Siapa namaku, kupikir itu tidak terlalu penting bagimu. Yang harus
kamu ketahuinya cukup bahwa aku adalah aku. Aku lahir pada tanggal 3 bulan 3
tahun 1993. Hari lahir yang mengandung banyak angka 3. Normalnya, seharusnya
aku senang pada angka tersebut. Seperti ketika kamu berulang tahun, kamu pasti
mendapat kado dari banyak orang yang menyayangimu, bukan? Ya, aku juga sama. Setiap
hari itu, aku selalu mendapat kado ulang tahun. Menyenangkan ya. Ada perlengkapan
sekolah, boneka, pajangan, pakaian, sampai perlengkapan mandi pun ada. Kado-kado
itu sangat indah dan maniiiiis sekali.
16 tahun berlalu. Selama 16 tahun itu, angka 3 masih menjadi
angka yang menyenangkan bagiku. Namun sekarang semuanya berbeda. Aku benci pada
angka 3.
--o--
“Kak, ke studio foto sana. Kamu difoto formal, pakai latar
warna merah, buat KTPmu.”
“Iyaa...”
Kamu tahu, sampai saat ini pun, aku tidak pernah menuruti
keinginan ibuku itu. Aku paling malas difoto dengan gaya formal.
“Kak, nanti Ayah buatkan KTP, jadi warga sini. Kakak tinggal
kasih foto saja ke Ayah.”
“Iyaa...”
Lagi-lagi, aku tidak menuruti permintaan perfoto-fotoan itu. Terserah
lah. Mau jadi warga mana pun boleh. Kenapa sih Ibu dan Ayah kok repot amat.
--o--
“Kamu mau aku berhenti jadi bupati sana? Supaya aku bisa
selalu ada di rumah. Iya, begitu? Aku bakal mengundurkan diri jika memang itu
maumu. Yang terpenting sekarang aku minta maaf.. Tapi ya namanya juga mencari
nafkah, tidak mungkin aku bisa selalu pulang jika mau hasilnya besar. Bagaimana
pun juga kita kan harus mempersiapkan harta untuk anak-anak kita.”
“Gak usah mikirin warisan untuk anak-anak segala. Anak-anak
gak usah diberi warisan juga mereka pasti bisa hidup lebih baik daripada kita. Kalau
mau, kasih warisannya ilmu dan pendidikan, bukan harta.”
“Loh, pendidikan juga membutuhkan biaya. Sekarang saja biaya
SMA dan SD sudah mahal. Apalagi tahun depan ketika si Kakak sudah lulus dan
masuk ke Perguruan Tinggi.”
“Pikiranmu itu diselimuti harta, harta, dan harta saja.
Padahal masih ada kebun, sawah, dan rumah. Jangan terlalu khawatir kalau kamu
akan jatuh miskin.”
“Tabungan tetap penting bagiku. Siapa yang tahu keadaanku
besok bagaimana. Iya kalau aku masih sehat, aku bisa bekerja terus. Kalau aku
sakit, apa kamu mau menggantikan peranku menafkahi anak-anak?”
Kamu menyimaknya kan? Mereka sedang beradu mulut. Ibu dan
Ayahku sedang membicarakan perihal orang dewasa yang tidak terlalu aku
mengerti. Dan kamu tahu posisi mereka dimana saat itu? Di ruang keluarga yang
hanya terhalang tembok dari kamarku. Aku mendengar pertengkaran mereka. Bodoh ya
mereka. Lebih bodoh lagi aku sih. Karena aku kebelet pipis saat mereka masih
panas-panasnya berseteru. Yaa terpaksa aku lewat di depan mereka dengan
memasang wajah polos dan tidak berdosa. Aku hanya ingin ke toilet dan pipis. Silahkan
lanjutkan pertengkaran.
--o--
“Kak, mau gak Kakak menemani Ayah ke luar kota?”
“Ngapain, Yah? Tumben banget mau ngajak Kakak.”
“Ayah mau melamar seseorang, Kak. Biar bagaimana pun, Ayah
kan butuh wanita yang bisa mengurus Ayah di sini.”
“Jadi Ayah sudah menemukan wanita itu?”
“Iya, Kak. Tapi Ayah ingin kamu yang melamarkannya untuk
Ayah. Sebelumnya kamu bisa memberikan penilaian dulu pada wanita itu. Kalau menurutmu
oke, lamarkan untuk Ayah. Tapi kalau tidak oke, Ayah akan menurut sama Kakak.”
“Wanita itu baik, Yah? Agamanya gimana? Bisa ngaji? Lulusan apa?”
“Menurut Ayah sih baik, Kak. Agama dan ngajinya juga bagus. Tapi
dia cuma lulusan SMA, baru lulus tahun kemarin malah. Yaa seumuran sama Kakak
gitu deh.”
Belum genap satu bulan Ayah dan Ibu berpisah. Ayah sudah
kesepian saja. Hhh.... Namanya juga laki-laki.
