Sabtu, 24 September 2011

Sebuah Rasa

lagi-lagi aku merasa hilang ditelan bumi, dipanggang bara matahari hingga bulan pun tak sudi menerimaku.
ya Allah apa salahku??
lagi-lagi aku merasa tak diterima dimana pun. aku amat merindukan sahabatku.
ada anak orang kaya, tapi dia tunggal. dia tak memiliki adik maupun kakak. orang tuanya sudah sepuh. kepulangannya dari rantauan adalah hal yang selalu dinanti-nanti oleh orang tuanya, walau dia enggan pulang karena tak berkawan. dia sepi.
ada anak gadis yang amat periang dan selalu memancarkan energi tawa pada sekitarnya, dia harus banting tulang untuk dapat meneruskan hidup dan sekolahnya sendiri. orang tuanya hidup pas-pasan hanya bisa untuk makan sehari-hari dan sekadarnya saja. dia lelah, waktunya tersita oleh sang 'waktu'.
ada anak pintar, hidupnya amat sengsara. ibu tukang buang uang, bapak sakit-sakitan. akibatnya dia setengah putus asa. dia sengsara, walaupun dia memiliki cinta.
ada anak belagu, hidupnya tak jauh dari miskin seperti anak sebelum-sebelumnya.
ada anak baik, keluarganya broken home. ayahnya tak peduli padanya dan keluarga. ibunya hanya wanita mungil yang mencoba untuk menangguhkan diri. dia banting setir dari mahasiswa jadi budak, siang-malam harus peras keringat. dia bersedih selalu. namun sang ibu telah membuatnya kuat.
ada anak orang kaya, tapi apa gunanya kekayaan itu jika dia selalu hidup sendiri. apa yang dia minta pada orang tua pasti didapatkannya jika itu berhubungan dengan materi. tapi materi bukan cinta, bukan kasih sayang. mereka berpisah, meninggalkannya di tengah kerasnya dunia. segala urusan yang berhubungan dengan perwalian orang tua pasti diwalikan lagi pada sopir atau pamannya. hingga acara ulang tahun pun, suapan kue pertama terpaksa harus dia berikan pada sopirnya. hingga hari raya pun, dia sendiri di tengah singgasananya. dia sendiri dalam sunyi, hanya berteman Illahi.
dia tidak menginginkan itu semua terjadi padanya. dia juga ingin bahagia.
sayang... sepertinya tidak ada yang dapat mengerti dia. sekelilingnya hanya dapat memandang fisik. tidak ada ketulusan yang terpancar. dia sepi dalam kebersamaan semu.
dia adalah dia yang merasa pantas untuk bahagia.
bantulah dia, dia, dia, dia, dia....
semua dari dia, bantulah...
dia berhak tersenyum sepertimu, walau dia memang tidak sepertimu....

:)

by. sii Famysa ^^

2 komentar:

hatur nuhun kana kasumpingannana :) mangga bilih aya kalepatan atanapi aya nu bade dicarioskeun sok di dieu tempatna..

Mijn Vriend