Minggu, 24 Maret 2013

3 Kejutan

Siapa namaku, kupikir itu tidak terlalu penting bagimu. Yang harus kamu ketahuinya cukup bahwa aku adalah aku. Aku lahir pada tanggal 3 bulan 3 tahun 1993. Hari lahir yang mengandung banyak angka 3. Normalnya, seharusnya aku senang pada angka tersebut. Seperti ketika kamu berulang tahun, kamu pasti mendapat kado dari banyak orang yang menyayangimu, bukan? Ya, aku juga sama. Setiap hari itu, aku selalu mendapat kado ulang tahun. Menyenangkan ya. Ada perlengkapan sekolah, boneka, pajangan, pakaian, sampai perlengkapan mandi pun ada. Kado-kado itu sangat indah dan maniiiiis sekali.
16 tahun berlalu. Selama 16 tahun itu, angka 3 masih menjadi angka yang menyenangkan bagiku. Namun sekarang semuanya berbeda. Aku benci pada angka 3.
--o--
“Kak, ke studio foto sana. Kamu difoto formal, pakai latar warna merah, buat KTPmu.”
“Iyaa...”
Kamu tahu, sampai saat ini pun, aku tidak pernah menuruti keinginan ibuku itu. Aku paling malas difoto dengan gaya formal.
“Kak, nanti Ayah buatkan KTP, jadi warga sini. Kakak tinggal kasih foto saja ke Ayah.”
“Iyaa...”
Lagi-lagi, aku tidak menuruti permintaan perfoto-fotoan itu. Terserah lah. Mau jadi warga mana pun boleh. Kenapa sih Ibu dan Ayah kok repot amat.
--o--
“Kamu mau aku berhenti jadi bupati sana? Supaya aku bisa selalu ada di rumah. Iya, begitu? Aku bakal mengundurkan diri jika memang itu maumu. Yang terpenting sekarang aku minta maaf.. Tapi ya namanya juga mencari nafkah, tidak mungkin aku bisa selalu pulang jika mau hasilnya besar. Bagaimana pun juga kita kan harus mempersiapkan harta untuk anak-anak kita.”
“Gak usah mikirin warisan untuk anak-anak segala. Anak-anak gak usah diberi warisan juga mereka pasti bisa hidup lebih baik daripada kita. Kalau mau, kasih warisannya ilmu dan pendidikan, bukan harta.”
“Loh, pendidikan juga membutuhkan biaya. Sekarang saja biaya SMA dan SD sudah mahal. Apalagi tahun depan ketika si Kakak sudah lulus dan masuk ke Perguruan Tinggi.”
“Pikiranmu itu diselimuti harta, harta, dan harta saja. Padahal masih ada kebun, sawah, dan rumah. Jangan terlalu khawatir kalau kamu akan jatuh miskin.”
“Tabungan tetap penting bagiku. Siapa yang tahu keadaanku besok bagaimana. Iya kalau aku masih sehat, aku bisa bekerja terus. Kalau aku sakit, apa kamu mau menggantikan peranku menafkahi anak-anak?”
Kamu menyimaknya kan? Mereka sedang beradu mulut. Ibu dan Ayahku sedang membicarakan perihal orang dewasa yang tidak terlalu aku mengerti. Dan kamu tahu posisi mereka dimana saat itu? Di ruang keluarga yang hanya terhalang tembok dari kamarku. Aku mendengar pertengkaran mereka. Bodoh ya mereka. Lebih bodoh lagi aku sih. Karena aku kebelet pipis saat mereka masih panas-panasnya berseteru. Yaa terpaksa aku lewat di depan mereka dengan memasang wajah polos dan tidak berdosa. Aku hanya ingin ke toilet dan pipis. Silahkan lanjutkan pertengkaran.
--o--
“Kak, mau gak Kakak menemani Ayah ke luar kota?”
“Ngapain, Yah? Tumben banget mau ngajak Kakak.”
“Ayah mau melamar seseorang, Kak. Biar bagaimana pun, Ayah kan butuh wanita yang bisa mengurus Ayah di sini.”
“Jadi Ayah sudah menemukan wanita itu?”
“Iya, Kak. Tapi Ayah ingin kamu yang melamarkannya untuk Ayah. Sebelumnya kamu bisa memberikan penilaian dulu pada wanita itu. Kalau menurutmu oke, lamarkan untuk Ayah. Tapi kalau tidak oke, Ayah akan menurut sama Kakak.”
“Wanita itu baik, Yah? Agamanya gimana? Bisa ngaji? Lulusan apa?”
“Menurut Ayah sih baik, Kak. Agama dan ngajinya juga bagus. Tapi dia cuma lulusan SMA, baru lulus tahun kemarin malah. Yaa seumuran sama Kakak gitu deh.”
Belum genap satu bulan Ayah dan Ibu berpisah. Ayah sudah kesepian saja. Hhh.... Namanya juga laki-laki.
--o--
Aku deg-degan sekali. Hari lamaran Ayah adalah hari ulang tahunku. 3 Maret 2009. Mungkin ini kado sweet seventeenku kali ya..
Dan di sini lah kamu akan mengetahui semuanya. Alasan kenapa aku jadi membenci angka 3.
“Yah, mau berangkat jam berapa? Katanya pagi. Ini kan sudah siang.”
“Gak jadi, Kak. Nanti saja. Sini sekarang kita ngobrol saja. Ada yang mau Ayah kasih tahu ke Kakak.”
“Apa, Yah?”
“Sebenarnya, wanita itu sudah ada. Sudah menjadi istri Ayah yang sah. Bahkan sudah ada sejak dulu. Tepatnya sejak kamu berumur 2 tahun. Ayah dulu khilaf, Kak. Dan Kakak tahu sendiri Ibu seperti apa. Ayah merasa tidak mendapatkan figur seorang istri. Ketika Ayah bekerja ke sana ke mari, Ayah bertemu dengan wanita itu. Wanita itu baik sekali, dia perhatian pada Ayah. Ayah yang saat itu tidak mempunyai tempat tinggal tetap di tempat kerja, akhirnya diminta untuk tinggal di rumahnya. Lumayan lama Ayah tinggal di sana. Ayah jadi suka pada wanita itu. Terlebih lagi orang tuanya yang meminta Ayah untuk menikahinya.
Sekarang Kakak mempunyai 3 orang adik perempuan dari wanita itu. Mereka anak-anak Ayah juga, berarti adik kamu. Yang paling besar sekarang kelas 3 SMP. Yang kedua kelas 6 SD. Yang ketiga baru berumur 3 tahun.
Ayah tahu Kakak tidak akan bisa langsung menerima keberadaan mereka. Tapi Ayah harap, lambat-laun Kakak bisa belajar untuk menerima mereka. Biar bagaimana pun, kan wanita itu juga ikut membantu merawat Ayah selama ini. Karena wanita itu, Ayah kan jadi bisa tetap bekerja. Bahkan wanita itu juga selalu membantu jika Ayah kekurangan biaya untuk Kakak dan Dede.”
--o--
Asal kamu tahu ya... sebelum Ayah menduakan Ibu dengan wanita itu, awalnya Ibu juga dijadikan yang kedua. Ayah sudah mempunyai istri sebelum menikah dengan Ibu. Dan sekarang, Ibu juga diduakan. Ooohh Ibu... Mengapa Ayahku seperti itu?
Kurasa cukup 3 saja. 3 istri Ayah. Kejutan wanita ke-3 pada tanggal 3 bulan 3, yang membuatku remuk-redam. 3 orang adik perempuan.
Ah. Sudah lah. Yang jelas aku benci pada angka 3.