--o--
Aku deg-degan sekali. Hari lamaran Ayah adalah hari ulang
tahunku. 3 Maret 2009. Mungkin ini kado sweet seventeenku kali ya..
Dan di sini lah kamu akan mengetahui semuanya. Alasan kenapa
aku jadi membenci angka 3.
“Yah, mau berangkat jam berapa? Katanya pagi. Ini kan sudah
siang.”
“Gak jadi, Kak. Nanti saja. Sini sekarang kita ngobrol saja.
Ada yang mau Ayah kasih tahu ke Kakak.”
“Apa, Yah?”
“Sebenarnya, wanita itu sudah ada. Sudah menjadi istri Ayah
yang sah. Bahkan sudah ada sejak dulu. Tepatnya sejak kamu berumur 2 tahun. Ayah
dulu khilaf, Kak. Dan Kakak tahu sendiri Ibu seperti apa. Ayah merasa tidak
mendapatkan figur seorang istri. Ketika Ayah bekerja ke sana ke mari, Ayah
bertemu dengan wanita itu. Wanita itu baik sekali, dia perhatian pada Ayah. Ayah
yang saat itu tidak mempunyai tempat tinggal tetap di tempat kerja, akhirnya
diminta untuk tinggal di rumahnya. Lumayan lama Ayah tinggal di sana. Ayah jadi
suka pada wanita itu. Terlebih lagi orang tuanya yang meminta Ayah untuk
menikahinya.
Sekarang Kakak mempunyai 3 orang adik perempuan dari wanita
itu. Mereka anak-anak Ayah juga, berarti adik kamu. Yang paling besar sekarang
kelas 3 SMP. Yang kedua kelas 6 SD. Yang ketiga baru berumur 3 tahun.
Ayah tahu Kakak tidak akan bisa langsung menerima keberadaan
mereka. Tapi Ayah harap, lambat-laun Kakak bisa belajar untuk menerima mereka. Biar
bagaimana pun, kan wanita itu juga ikut membantu merawat Ayah selama ini. Karena
wanita itu, Ayah kan jadi bisa tetap bekerja. Bahkan wanita itu juga selalu
membantu jika Ayah kekurangan biaya untuk Kakak dan Dede.”
--o--
Asal kamu tahu ya... sebelum Ayah menduakan Ibu dengan wanita
itu, awalnya Ibu juga dijadikan yang kedua. Ayah sudah mempunyai istri sebelum
menikah dengan Ibu. Dan sekarang, Ibu juga diduakan. Ooohh Ibu... Mengapa
Ayahku seperti itu?
Kurasa cukup 3 saja. 3 istri Ayah. Kejutan wanita ke-3 pada
tanggal 3 bulan 3, yang membuatku remuk-redam. 3 orang adik perempuan.
Ah. Sudah lah. Yang jelas aku benci pada angka 3.
Di luar cerita yang agak gimanaa gitu, hehehe... aku ingin mengucapkan selamat bebahagia bagi para empunya hajat yang berulang tahun. semoga yang terbaik selalu dilimpahkan untuk kalian. semoga usianya berokah. dan tak lupa... semoga cerita yang agak gimanaaa gitu ini bisa menjadikanku sebagai penerima 3 paket kembar. hihihi
http://yellow-up-yourlife.blogspot.com/2013/03/syukuran-rame-rame.html |
by. si Famysa, ;)
Ini cerita yang menyedihkan ya, semoga Syifa bisa sabar ya. Ini bukan karena angka tiga sial tapi hanya kebetulan saja semoga. Terima kasih ya sudah berpartisipasi
BalasHapusKisah nyata bukan ini.....???
BalasHapusKoq kayak sinetron banget :((
@mom Lid + Teh Hana: eiittss.... ini fiksiii :D
BalasHapussyukurlah ini fiksi... ikutan syok rasanya... hehehe....
BalasHapussedih bangetttt,, Semoga ALLAH selalu melindungi Syifa,, dan angka 3 hanyalah angka yang melengkapi angka 0 - 9 ,, tetap senyum dan semangat syifa ,,
BalasHapusterima kasih tante Syifaa...
BalasHapusbentar bentar...itu yang istri muda punya 3 anak itu yang tadinya mau dilamar bukan? aku kok bingung...hahaa
BalasHapusTerima kasih atas partisipasinya di acara sederhana bertajuk SYUKURAN RAME-RAME.
BalasHapusPenjuriannya sederhana saja, terdiri atas tiga tahap:
1. Kesesuaian dengan tema (dan memenuhi persyaratan GA)
2. Diksi dan penulisan
3. Imajinasi (sudut pandang, dll)
Pengumuman pemenang akan dilaksanakan pada 1 April 2013
@mba Niken: iya Mba :D
BalasHapus@back to right way..: aamiin... makasih yaa :D salam kenal ^^
@Dija: sama-sama sayaaang :*
@kak Wawan: hayoo gimana hayooo?? :P
@om Hakim: terima kasih juga om :)