles saja sekarang mah.. Hidup bukan hanya untuk skripsi, bukan? Hehehe... Aku juga bisa melakukan banyak hal lain yang bermanfaat karena sekarang woles pada skripsi. Aku tidak terlalu gencar mengejar-ngejar dosen. Kupikir untuk apa? Toh kalau memang dosen sudah bisa ditemui atau mengoreksi, pasti dosen akan segera mengoreksi kok. Freak banget kalau aku ngebet cepat di-ACC dan lulus. Mau apa sih? Nanti aku bisnis tidak akan menggunakan ijazah S1-ku kok :P
Well, well, jangan diteruskan baca ini deh mendingan. Takut bikin mumet kepala. Hahaha...
Eh, tadinya aku sudah melupakan draf ini loh. Baru satu paragraf di atas (awal), tadinya mau kuhapus saja drafnya. Namun adaaa saja hal-hal yang mengingatkanku lagi pada kegalauan skripsi. Salah satunya beberapa waktu yang lalu ada temanku yang curhat dia dimarahi dosen hanya karena sms minta waktu bimbingan. Halaah aku sih sudah biasa dimarahi kalau sms beliau. Awalnya memang agak mengerikan, takut dosennya sentimen atau apa lah. Tapi ternyata 'kalem aja, lanjut terus tuh :D'. Malah sekarang skripsiku sudah di-ACC oleh beliau yang aku takutkan akan sentimen padaku gara-gara smsku. Tinggal tunggu satu dosen lagi nih. Mohon doanya yaa, teman-teman :))
ini isi sms balasan dari beliau karena aku agak 'protes'. lucu ya, masa iya hari gini disamain sama jamannya dulu. hehehe *peaceee!
by. si Famysa, maunya rajin ngeblog lagii :D

Sabtu, 05 April 2014

Ingatkah Kawan?

Ingatkah kawan... Dimana pertama kali kita bertemu? Gedung B FISIP ruang 202 kan ya...
Ada Arista, Syifa, Siska, Icha, Ayuni, Vinna, Anita, Arina, Komang, Diaz, Odi, Anjar, Ady.
Lalu di Tony Blank, Pak Kordes memimpin kita berkenalan lagi.
Aku Diaz, Sastra Jepang,
Aku Anita, Adminitrasi Bisnis,
Aku Arista, Sastra Inggris,
Aku Siska, Administrasi Publik,
Aku Icha, Administrasi Publik,
Aku Syifa, Administrasi Publik
Aku Ayuni, Sastra Jepang,
Dan seterusnya...
photo edited by Ayuni
Rapat kedua... Rapat Ketiga... Survey... Macet-macetan... Menyusun LRK... Survey lagi...
Ingatkah kawan... Tanggal berapa kita pelepasan? Tanggal 15 Juli bukan?
Sore harinya, kaki-kaki ini sudah menginjak tanah Pagersari.
Apa perasaanmu kala itu? 
Setiap hariiiii selalu membuka kalender. Menghitung hari... 15, 14, 13, 11, 10, 9, sampai akhirnya tiba saat kita mudik lebaran.
Kita menghadapi anak-anak, menghadapi masyarakat, tarawih bersama, sahur bersama, buka puasa bersama, tidur bersama, kita menjadi guru dadakan, luaaaarrr biasa kesabaran diuji. Terlebih saat belajar merajut dan berhadapan dengan anak SD.
Ingatkah kawan... Sindiran dari kita dari luar adalah Pagersari memang mager!! Selaluuuu telat, selaluuu kesiangan. Tapi memang inilah kita apa adanya. Dengan segala kekurangan dan kelebihan kita. 
Kita bersama bersuka cita, bersama berlelah-lelah, bersama berduka cita. Ada marah, ada sedih, ada letih, ada bahagia, juga ada cinta...
Ingatkah kawan... Kapan kita kembali lagi ke sini setelah lebaran? Tanggal 15 Agustus bukan?
Entah kenapa waktu itu sudah tak ada lagi agenda menghitung kalender, tak ada lagi keluhan tentang makanan. 
Apa sebenarnya yang kita rasakan? Apa itu rasa sebuah keluarga? Apa itu rasa cinta?
Ingatkah kawan... Siapa nama-nama kita. dari mana asal kita, apa yang kita suka dan tidak kita suka.
Ingatkah kawan... Seberapa kuat hati kita menyimpan kenangan ini? Tanya hatimu, tanya hatimu, tanya hatimu...
photo edited by Ayuni
Dimana kita akan meletakkan kita di hati kita? Dimana kita akan bertemu lagi setelah akhir dari KKN ini?
Kita akan sangat merindukan kita...
Saat kesal, saat bernyanyi, saat tertawa terbahak, saat berpijat-pijatan ria, saat menyaksikan ada cinta...
Ingatkah kawan... Meski raga ini berpisah, hati ini akan selalu satu. Biarkan ribuan foto yang memenuhi laptop dan hpmu tetap di sana. Tataplah kita saat kita merindukan kita. Katakanlah kangen di grup whatsapp kita.
Ingatkah kawan... Sedang apa kita pada detik ini? Lalu bagaimana dengan besok? Tentunya kita akan teringat selalu pada tempat ini dan 30 hari ini.
Berjanjilah kawan... Temui kita, temui kenangan kita.
Ingatkah kawan... Apa kabar LPK kita? Apa kabar BBB?
Aku sayang kalian :* :* :*

*musikalisasi puisi malam perpisahan dari Syifa & Diaz

by. si Famysa, with love :*

Jumat, 04 April 2014

Valentine Kelabu yang Telah Berlalu

Oke, fix maximal! Bulan Maret tidak ada postingan satu pun di blog ini. Skripsiku memang sudah selesai kutulis. Tapi saat ini aku masih menunggu eksekusi dosen pembimbingku yang amat sibuk. Mohon doanya yaa teman-temaan :)

Masih ingat bencana yang melanda Indonesia pada tanggal 14 Februari 2014 lalu?
Letusan Gunung Kelud yang abunya menyebar hampir ke seluruh Pulau Jawa.
Saat itu, subuh-subuh aku dibangunkan oleh Mbak Dian. Agak mengagetkan. Aku yang masih tertidur pulas langsung membuka mata dan sikap sempurna. "Syif, Kelud meletus. Kata temanku hujan abu. Coba lihat ke depan rumah yuk!"
Setelah melihat keadaan di luar rumah, memang, semuanya kelabu. Berjalan-jalan ke depan rumah harus payungan. Kalau tidak, kerudung dan bajuku akan penuh abu.
Kami mencoba bersembunyi di dalam rumah. Hujan abu masih berjatuhan deras disertai angin yang lumayan kencang. Pemandangan yang kami lihat dari dalam jendela rumah terlihat putih seperti tertutup kabut, padahal tertutup abu yang masih berjatuhan. Jujur, kami agak ketakutan. Takut hujan abu semakin deras. Takut dalam rumah tidak akan aman dari abu. Padahal hanya di dalam rumah lah kami berlindung.
Hari sudah menjelang siang. Hujan abu sepertinya sudah berhenti. Akhirnya kami bersih-bersih rumah, memasak, lalu sarapan. Sekitar jam 11 siang, karena kelelahan bersih-bersih rumah, aku tertidur di kasur angin di ruang TV. Pulas. Hingga kemudian Mbak Dian membangunkanku lagi dengan nada panik. "Syif, hujan abu lagi, Syiif..." Ya sudah lah, rumah yang sudah dibersihkan terkotori lagi. Di luar rumah terlihat pekat. Abu yang menumpuk di tanah, atap, dedaunan semakin tebal. Kami pasrah.

Sore harinya, orang-orang sudah mulai terlihat ramai beraktivitas lagi. Tetangga-tetangga juga sudah mulai membersihkan bagian depan rumahnya. Kami pun tak mau kalah. Halaman lapang di samping rumah Mbak Dian menjadi sasaran utama kami. Abunya tebal sekali. Sampai-sampai terkumpul sekitar kurang lebih 50 bak! Kupikir andai itu semen, bisa kaya mendadak lah kami, menjual semen 50 sak. 
Hingga beberapa hari kemudian, hujan abu masih terus turun meskipun intensitasnya mulai berkurang. Jogja masih kelabu. Penelitian skripsiku waktu itu juga sempat terhenti 1 minggu karena bencana Kelud tersebut. Antara tidak kuat menempuh jalanan Turi-Magelang yang penuh abu dan pastinya badan yang sedang kuteliti juga sedang sibuk menangani bencana ini. Banyak agenda yang terpaksa dibatalkan. Beruntungnya kami sudah membeli stok makanan cukup banyak sehingga kami tidak terlalu kesusahan dalam mencari makan.

Kami sempat bertanya-tanya, kenapa bencana itu datang bertepatan dengan hari Valentine?
Dan berturut-turut setelah bencana Kelud, bencana-bencana lain datang silih berganti. Gunung-gunung lain juga sepertinya sedang ingin bangun berbarengan. Lalu beberapa waktu yang lalu, Gunung Merapi, gunung yang dekat dengan tempat tinggalku sekarang (di Turi, rumah Mbak Dian) dan gunung yang menjadi lokus penelitian skripsiku mulai menampakkan keaktivannya lagi. Merapi sempat erupsi, bahkan setiap hari sepertinya ada abu yang dikirim dari Merapi. 
Sekarang cuaca Jogja sedang sangat amat panas. Aku jadi ingat kata Mbak Dian dan kata Mbak Erna (penduduk KRB III Merapi), kalau Merapi aktif, cuaca di sekitarnya akan panas sekali. Ah, semoga panas ini hanya pertanda akan turun hujan. Bukan pertanda Merapi bangun lagi. Mohon doanya teman :))

by. si Famysa, agak sakit :')

Mijn Vriend