Di luar cerita yang agak gimanaa gitu, hehehe... aku ingin mengucapkan selamat bebahagia bagi para empunya hajat yang berulang tahun. semoga yang terbaik selalu dilimpahkan untuk kalian. semoga usianya berokah. dan tak lupa... semoga cerita yang agak gimanaaa gitu ini bisa menjadikanku sebagai penerima 3 paket kembar. hihihi

"POSTINGAN PENUH RASA SYUKUR INI UNTUK MEMERIAHKAN SYUKURAN RAME RAME MAMA CALVINLITTLE DIJA DAN ACACICU"
http://yellow-up-yourlife.blogspot.com/2013/03/syukuran-rame-rame.html
by. si Famysa, ;)

9 komentar:

  1. Ini cerita yang menyedihkan ya, semoga Syifa bisa sabar ya. Ini bukan karena angka tiga sial tapi hanya kebetulan saja semoga. Terima kasih ya sudah berpartisipasi

    BalasHapus
  2. Kisah nyata bukan ini.....???
    Koq kayak sinetron banget :((

    BalasHapus
  3. @mom Lid + Teh Hana: eiittss.... ini fiksiii :D

    BalasHapus
  4. syukurlah ini fiksi... ikutan syok rasanya... hehehe....

    BalasHapus
  5. sedih bangetttt,, Semoga ALLAH selalu melindungi Syifa,, dan angka 3 hanyalah angka yang melengkapi angka 0 - 9 ,, tetap senyum dan semangat syifa ,,

    BalasHapus
  6. terima kasih tante Syifaa...

    BalasHapus
  7. bentar bentar...itu yang istri muda punya 3 anak itu yang tadinya mau dilamar bukan? aku kok bingung...hahaa

    BalasHapus
  8. Terima kasih atas partisipasinya di acara sederhana bertajuk SYUKURAN RAME-RAME.

    Penjuriannya sederhana saja, terdiri atas tiga tahap:

    1. Kesesuaian dengan tema (dan memenuhi persyaratan GA)
    2. Diksi dan penulisan
    3. Imajinasi (sudut pandang, dll)

    Pengumuman pemenang akan dilaksanakan pada 1 April 2013

    BalasHapus
  9. @mba Niken: iya Mba :D

    @back to right way..: aamiin... makasih yaa :D salam kenal ^^

    @Dija: sama-sama sayaaang :*

    @kak Wawan: hayoo gimana hayooo?? :P

    @om Hakim: terima kasih juga om :)

    BalasHapus

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend