Kamis, 27 Oktober 2011

Allah Menegurku

berawal dari sepulang kuliah tadi siang, aku, Ayu, Isna, dan Zizah janjian makan di warung pecel langganan kami. aku dan Ayu duluan ke tempat tersebut dengan naik motor, sedangkan Isna dan Zizah di belakang kami naik sepeda. sesampainya di warung pecel, aku dan Ayu lumayan menunggu lama di sana. hingga akhirnya tak sabar lagi menunggu, Ayu menelpon Isna. "hah, kecelakaan, dimana? berdarah-darah? ya udah kita ke sana." begitulah kira-kira isi dari telepon singkat antara Ayu dan Isna, dibantu Zizah. aku dan Ayu langsung meluncur ke TKP. begitu sampai di depan mereka, aku dikagetkan oleh kerudung Zizah yang kotor oleh darah. ~ya, Allah.. darah~ batinku. lalu kupalingkan wajahku ke Isna, kulihat dagunya sudah diperban, tangan dan kakinya terluka juga. menurut cerita mereka (Isna & Zizah), di jalan turunan, Isna yang menyetir sepeda kehilangan keseimbangan sehingga sepeda yang mereka tumpangi oleng ke kanan dan ke kiri. dan... terjatuhlah mereka. beruntung Zizah tidak terluka terlalu parah sehingga dia bisa mengobati Isna yang terluka parah. setelah itu kami buru-buru membawa Isna ke kosannya dengan motor, sedangkan aku jalan bersama Zizah dan menuntun sepedanya.
sesampainya di kamar Isna, aku melihat lebih jelas luka-luka yang ada di tangan dan kakinya. aku gemetar sekujur tubuh #asli deh gak bohong. bukannya membantu mengobati, aku malah menambah suram suasana dengan tangisanku. Zizah bilang seperti ini, "yang sakit siapa, yang nangis siapa. gimana sih Syifa ah.. gimana kalau nanti punya suami & anak coba. masa kalau mereka sakit kamu malah mengusir mereka karena takut mengobatinya." 
kemudian Ayu melihat luka di dagu Isna, memastikan seberapa dalam sobekannya. katanya sih sobeknya paling-paling cuma 1,5cm-an, tapi lumayan dalam, jadi harus dijahit. aaahh sumpaah aku merinding mendengarnya saja. aku teriak-teriak pada mereka, "ya sudah cepat bawa Isna ke klinik sekarang juga." aku sama sekali tidak tau apa yang harus aku lakukan. tangisku makin menjadi-jadi dibuatnya.
singkat cerita, akhirnya Isna dibawa ke klinik, diantar Ayu, adiknya, dan Khaslinda. awalnya Zizah menyarankan agar aku saja yang mengantar Isna agar aku bisa belajar dari situ (belajar melihat darah), tapi aku menolak dengan alasan aku tidak mau menambah repot dokter yang akan mengobati Isna. bukannya segera menjahit, nanti malah mengurusi aku yang histeris ketakutan.
ya Allah... tidak tau kenapa aku phobia darah. aku takut. melihat satu tetes darah saja dapat membuatku menangis. bukannya aku tak mau menolong, tapi sungguh aku tak sanggup. bisa-bisa aku malah pingsan duluan sebelum mengobati luka-luka darah itu. Zizah sampai memberikan saran agar aku menanyakan tentang hal phobia darah itu pada mamahku. barangkali ada faktor traumatik waktu aku kecil dulu. hhh.... demi Allah, maafkan aku, kawan... :'(

lalu....
beberapa jam yang lalu, sekitar jam setengah delapan malam... telah terjadi tragedi berikutnya.
aku hendak makan di luar dengan Riau (panggil: Rio). karena uang kami habis, kami ke ATM dulu yang letaknya ada di seberang rumah makan yang kami tuju. setelah mengambil uang, karena saking penuhnya jalanan oleh mobil, motor yang berseliweran, kami pun mengambil jalan lurus dulu (tidak langsung menyeberang). dan ketika kami akan memutar balik, kecelakaan naas itu pun terjadi.
sebelumnya kami celingukan ke arah kanan dan kiri untuk memastikan jalan agak kosong agar kami bisa berputar balik. ketika dari arah kanan dan kiri terlihat agak lengang, Rio pun menarik gas motor. namun ketika motor kami sampai di tengah (batas jalan kanan & kiri), tiba-tiba aku dikagetkan oleh mobil yang berada sejajar dengan kami. aku berteriak, "Rio awaaaaass mobiiiiillll!!!!!" sayangnya tragedi tak dapat terhindarkan. kami bertabrakan dengan mobil, dan 'bruaaaakk' terkaparlah kami di tengah jalan.
orang-orang sekitar segera mengerubungi kami dan membantuku berdiri, juga membantu menyingkirkan motorku ke pinggir jalan. setelah aku bangun, aku pun membantu membangunkan Rio. kutepuk-tepuk badannya beberapa kali, kubilang "Rio, banguun!!", tapi Rio tetap tak bergerak. akhirnya orang-orang turun tangan. mereka menggotong Rio ke pinggir. lalu aku memangku kepalanya, kubantu dia menggerak-gerakkan tangannya sedikit demi sedikit. tak lupa lansung kutelpon Khaslinda untuk meminta bantuannya.
ada kisah percekcokan di sini, antara kami dan pemilik mobil yang bertabrakan/ditabrak/menyerempet atau apalah itu pokoknya itu lah dengan kami. sudah tau Rio sedang terkapar tak berdaya di tanah, dia malah terus menyalahkan kami. dia bilang kalau kami tak menyalakan lampu, sen, dan tidak memakai helm. ~hahh... lantas kenapa, Bung?! masihkah anda peduli pada hal-hal itu sementara temanku sedang terluka...~ kubilang saja, "hah masa sih lampunya gak nyala? orang nyala kok. mana mungkin kami gelap-gelapan sepanjang jalan. kalau mau ya buktikan saja sana, lihat klik lampu motornya menunjuk ke arah nyala atau mati." tapi mulut orang itu masih berbicara ini-itu. hingga akhirnya aku berkata, "ya udah iya mas kami yang salah. kami emang gak nyalain sen. udah biarin temanku katanya mau pulang aja, gak usah diobatin lagi." lalu akhirnya dia menawarkan mengantar kami dengan mobilnya. lalu kuiyakan. aku dan Rio diantar mobil (tapi tanpa si mas yang tadi itu, malah temannya yang mengantar kami. mungkin dia masih gendok kali ya. hmm..), sementara motorku dibawa Ayu yang datang bersama Khas.

ampuni aku, ya Robb... selama ini aku telah lalai, aku terlalu banyak dosa, terlalu sombong, terlalu malas, dan segala terlalu yang buruk-buruk :'( aku sadar, aku yakin ini adalah teguran dari-Mu. terima kasih Engkau masih berkenan memberikanku kesempatan kesekian kalinya untuk dapat memperbaiki diri. ampuni akuuu.... :'( jauhkanku dari marabahaya, Ya Allah..... hanya Engkau lah Maha Pelindung dan Maha Pemberi Taubat. ampuuuunn..... :'((

by. si Famysa yang selamat dari maut 

8 komentar:

  1. Innalillah.. ujian, peringatan, atau apapun itu, pasti menyimpan hikmah d baliknya... :)

    BalasHapus
  2. hee Rio sempet pingsan ya ?
    si Aye hebat juga ya, gg ngiluan, yang menjadi pertanyaan, kenapa dia lebih berani lihat luka dan darah dimana2 tapi takut menghadapi kecoak, semut, kodok dkk :P

    BalasHapus
  3. pingsan mah kagak cuma kagetnya kelamaan. setengah pingsan kali. hho
    au deh si ayu.. emang manusia diciptakan dengan keunikan tersendiri. hmm.. jadi saling melengkapi.

    BalasHapus
  4. semarang mati listrik ya syifa semalam, teman2ku juga bilang gitu.
    oh ya syifa mungkin nanti kalau sudah punya anak atau suami akan berubah fobianya tuh. biasanya seorang ibu rela berkorban apapun untuk anaknya apalagi kalau anaknya celaka masa iya mau didiamkan :)

    BalasHapus
  5. di kontrakanku mah enggak tan.
    syukurlah kalau emang nanti aku bisa seperti itu. takut aja gitu tante. hmm... semoga..

    BalasHapus
  6. teguran lloh SWT itu berarti kita di sayang olehNYA.bayangkan kalau kita di yegur kalau sudah di kubur?sangat merugilah kita

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend