Kamis, 28 April 2011

About My Name

beberapa hari yang lalu, ada satu permintaan pertemanan di my facebook. do you know what problem that suprised me, friend?? namanya cuuy, namanyaaa!! masa ada orang yang namanya sama persis gitu ya sama namaku. dulu aku kira sih impossible gitu. ini mah sama banget, cuma beda satu huruf doank. nama orang itu Syifa Azmy Khoerunnisa, sedangkan namaku Syifa Azmy Khoirunnisa. tuuh kan cuma beda E sama I doank di kata ketiganya. iiihh sebel deeh.... orang tua aku dulu mungut nama ini dari mana sih?? udah mah artinya terlalu cantik dan bagus untuk aku yang kurang cantik hatinya dan kurang bagus dalam bersikap, dalam agama. *dengan muka datar mengucapkan "terima kasih mamah, terima kasih bapa.. ini akan menjadi doa dan motivasi terbesar untukku. =___="
tapi jujur aja aku masih heran banget sama itu orang yang ngeadd. asalnya aku curiga jangan-jangan dia intel yang dikirimkan keluarga tanteku lagi nih. tapi setelah mengecek infonya, sepertinya dia bukan intel. hhh... entah ini kebetulan atau apa....
sebelnya *jujur aja sebel, tiba-tiba dia menandai gambar-gambar di albumku padanya tanpa seizinku sebelumnya. mentang-mentang namanya sama gitu ya jadi seenaknya melanggar hak cipta. pas udah selesai aja ngetagnya, baru deh ngomong. eeuuuhh.... nyebelin. terus-teruuuus.... tiba-tiba ada yang ngeadd aku lagi tuh. aku lihat satu teman bersama kita adalah si Syifa duplikatku itu. setelah aku konfirm, dia nanya gini, (baca percakapan di bawah)
dia: "kak kalo syifa azmy tuh nama asli kakak?" 
aku: "iya."
dia: "aku kira nama gabungan kakak sama cowok kakak."
aku: "ngapain juga gabung-gabungin nama.. lagian cowoknya juga gak punya."
dia: "ooh.. kalau boleh tau artinya apa ya kak?"
aku: "syifa=obat, azmy=diambil dari kata ulul azmi 'orang-orang terpilih'."
dia: "..........................." dst.
beuuh... gendok banget daaaahh..... masa namaku dikiranya palsu. hukhuk.. ini nama terindah pemberian orang tua sayaaaa heeeyy..... :((

waktu aku TK, nama Syifa cuma ada satu-satunya. di SD, selama empat tahun bertahan menjadi nama yang ekslusif juga. tapi setelah tahun ke lima (kelas 5 SD), datanglah murid baru yang masih ingusan, diantar bahkan ditemani sekolah oleh orang tuanya, namanya Shifa Fauzia Maulana. berdiri deh tanduk evilku. sebel banget kenapa sih bocah itu harus sekolah si SD Kenanga bareng aku. ya emang sih tulisannya beda, tapi kan sekilas tetap saja ejaannya sama. *singkat cerita* di SMP, aku kembali tersenyum karena tidak ada lagi yang namanya Syifa selain aku. hehe... terus di SMA, ada 2 orang yang bernama Syifa. Rumaisha Syifa and Erina Sifa Muthmainah. kembali tandukan lagi saya. ada juga adik kelas yang bernama Azmi Gita dan teman sekelas yang bernama Restu Khoirunnissa. memang sih gak begitu berasa kalau nama belakang mah. tapi entah kenapa sebel aja gitu. grrrrr..... tapi-tapi... untungnya mereka gak ada yang dipanggil Syifa. yang satu dipanggilnya 'Rum', satunya 'Ein'. agak-agak plong lah.
nah sekarang di dunia kuliah nih. di kelas ada Syifa lagi. lengkapnya Nur Assyifa. dipanggilnya Syifa pula. kenapa gak Nur aja gitu. huh! jadi kan suka sebel bin bingung kalau ada teman yang manggil nama Syifa. aku otomatis bakal noleh juga donk kalo denger namaku disebut walaupun padahal itu bukan memanggilku. bete.
kadang aku suka teringat akan cerita guru sejarahku waktu SMA dulu, Bu Irma namanya. dia pernah menceritakan tentang pengalamannya di kelas dengan kembarannya (baca: nama sama). awalnya itu karena si ibu mengabsen kita-kita. di absen kelasku itu banyak yang kembaran namanya. lalu si ibu jadi cerita gini deh...
"dih barudak ngaran teh meuni loba nu sarua kieu. ibu mah da baheula mun aya nu ngaranna sarua jeung ibu teh embung, teu rela ibu mah. ibu mah sok mikir kieu, sok maneh ngaranna rek sarua jeung uing ge, tapi pokona mah uing bakal leuwih pinter, leuwih unggul, leuwih sagala-galana ti maneh. maneh tong nepi ka ngelehkeun uing. ibu mah malah pernah jenggut-jenggutan jeung budak eta gara-gara pasea hal leutik. nepi ka ibu na embung sakola deui di dinya, teu betah. jadi weh ibu 5 kali pindah SMA ngan gara-gara teu resep wae ka sakolana, ka guruna atawa ka barudakna. maraneh ge kudu kitu. sok jadikeun kembaran maneh jadi saingan. ambeh aya motipasi sakolana, ambeh hayang jadi pangunggulna terus."
itu sih parah ya yang jenggut-jenggutan mah. hehe *yang mau tau artinya tanyain aja sama orang sunda deh. kalau ternyata basa sundanya kasar, wajarlaaaah.... gurunya kan rock and roll :D
mungkin petuah dari si ibu itu yang bisa aku pegang sampai sekarang. boleh lah nama lu kembaran sama nama gue, tapi gue bakal buktiin kalau gue lebih hebat daripada lu! dan itu harus!!!

by. sii Famysa hebat ^^

Selasa, 26 April 2011

Movie VS Heart Condition

malam minggu kemarin, sepulang dari kos Ayu, iseng-iseng aku membuka-buka folder film di laptopnya Khas. gak tau kenapa tiba-tiba kok pengen nonton gitu yaa...
aku tanya si Khas, "Khas, film yang pendek durasinya film apa?" kata dia, "tuh tonton aja Hachiko: A Dog Story. bikin nangis termehek-mehek, Fa." ~ah yang beneeer.... *gumamku gak terlalu merhatiin~
beberapa menit nonton, kok ceritanya gini-gini muluu... aku tanya aja Khas, "ini ceritanya sampe kapan kayak gini mulu Khas? konfliknya kapan?" akhirnya Khas sedikit menjelaskan deh. ya sudaah jadi saya agak sedikit bersabar karena sedikitnya sudah tau cerita berikutnya bagaimana. hehe
lama-lama... eh kok ni mata perasaan perih bener ya.. masa sih aku mau nangis nonton yang ginian doank. biasanya kan nangis tuh pas nonton indihe-indihe aja. akhirnya mataku gak bisa nahan perlawanan si air mata yang pengen keluar dari sangkarnya. nangis bombay deh tuh di kamarnya Khas. belum puas nangis di kamarnya Khas, dilanjut di kamar sendiri. mau tidur donk pake acara nangis sesenggukan dulu kayak yang kenapa aja.
ceritanya begini sodara-sodara......

(copas from Kakek Wikie dikarenakan sedang UTS jadi saya males ngetiknya. hehe)

poster film Hachi di Jepang
Film diangkat dari kisah nyata di Jepang. Di sebuah kelas, murid-murid sedang menyajikan presentasi mengenai tokoh pahlawan mereka. Seorang anak laki-laki bernama Ronnie menceritakan tentang anjing kakeknya yang bernama Hachiko. Bertahun-tahun yang lampau, seekor anak anjing Akita tiba di Amerika dari Jepang . Di stasiun, anak anjing itu terlepas setelah kandangnya terjatuh dari gerbong barang, dan ditemukan oleh seorang dosen bernama Parker Wilson (Richard Gere). Parker langsung menyukai anak anjing itu. Setelah Carl penjaga stasiun menolak untuk mengurusnya, Parker membawanya pulang ke rumah. Di rumah, istri Parker yang bernama Cate (Joan Allen) keberatan suaminya memelihara anak anjing.
Hari berikutnya, Parker berharap pemilik anjing itu telah menghubungi stasiun kereta api, namun ternyata pemiliknya yang sebenarnya tidak muncul. Parker secara diam-diam mengajak anak anjing itu naik kereta api ke kantor. Di kantor, Parker diberi tahu oleh seorang rekan yang orang Jepang bernama Ken, bahwa tanda di kalung anak anjing itu dibaca sebagai Hachiko, dalam bahasa Jepang, Hachiko berarti nasib baik. Parker lalu memberi nama anak anjing itu, Hachi. Menurut Ken, Parker dan Hachi sudah ditakdirkan untuk saling bertemu. Cate menerima telepon dari seseorang yang ingin memungut Hachi. Namun Cate membiarkan suaminya memelihara Hachi setelah melihat suaminya makin dekat dengan anak anjing itu.
Waktu berlalu, dan Hachi telah menjadi anjing setia Parker. Meskipun demikian, Parker heran Hachi menolak untuk melakukan kebiasaan normal seekor anjing seperti mengejar dan memungut bola. Ken memberi tahu bahwa Hachi hanya akan mau mengambil bola untuk alasan yang istimewa. Suatu pagi, ketika Parker berangkat kerja, Hachi menyelinap ke luar, dan mengikutinya hingga sampai di stasiun kereta api. Hachi menolak ketika disuruh pulang hingga Parker harus mengantarkannya pulang ke rumah. Sore itu, Hachi kembali pergi ke stasiun, dan menunggu hingga kereta api yang dinaiki tuannya datang. Parker akhirnya menyerah, dan membiarkan Hachi mengantarnya ke stasiun setiap hari. Setelah kereta api tuannya berangkat, Hachi pulang sendiri ke rumah, tapi ketika hari sudah sore, ia kembali lagi ke stasiun untuk menjemput. Kebiasaan Hachi mengantar dan menjemput Parker berlangsung beberapa lama. Namun pada suatu siang, Hachi menolak mengantar Parker yang ingin berangkat mengajar. Parker akhirnya berangkat sendirian, tapi Hachi mengejarnya sambil membawa bola. Parker terkejut, tapi senang Hachi akhirnya mau diajak bermain bola. Parker tidak ingin terlambat mengajar, dan pergi juga walaupun dilarang Hachi uang terus menggonggong. Siang itu, Parker yang mengajar sambil memegang bola milik Hachi, terjatuh tak sadarkan diri, dan meninggal dunia.
Di stasiun, Hachi dengan sabar menunggu kedatangan kereta api yang biasanya dinaiki tuannya ketika pulang, namun tuannya tidak juga pulang. Dia menunggu, dan menunggu hingga Michael, menantu Parker membawanya pulang. Keesokan harinya, Hachi kembali ke pergi ke stasiun dan menunggu tuannya. Ia menunggu sepanjang hari dan sepanjang malam. Setelah suaminya meninggal, Cate menjual rumah mereka, dan memberikan Hachi untuk dipelihara oleh anak perempuan Cate yang bernama Andy. Hachi pindah ke rumah Andy yang tinggal bersama suami bernama Michael. Keduanya memiliki bayi bernama Ronnie. Hachi tak lama kemudian lari untuk pulang ke rumah tempat tinggalnya dulu. Ia lalu kembali menunggu tuannya yang tidak kunjung pulang di stasiun. Hachi selalu duduk menunggu di tempat ia biasa menunggu. Penjual makanan di stasiun bernama Jas merasa kasihan, dan memberinya makan hot dog. Andy mencari-cari Hachi, dan menemukannya di stasiun. Hachi diajak pulang, namun keesokan harinya dibiarkan untuk kembali pergi ke stasiun.
Hachi mulai tidur di gerbong kereta yang rusak. Ia berjaga menunggu tuannya sewaktu siang, dan hidup dari makanan dan air yang diberikan oleh Jas dan seorang tukang daging. Pada satu hari, wartawan surat kabar bernama Teddy ingin tahu soal asal usul Hachi. Ia bertanya apakah dirinya dibolehkan menulis cerita tentang anjing itu. Setelah membaca artikel di surat kabar, orang-orang mulai mengirimi Carl uang, dengan pesan agar uang tersebut dibelikan makanan untuk Hachi. Ken sahabat Parker membaca artikel yang ditulis Carl, dan menyatakan kesediaan untuk membayari biaya hidup Hachi. Walaupun Parker sudah setahun meninggal dunia, Ken menyadari Hachi masih ingin dan merasa harus menunggu kepulangan tuannya, serta berharap tuannya masih hidup.
Tahun demi tahun berlalu, dan Hachi masih tetap menunggu di stasiun. Ketika mengunjungi makam Parker, Cate bertemu dengan Ken, dan mengaku dirinya masih merasa kehilangan suaminya yang sudah meninggal sepuluh tahun lalu. Cate lalu pergi ke stasiun tempat Hachi menunggu. Ia terkejut melihat Hachi yang sudah tua, kotor, dan lemah, namun terus setia menunggu tuannya. Ketika kembali ke rumah, Cate bercerita soal Hachi kepada Ronnie yang sudah berusia 10 tahun. Malam itu, Hachi menunggu di tempatnya biasa menunggu, tempatnya berbaring dan jatuh terlelap, bermimpi bertemu Parker.
Selesai sudah laporan Ronnie tentang Hachi kepada teman-temannya sekelas. Kesetiaan Hachi menunggu Parker, kakek Ronnie, menjadikan Hachi sebagai pahlawan selama-lamanya di mata Ronnie. Sore itu, Ronnie berjalan-jalan bersama seekor anak anjing Akita di tempat kakeknya pernah berjalan-jalan bersama Hachi.
Anjing Hachiko yang sebenarnya, lahir di Odate, Prefektur Akita, Jepang pada tahun 1923. Setelah pemiliknya yang bernama Dr. Eisaburo Ueno, seorang dosen di Universitas Tokyo meninggal dunia pada bulan Mei 1925, keesokan harinya Hachi kembali menunggu kepulangan tuannya di Stasiun Shibuya. Ia terus menunggu, dan menunggu hingga sembilan tahun berikutnya. Hachiko akhirnya mati pada bulan Maret 1935. Patung Hachiko dari perunggu, kini dapat dijumpai di tempatnya biasa menunggu, di luar Stasiun Shibuya, Tokyo.

tuuuh..... ceritanya sedih and mengharukan kan sodara-sodaraaa.... sayang banget kenapa si aku baru nonton film ini sekarang-sekarang dan nontonnya di sini ya, di saat jauh dari orang-orang tersayang. huhuu... kok ada gitu anjing yang seperti itu di dunia ini. :((
aku jadi berpikir, jujur aja agak parno juga. bagaimana jika orang yang aku sayangi tiba-tiba pergi meninggalkanku untuk selamanya... atau bagaimana keadaan orang yang aku sayangi jika tiba-tiba aku meninggalkan mereka untuk selamanya... higs.. berasa gak mau pergi dari dunia ini dan mereka juga jangan pergi. tapi itu gak mungkin banget. semua makhluk ciptaan Allah kelak (cepat ataupun lambat) akan kembali lagi pada Sang Penciptanya, Allah SWT. 
nonton cerita Hachi, aku juga jadi teringat pada kisah temanku, Hakim. dia bercerita bahwa pada tahun pertama kakak perempuannya meninggal, ibunya selalu berangkat ke tempat tunggu bus tiap pagi. cerita punya cerita... dulu waktu kakaknya masih ada, almarhum kan sekolahnya jauh dan rumahnya di pelosok, jadi yang mengantar almarhum ke tempat bus tiap hari itu ya ibunya. sampai suatu hari almarhum tiba-tiba sakit parah, dirawat di rumah sakit, beberapa hari gak sembuh-sembuh hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. menurut dokter sih almarhum punya penyakit yang udah parah banget (penyakit apa gitu ya lupa), tapi almarhum selama ini menyembunyikannya dari keluarga. jadi ya keluarga sih taunya dia selalu sehat wal afiat, soalnya gak pernah ngeluh apa-apa. menurut dokter juga, penyakitnya itu sampai segitu parahnya soalnya aktivitasnya terlalu tinggi. almarhum aktifis ekskul, murid berprestasi pula, and yang paling tragis tuh bentar lagi mau UN, almarhum lagi sibuk-sibuknya belajar buat persiapan UN. eh Allah malah keburu mengambilnya. takdir Allah emang siapa yang tau yaa... 
coba bayangin deh, subuh-subuh si ibu bangun, tiba-tiba pergi ke tempat tunggu bus sendirian, ketika bus lewat si ibu melambaikan tangan dadah-dadahan, sampai suatu hari ada pak sopir yang bilang, "bu, ngapain ibu ke sini setiap hari? anak ibu kan sudah meninggal." tuuh... pak sopir aja tau (dikasih tau teman almarhum yang langganan bus itu juga). tak jarang si ibu pulang dengan berlinangan air mata. aduh ya Allah gak nahan deh sedihnyaaa.... :'(
setelah mendengar cerita Hakim, aku jadi prihatin sama si ibunya. ibunya jadi stres berat. sempat juga dia diperiksakan ke orang pinter, berobat ke sana ke mari. alhamdulillah sekarang sembuh juga. 
rada-rada mirip kan sama cerita Hachi. Hachi itu si ibu, tuannya itu almarhum. hhoo... *analogi doank.

intinya, Syifa jadi pengen pulaaaaang......!! *loh apa hubungannya coba??
kangen suasana rumah deh. walaupun memang suasana rumah yang sekarang sudah tidak sehangat dulu lagi, tapi tetap baiti jannati... 
*gejala homesick kumat.

by. sii Famysa kangen mereka :(

Senin, 25 April 2011

Teddy Bear Untuk Nisa

Oleh: Syifa Azmy Khoirunnisa

“Aaahh... sumpah aku gak nyangka kenapa akhirnya jadi seperti ini. Kenapa ibu baru mempermasalahkannya sekarang? Apa yang harus kita lakukan, Wan?”
“Entahlah.”
Percakapan antara aku dan Nisa tadi siang masih terus terngiang-ngiang di telingaku. Aku masih belum berani mengambil keputusan. Andai kau tahu, Nis, aku takut.
Tiba-tiba di tengah ketakutanku, handphoneku berdering. Kubaca ternyata pesan dari Nisa.

Ibu serius menyuruh kita menikah. Lakukan sesuatu, Awan! Sebelum semuanya tambah rumit. Please nikahi aku atau lupakan aku!
Pengirim: .anNisa:*
+62899718xxxx

Sungguh aku bimbang. Sebenarnya aku sangat ingin sekali menikahi gadis yang aku cintai itu, namun apa mau dikata, aku masih kuliah, aku belum mempunyai penghasilan untuk bisa menafkahinya. Maafkan aku, Nisa.

---0---

Pagi secerah ini belum tentu dapat dirasakan oleh kekasihku. Mungkin di sana dia masih tetap sabar menanti keputusanku. Sementara aku di sini masih belum punya nyali untuk memutuskannya. Apakah nekat adalah jalan satu-satunya yang harus kutempuh saat ini? Baiklah. Akan kuterima tantangan ini. Tuntunlah hambamu dalam mengambil keputusan, Yaa Allah.

Aku akan menikahimu besok pada hari anniversary kita yang ke-3 jam 9 pagi. Temui aku di Gajah Mungkur sekarang. Aku menunggumu.
Ke: .anNisa:*
+62899718xxxx

“Awan!”
Aah itu suara Nisa. Ternyata aku tak usah menunggunya lebih lama lagi.
“Nis, pinjami aku uang untuk membayar maharmu.” Sungguh aku malu sekali mengatakannya. Tak ada jalan lain, Nis.
Aku tak berani mengangkat wajahku. Tak berani aku menatap wajah Nisa. Samar-samar kudengar dia sesenggukan, dia menangis tersedu.
Di dalam tangis dia berkata, “Baiklah. Akan kupinjami Kau uang. Berikan aku mahar yang dulu pernah kupinta darimu. Kuharap Kau masih mengingatnya, Wan.”
“Tentu aku ingat selalu, Nis. Terima kasih banyak atas segala kebaikanmu.”
Tanpa pikir panjang, aku segera bergegas ke sebuah toko. Kupilihkan mahar terbaik untuknya, walaupun ini hutang.

---0---

“Saya terima nikahnya Annisa Nur Anbiya binti Abdul Rauf dengan maskawin boneka teddy bear jumbo dibayar tunai,” aku telah berdusta, batinku. Aku berhutang, aku tidak membayar tunai mahar itu. Tuhan semoga Kau mengesahkan pernikahan kami...
Di ruangan ini kini bergemuruh suara saksi yang berkata ‘saaahh...’. diiringi tangis kekasih yang kini telah resmi menjadi istriku. Aku semakin limbung. Rasanya aku akan tak sadarkan diri di tempat. Tatapanku gelap dan hening seketika menjalar. 

---0---

Kehidupanku yang sebenarnya bersama istriku berawal dari sini. Setelah ijab-qobul dilangsungkan, aku langsung memboyongnya ke Yogyakarta, karena hari ini sebenarnya aku juga Nisa sudah harus mulai kuliah. Menyedihkan sekali malam pertama kami. Tidur dihimpit ruangan kecil berukuran 2x2 meter, beralaskan kasur gulung pemberian ibuku, dengan berselimut sarung tipis satu-satunya milikku. Aku ingin menangis. Aku tak cukup rela melihat dia hidup menderita disampingku.
“Awan, tatap aku. Aku telah halal bagimu,” bisik istriku lembut.
“Tidak, Sayang. Aku belum siap. Maafkan aku.”
Kasihan istriku. Apa mau dikata, sudah kukatakan sebelumnya bahwa aku tidak punya cukup nyali untuk itu. Aku menikahinya dengan hanya bermodal cinta dan sedikit kenekatan, atau mungkin dapat disebut kegilaan.
Satu hari, dua hari, tiga hari, bahkan seminggu berlalu kami masih tetap sama. Kami belum bisa melakukan apa-apa kecuali istriku yang giat dengan online shop kecil-kecilannya. Aku masih menjadi seorang mahasiswa sekaligus cleaning service di kos-kosan kami. Sambil tekadang aku ikut bantu-bantu menjaga warung makan milik sekumpulan perantauan Sunda di depan kosku.
“Wan, uangku lama-lama akan habis. Keuntungan dari berjualan online tidak seberapa. Aku harus meminta bantuan modal pada ayahku. Hanya ayahku yang kurasa saat ini bisa menolong kita.”
Aku heran padanya. Aku sama sekali tidak melihat raut sedih di wajahnya lagi. Yang terlihat justru kobaran semangat membara dari dalam dirinya. Entah itu muncul dari mana. Kau memang hebat, Istriku.
Dan ternyata dia memang benar-benar berani meminjam uang untuk modal hidup kami pada ayahnya. Mau ditaruh dimana mukaku ini. Sungguh tidak tahu malu. Sudah berapa kali yang bisa terucap dari mulutku hanyalah kata maaf, maaf, dan maaf saja. Hhh....
“Suamiku, ayah sudah mengirimiku uang. Alhamdulillah nominalnya cukup besar. Bisalah untuk modal usaha kita.”
Setelah mengambil uang di ATM, istriku langsung berbelanja ini-itu. Yang kulihat dia membeli dua dus besar roti berukuran agak besar, macam-macam selai, peralatan merajut, kain flanel, benang, skotlait, dan biskuit kalengan. Aku tidak mengerti akan dia apakan barang-barang belanjaannya itu.
Selalu saja ada kejutan dari istriku setiap harinya. Menu kejutan hari ini adalah, kami akan memulai usaha kami dari nol besar. Aku diberi istriku peralatan untuk membuat kerajinan tangan cincin anyaman. Di sela-sela waktu kuliah, kusempatkan untuk berjualan pada teman-teman kelasku. Hasilnya tidaklah buruk, justru sebaliknya, ternyata banyak juga yang menggemari buah tanganku. Aku senang bukan kepalang. Setidaknya kini aku bisa mendapatkan penghasilan tambahan lagi dari berjualan kerajinan tangan ini. Walaupun aku sadar, aku beserta istriku akan sangat kelelahan setiap harinya setelah hari ini.
Sementara aku berjualan cincin anyaman, lain halnya dengan istriku di kampusnya. Dia berjualan pernak-pernik rajutan dan kerajinan tangan dari kain flanel. Aku melihatnya tanpa lelah terus bekerja. Di kampus kami berjualan kerajinan tangan, di rumah pun kami berjualan, jualan TiKus. Ya! TiKus itu singkatan dari roti kukus.
Syukur selalu kami panjatkan kepada Tuhan kami, Allah SWT. Di sepertiga malam terakhir istriku tak pernah absen membangunkanku untuk sholat tahajud. Derai air mata selalu membasahi mata, pipi, dan bibir istriku di tengah komunikasinya dengan Tuhan. Aku sangat mencintainya, Tuhan. Kuatkanlah kami dalam menjalani hidup ini...
Aku yakin bahwa kerja keras kami selama ini pasti akan menerima balasan manis suatu saat nanti. Dan ternyata sekarang lah ‘suatu saat nanti’ itu. Ada yang menawarkan kerja sama kepada istriku. Dia ditawari sebuah butik di Kota Kembang oleh salah seorang temannya. Dengan senang hati kami menerima tawaran itu. Butik itu dia namai “Awanis collections”, yang merupakan singkatan dari nama kami berdua, Awan dan Nisa.
Mulai hari ini kami semakin sibuk dengan bisnis kami. Baru kali ini aku melihat istriku tersenyum lebar. Mungkin itu karena salah satu mimpinya dulu semasa sekolah untuk mempunyai sebuah butik kini tercapai. Alhamdulillah...
Dari hari ke hari aku semakin kuat menjalani hidup dengan hadirnya istriku disampingku. Tak jarang terkadang air mataku tiba-tiba terjatuh membasahi pipi. Aku semakin bersyukur, aku semakin bahagia.

---0---

“Wan, sudah hampir menjadi pengusaha sukses nih kita,” kata istriku sambil menyunggingkan senyum manisnya.
“Semua berkat kerja keras kita dan bimbingan Allah, Sayang. Aku bahagia bersamamu. I love you, Cantik,” godaku.
“Iiiihh... Si Awan centil. Apaan sih ah gombal banget.” Tanpa sadar wajahnya telah memerah tersipu malu.
Pinjaman modal dari ayah Nisa sedikit demi sedikit telah bisa kami cicil. Kami juga mulai menabung untuk masa depan kami, untuk membeli rumah yang layak untuk wanita secantik istriku, serta untuk biaya anak-anak kami kelak. Aku juga berjanji, Nis, lambat-laun aku pasti akan membayar hutangku padamu tempo dulu.

---0---

Tak terasa kebersamaan kami telah tiga tahun lebih berlalu. Hari ini istriku akan diwisuda. Dia akan mendapat gelar sarjana sosial dengan perolehan IPK tertinggi. Selamat, Istriku, aku bangga padamu. Di tengah kerasnya hidup bersamaku, kau tetap bisa fokus pada kuliahmu. Aku akan semakin mencintaimu...
Terdengar seruan pembawa acara di depan sana, “Dipersilahkan kepada para lulusan dengan nilai cum laude untuk naik ke atas panggung dan menyampaikan sambutannya.” Langsung kupersilahkan Istriku maju. Dia tidak akan tahu bahwa setelah dia naik ke atas panggung, aku akan mengejarnya.
            “Annisa Nur Anbiya Istriku, hari ini di atas panggung milikmu, akan kuumumkan pada semua orang bahwa aku sangat bangga bisa mendampingimu. Kau telah membawa arti dalam hidupku. Jika ada yang bertanya siapa wanita yang paling hebat di dunia ini, akan kujawab Kaulah Istriku. Aku mencintaimu demi Allah. Terimalah ini, Sayang...” Kuberikan boneka teddy bear jumbo kepadanya. Dia terpaku di hadapanku, hanya suara tangisnya yang terdengar. Diam-diam dia mencium tanganku, dan berkata, “Anna uhibbuka fillah, yaa Akh..”

by. sii Famysa cantik ^^

Minggu, 24 April 2011

Dahsyatnya Mimpi


Resensi Buku
Oleh: Syifa Azmy Khoirunnisa

Buku ini bercerita tentang kisah hidup sang penulis, Putri Rindu Kinasih dari mulai proses kelahirannya hingga kini dia bisa menggenggam mimpinya. Cerita dimulai dari proses kelahiran Putri yang mengkhawatirkan, bahkan divonis tidak akan selamat lahir ke dunia. Namun ternyata takdir Tuhan berkata lain. Putri selamat terlahir ke dunia, walaupun terlahir prematur dengan berat hanya 1 kilogram lantaran kesulitan sang ibu pada saat proses persalinan.
Semakin tumbuh besar, Putri memang terlihat berbeda fisiknya dari teman-teman sebayanya. Ditambah lagi dengan keterbatasan ekonomi keluarga yang dapat dibilang di bawah rata-rata. Namun kekurangan-kekurangan itu tidak lantas membuatnya minder, rendah diri atau putus asa, tetapi sebaliknya, dia mengidap virus dreamunus nekatisimus. Gejalanya adalah kenekatan atas berbagai hal dan pemimpi level dewa. Dan terbukti, efek dari virus ini membawa dia ke dalam sejumlah petualangan musikal bersama Twilite Youth Orchestra, Tubinger Kammerorchester, dan Amadeus String Chamber Orchestra. Virus ini merupakan virus baru yang ditemukan Putri beserta keluarga, yang akhirnya menghadirkan mimpi-mimpi Putri menjadi nyata. Kerja keras les biola, keringat capek dalam perjalanan jauh antara rumah, sekolah dan tempat lesnya, serta air mata Putri sebagai perwakilan dari isi hatinya yang tak jarang dikecewakan seakan terbayar lunas dengan serangkaian prestasi dalam bidang musik. Pengorbananya selama ini terbukti tidak sia-sia. Putri yang awalnya bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa kini telah berubah menjadi Putri Rindu Kinasih yang berbakat dan mempunyai segudang prestasi berkat mimpinya.
Selain ingin berbagi inspirasi dan motivasi pada para pembaca, penulis juga berhasil mengemas kisahnya dengan kocak, seru, dan kadang mengharu biru. Semua kisahnya terangkum dalam surat-surat yang ia tujukan kepada sahabatnya, Nyo-nyo si monyet. Alur cerita dan penuturannya mengalir ringan. Membaca buku ini seperti membaca curahan hati dari seorang kawan yang jauh di mata namun dekat di hati.
Pas ditujukan kepada para remaja yang memiliki segudang mimpi, baik yang sedang dalam perjalanan meraih mimpinya atau yang telah meraih mimpinya. Bagus juga dibaca oleh anak-anak, karena isinya banyak disisipi gambar-gambar lucu dan foto-foto kegiatan Putri.
Ikuti curahan hati sang pengidap virus dreamunus nekatisimus, Putri Rindu Kinasih selengkapnya, dengan segenggam mimpinya, sikapnya yang menolak menyerah pada kata ‘tidak mungkin’, dan berani menanggung resiko atas pilihan-pilihan hidupnya.
Selamat membaca dan menggali ilmu! ;-)
by. sii Famysa yang demen ngimpi. zzz...

Sabtu, 23 April 2011

Tentang Mimpi


mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya
laskar pelangi takkan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa
warnai bintang di jiwa

menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia selamanya

cinta kepada hidup
memberikan senyuman abadi
walau hidup kadang tak adil
tapi cinta lengkapi kita

laskar pelangi takkan terikat waktu
jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi
(Laskar Pelangi - Nidji)

I have a dream, a song to sing
To help me cope with anything
If you see the wonder of a fairy tale
You can take the future even if you fail
I believe in angels
Something good in everything I see
I believe in angels
When I know the time is right for me
I'll cross the stream - I have a dream

I have a dream, a fantasy
To help me through reality
And my destination makes it worth the while
Pushing through the darkness still another mile
I believe in angels
Something good in everything I see
I believe in angels
When I know the time is right for me
I'll cross the stream - I have a dream
I'll cross the stream - I have a dream

I have a dream, a song to sing
To help me cope with anything
If you see the wonder of a fairy tale
You can take the future even if you fail
I believe in angels
Something good in everything I see
I believe in angels
When I know the time is right for me
I'll cross the stream - I have a dream
I'll cross the stream - I have a dream
(I Have a Drean - Westlife)
 

I have a dream,
Even if I'm thrown away or ripped to shreds
Deep in my heart
I have a dream as precious as gem

If by chance, without a reason,
Somebody ridicules me behind my back
I should be patient
I would wait just for that day.

As you always worry,
You say that foolish dreams are poisonous.
Just like a book that tells us about the end of the world
There's the reality that we can't turn back already

Yes I have a dream.
I believe in that dream
Please watch over me
Standing in front of that cold wall called fate
I can firmly face it

One day I will pass over that wall
And be able to fly
As high as the sky
This heavy thing called life can't tie me down
At the end of my life, on the other day that I can smile, let's be together

Yes I have a dream.
I believe in that dream
Please watch over me
Standing in front of that cold wall called fate
I can firmly face it

One day I will pass over that wall
And be able to fly
As high as the sky
This heavy thing called life can't tie me down
At the end of my life, on the other day that I can smile, let's be together

Yes I, I have a dream
I believe in that dream.
Please watch over me
Standing in front of that cold wall called fate.
I can firmly face it

One day I will pass over that wall
And be able to fly
As high as the sky
This heavy thing called life can't tie me down
At the end of my life, on the other day that I can smile, let's be together

(Goose's Dream - soundtrack Dream High)


You think I’m pretty
Without any make-up on
You think I’m funny
When I tell the punch line wrong
I know you get me
So I’ll let my walls come down, down

Before you met
I was a wreck
But things were kinda heavy
You brought me to life
Now every February
You’ll be my valentine, valentine
Let’s go all the way tonight
No regrets, just love
We can dance until we die
You and I
We’ll be young forever

You make me
Feel like
I’m living a Teenage Dream
The way you turn me on
I can’t sleep
Let’s runaway
And don’t ever look back
Don’t ever look back
(Teenage Dream - Katy Perry)


SAYA, SYIFA AZMY KHOIRUNNISA BERJANJI & BERTEKAD BAHWA SAYA AKAN MEWUJUDKAN MIMPI-MIMPI SAYA!!


Minggu, 17 April 2011

The Hero Journey : Perjalanan Menemukan Diri

postingan kali ini berdasarkan pertemuan mingguan FLP Tembalang, Sabtu, 16 April 2011.
sebenarnya sih aku gak terlalu ngerti kenapa judulnya The Hero Journey : Perjalanan Menemukan Diri. hehe... tapi tak jadi masalah bagi kawan-kawan pembaca bukan? :)) yang penting ilmunya ya gak? *ting-ting
sebelum kita memulai pada bahasan yang sebenarnya, ketua kita, Kak Adisaputra Nazhar mengajak kita untuk berbincang-bincang dulu mengenai 'kenapa sastra dijadikan yang utama dalam suatu peradaban, bukannya sains?' celetuklah aku menjawab, "ya soalnya kan sains, teknologi, dan ilmu pengetahuan yang lain-lainnya berasal dari satu sumber, yaitu Al-Quran, nah Al-Quran itu kan pemberian Allah SWT, juga merupakan sastra yang terdahsyat dari sastra-sastra yang lain, yang tiada tandingannya. so, ya begitulah jadinya kenapa sastra merupakan yang utama dalam peradaban. hehe." *nyengir kuda asli deh aku.. terusnya kak Adi berkata, "ya itu sih pernyataan subjektif, gak objektif." ternyata begini yang benar teman-temaaaaann......
coba deh kalian pikirkan... apa sih kerjaan para filsuf dahulu? berfikir kan? nah, dari pikiran-pikirannya itu muncullah ide-ide, gagasan, filosofi. tanpa kita sadari, proses seperti itu adalah termasuk ke dalam sastra. filsafat, mitos, legenda, cerita rakyat, itu semua juga termasuk sastra. contohnya nih, mitos... jika dahulu tidak ada mitos dan tidak ada pemikiran manusia yang lebih lanjut, sains dan teknologi yang sekarang serba canggih tidak akan pernah ada. dari ketidakpuasan manusia terhadap mitos tersebut, maka muncullah sains dan teman-temannya. sekarang kita berkaca dulu deh pada jaman penjajahan dulu. lewat apa sih perlawanan para pahlawan dulu selain lewat perang secara nyata?? jawabannya yaitu lewat sastra. seperti kakek Pramoedya Ananta Toer, Chairil Anwar, dll. mereka menulis dalam kurungan. mereka mengeluarkan perlawanan mereka lewat tulisan. dan dahsyatnya lagi, lewat sastra, sebuah bangsa bisa merekam sejarahnya. bangsa yang baik itu adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarahnya kan! bayangkan saja apa jadinya jika kita sebagai putra-putri bangsa tidak mengetahui sedikit pun tentang sejarah bangsanya.. malu deh yang ada....


let's continue reading this!

--->> Cerita
mengapa cerita? siapa bilang cerita itu gak penting? *emang siapa yang bilang sih? hhoohoo
cerita itu sangat penting kawan.. buktinya aja nih, setiap saat kita pasti akan bertemu dengan yang namanya cerita. kita juga gak bisa menghindari kegiatan bercerita ini.
let's we see...
~ kitab suci agama-agama isinya dominan cerita (buktiin aja kalau gak percaya!)
~ buku-buku yang laris terjual kebanyakan buku fiksi. nah, fiksi itu kan isinya cerita.. bandingkan aja sama buku nonfiksi, pasti kebanyakan orang lebih suka sama buku fiksi soalnya dalam fiksi kita dapat ilmu dari cerita, bukan dari dikte atau bahasa ilmiah dll. bawaannya jadi lebih ringan jika kemasannya fiksi. :)
~ waktu yang banyak dikonsumsi oleh kita-kita juga isinya pasti cerita. seperti gosip, ngerumpi, ngobrol, curhat, dll.
~ film, teater, ludruk, ketoprak, lenong, topeng dan sebagainya, isinya cerita juga kaaann....  juga salah satu alasan kenapa kita suka atau ingin menonton itu karena ada ceritanya kan.. baik itu cerita yang mengharu-biru, menegangkan, manakutkan, dll.
-->> manfaat cerita: Sandi Wara. sandi itu artinya Rahasia, sedangkan wara berarti Pembelajaran. so, secara sederhana, manfaat cerita adalah proses pembelajaran mengenai suatu rahasia (hal yang belum diketahui oleh orang lain, yang ingin dibagikan kepada orang lain).
-->> struktur dasar cerita: suatu ketika - lalu suatu hari - oleh karena itu - klimaks - resolusi - pesan cerita - perubahan kehidupan para tokoh. bisa teman-teman perhatikan dalam sebuah karya sastra (cerpen, novel, roman, dll)
eh iyaa.... tak lupa juga dalam sebuah cerita, HUMOR itu perluuu.... penting malah deh. :D dimaksudkan agar pendengar atau bahkan pembawanya sendiri tidak jenuh/bosan.

--->> Metaphore (metafora), Simile, Analogi
__ Metaphore : gaya bahasa yang menggunakan satu hal untuk mengartikan hal lain dan membuat perbandingan antara keduanya. contoh: 'dunia ini panggung sandiwara'. metaphore menghubungkan bentuk X dan Y, sehingga X=Y.
__ Simile (perbandingan terbuka) : bentuk metaphore yang membandingkan dua hal berbeda untuk menciptakan makna baru, menggunakan kata 'seperti' atau 'bak' dalam sebuah kalimat dan lebih jelas dibandingkan metaphore. contoh 'dunia seperti panggung sandiwara'.
__ Analogi : lebih rumit. pada tingkat sederhana, analogi menunjukkan kesamaan antara beberapa hal yang sebenarnya berbeda, lebih seperti perluasan metaphore atau simile. rumusnya: A:B=C:D, artinya bentuk A adalah B sama dengan bentuk C adalah D. 
-->> manfaat metaphore:
1. perubahan dasar diawali metaphore
2. memanfaatkan yang dikenal untuk memasuki hal yang baru
3. membawa pengalaman baru
4. memperbesar, memperkecil, reframe
-->> apa saja sih metaphore itu?? taraaa.....yaitu anekdot, problem oriented, dan goal oriented. ada juga peribahasa, puisi, lagu, teka-teki dan lelucon.
nah, perlu diketahui, perubahan melalui metaphore itu bukannya perubahan alur cerita, isi atau hasil akhir cerita, tetapiiii.... perubahannya itu adalah hasil dari menarik dan menghubungkan pengalaman, dari scene awal hingga akhir.
-->> yang perlu diwaspadai dari metaphore ini.... metaphore merupakan kesimpulan alam bawah sadar kita terhadap suatu cerita. kalau alurnya kan jelas lah kita sadar betul awalnya seperti apa, tengahnya seperti apa, dan akhirnya bagaimana.. sedangkan metaphore itu kita gak sadar looh..... ayo ngerti gak? hehe. salah-salah menerjemahkan atau menyimpulkan metaphore, secara gak langsung, lambat-laun pasti akan mempengaruhi kita walaupun tidak secara drastis. makanya kita kudu cerdas menyaring segala apa yang kita lihat dan kita dengar. metaphore ini bagaikan dua sisi mata pisau. bisa digunakan untuk kebaikan/hal yang bermanfaat, dan bisa digunakan untuk kejahatan juga looohh... tergantung siapa penyampainya. hati-hati dengan metaphore...^^
-->> kita harus memperhatikan beberapa hal sebelum menyiapkan metaphore. yang pertama dan yang paling utama pastinya judul lah yaa... lalu pendengar, pembukaan, pengembangan hingga penutupnya.

setelah muter-muter ke sana ke mari, akhirnya aku menemukan bahasan yang sesuai dengan judul postingan ini. hehe
--->> Perjalanan Hero
 there are.... the ordinary world - a call to adventure - refused of the call - meeting the mentor - crossing the first treshold - tests, allies and enemies - approach to the inmost cave - the supreme ordeal - reward for seizing the sword - the road back - resurrection - return with the elixir. ;))
amati deh setiap cerita baik film, novel or whatever that, yang mengangkat cerita tentang perjalanan hero, pasti selallluuuu seperti di atas itu alurnya.. contohnya di Indonesia punya Wiro Sableng, atau kalau di luar ada Harry Potter, Spiderman, Superman, dll. so, kalau kita ingin membuat cerita heroik, patut dipelajari nih.. :)

sekian saja dari Syifa... semoga bermanfaat bagi kawan-kawan pembaca... semoga kalian tidak puas dengan postingan ini, sehingga kalian bisa menggali ilmunya lebih dalam lagi, dan tentunya menelurkan pemahaman yang lebih luas. ^^

by. sii Famysa love banget sastra

Rabu, 13 April 2011

Awan di Pelupuk Mata Nisa (part 3)


Sejauh kaki melangkah, aku mulai tersadar hendak kemana langkah kaki kami kali ini. Nisa menyeretku ke Situ Saradan, ke tempat kenangan masa kecil kami.
Terlihat di kejauhan sana sosok Ki Jaya, Ni Jaya, beserta semua penduduk kampung. Tak tahulah aku apa yang akan mereka lakukan terhadapku.
Ki Jaya mendekat, dia memulai pembicaraannya, “Wan, lihat kampung ini! Begitu hijau bagaikan permadani terhampar luas. Begitu rindang bagaikan selalu dipayungi langit biru. Situ Saradan, tempat Jang Awan dulu bersenda gurau selalu menyuguhkan telaganya yang bening dan menyejukkan sekujur tubuh. Alamnya luas. Tidak ada bencana di sana-sini seperti di ibukota, tempat istanamu berada. Akankah Jang Awan tetap mempermasalahkan tradisi pamali kampung ini?”
Aku marah, sedih, galau. Aku berteriak sekencang-kencangnya, “Tetapi mitos itu yang mencelakakanku dulu, Ki. Aku hampir mati. Aku nyaris putus harapan, untuk apa aku hidup dengan wajah buruk rupa seperti ini. Aku merasa pandangan orang-orang begitu panas terhadapku, seperti kegerahan enggan melihatku barang sedetik saja. Mungkin aku juga tidak akan punya teman selama 10 tahun ini karena rupaku. Jika bukan karena derajat orang tuaku sebagai petinggi negara, aku pasti akan terlunta-lunta di kolong jembatan sana. Tidak akan ada yang mau mendekatiku, apalgi bermitra denganku. Aku benci dengan pamali-pamalimu.”
Jang Awan, sesungguhnya kita teh amat sayang sekali pada Jang Awan. Aki mengerti perasaan Jang Awan selama ini.....”
“Tidak, Ki!” aku memotong pembicaraan Ki Jaya. “Tidak ada yang mengerti aku, apalagi perasaanku.”
“Awan!” terdengar Nisa mulai merecoki kami.
“Tidak juga kau, Nis!” gertakku.
Perlahan penduduk kampung meninggalkan Situ Saradan. Sedikit terdengar bisik-bisik diantara mereka. ~Lebih baik kita pergi saja. Untuk apa juga kita di sini menonton jalma bedegong. Kita pan sudah menunjukkan padanya kalau kita akan tetap silih asah, silih asih, jeung silih asuh. Kunaon si Jang Awan tidak mau menerimanya. Bedegong.~
 Tangisku menjadi-jadi seketika. Aku meraung kesakitan. Aku tidak terima akan semua ini. Orang-orang kampung mempermalukanku.
Situ Saradan tiba-tiba hening. Seolah ikut merasakan penderitaanku. Semua orang pergi meninggalkanku sendiri di sini. Mungkin inilah waktunya untukku merenung, memuhasabah diriku. Sepi.....
Langit biru sama sekali tak bisa mendengar jerit hatiku. Rerumputan juga, dia tak bisa ikut merasakan perihnya jiwaku. Seluruhnya batinku tersayat. Aku menyerah, Tuhan. Aku menyerah akan siksamu. Jika Kau inginkanku berkata dengan lantang bahwa aku telah menyerah, akan kulakukan, Tuhan.
Hanya angin yang berhembus saja yang bisa menuntunku ke hadapan pohon beringin bertuah. Menunduk aku meminta maaf kepadanya, sebab dulu aku telah melukainya.
Dahulu memang salahku. Bukan pamali itu yang menghukumku, tetapi Tuhan. Wajar saja jika Tuhan murka padaku, sebab aku telah merusak makhluk ciptaan-Nya. Namun mata hatiku selama ini telah tertutup untuk bisa memandang hikmah dari suatu perkara. Aku ingin menikmati alam ini sekali lagi saja, Yaa Tuhan. Jangan dulu kau timpakan siksa padaku.
Seketika gelap merasuk. Aku menutup mata dan tak sadarkan diri.
Sedangkan keadaan di gubuk dalam waktu yang bersamaan........
Pa, kumaha pami Awan udur deui?” tangis Nisa pada Ki Jaya, bapaknya.
“Entahlah, Neng. Bapak harap dia bisa mengambil hikmah dari suatu tradisi yang dia anggap kampungan. Maksud kita kan bukan apa-apa. Kita hanya ingin agar alam sekitar kita tetap lestari. Bukannya pamali seperti dalam pandangan Jang Awan. Kita tidak menyesatkan penduduk, kan. Terbukti dengan kepatuhan penduduk terhadap pamali, alam kita lestari, bumi kita tetap tersenyum ramah pada kita, Situ Saradan tetap berbagi bening airnya. Ooh, Neng. Andai Jang Awan sadar akan hal itu, mungkin dibalik wajahnya yang sudah tak tampan lagi akan tersimpul senyuman manis. Pokoknya kita harus tetap patuh pada pamali, silih asah, silih asih, silih asuh.
“Nisa ingin berlari ke tempat Awan, Pak. Izinkan Nisa kesana.”
“Baiklah.”
Gadis polos itu terus berlari dan berlari mengejar keberadaanku. Namun sayang, dia terlambat. Aku telah terbang......

Semarang, 26 Maret 2011


by. sii Famysa cantik ^^

Cerpen Juara 4 se-Undip Dalam Acara Ladies Day (FH) *hahaa narsiiiiss :D


Guruku Tidak Pernah Sekolah

Oleh: Syifa Azmy Khoirunnisa
Dialah guru pertamaku, Ibu Ane Widiastuti. Dia bukan guruku di bangku sekolah, bukan pula guru di tempat les atau semacamnya. Lucu nian aku. Bagaimana mungkin aku bisa berkata mengenai tempat les, sedangkan jaman dulu kan belum ada tempat les-lesan apapun. Seandainya saja Tuhan mengizinkanku untuk mengingat kembali masa itu, ah... sungguh kagum aku padanya.
“Bu, aku juga ingin sekolah. Kenapa hanya si akang  saja yang boleh sekolah sedangkan aku tidak?” rengek Bu Ane dahulu pada ibunya.
Ibunya menjawab, “Tak usah anak perempuan sekolah. Sudah cukup kau bantu-bantu ibumu ini saja di sawah dan mengurus adik-adikmu yang banyak itu. Percuma jika kau sekolah, Ne. Perempuan jika sudah bersuami kelak ujung-ujungnya pasti kembali ke dapur. Mengerti kamu, Ne?!”
“Ane ingin sekolah juga, Bu. Ane ingin menjadi anak pintar.”
“Tidak perlu,” ketus ibunya.
Bu Ane tertunduk lesu seketika. Wajahnya cukup untuk memperlihatkan bahwa dia sungguh kecewa sedalam-dalamnya. Mungkin hal serupa akan terjadi pula padaku jika aku hidup di jaman Bu Ane. Beruntung aku adalah generasi penerus dari Bu Ane, bukan dari ibunya Bu Ane yang merupakan nenekku.
Entah apa yang akan dilakukan Bu Ane pagi itu. Dia berjingkat mengikuti akangnya pergi. Ternyata tujuan akhirnya adalah di SD Muhammadiyah. Diam-diam Bu Ane mengintip dari balik jendela kelas. Matanya tak pernah lepas dari papan tulis dan penjelasan sang guru. Bu Ane mengikuti apa yang diajarkan sang guru. Dia berbicara seorang diri, dia kadang tersenyum gembira, kadang terlihat seperti orang bingung, begitulah yang dia lakukan di balik jendela kelas yang lumayan tinggi untuk anak umur tujuh tahun.
Mengintip si akang sekolah rupanya telah menjadi rutinitas Bu Ane. Hingga akhirnya membuahkan hasil. Bu Ane sekarang sudah bisa membaca dan menulis. Namun ada satu pelajaran yang selalu membuat Bu Ane penasaran. Menghitung. Saking penasarannya, setiap angka yang dilihat oleh Bu Ane bisa saja menarik perhatiannya untuk dihitung-hitung. Mulai dari penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, hingga bentuk-bentuk rumit lainnya dia operasikan sendiri.
Kutukan nenekku terhadap Bu Ane ternyata memang menjadi kenyataan. Kini Bu Ane hanyalah seorang wanita yang tak lebih dari seorang pelayan bagi suami dan baby sitter bagi anak-anaknya.
Teh, lihat ini. Aku tak mengerti soal yang ini, Teh. Bantu aku mengerjakannya dong,” rengek Siti, adikku yang paling bungsu kepadaku.
“Itu tugasmu dan itu urusanmu. Selesaikan semuanya sendiri,” Gertakku. Kupikir adikku tidak bisa melihat situasi dan kondisi. Sudah tentu dia pasti tahu bahwa aku juga sedang pusing mengerjakan tugas sekolahku. Kenapa mesti ditambah pusing dengan tugasnya. Aku kesal.
Namun kulihat kemudian apa yang dilakukan ibuku. Dia malah merapek Siti bahkan menghampirinya.
“Siti, sini biar Ibu yang mengajarkanmu menjawab soal itu.”
Aaahh ibuku memang bisa saja. Walaupun aku tak suka dengan pembelaannya terhadap Siti, tetapi kuakui ibuku memang bukan hanya sekedar cerdas, dia pun bijak dalam bertindak.
Aku masuk ke kamar. Entah itu karena marah pada Siti, atau karena malu ternyata ada malaikat cantik yang membela Siti. Tanpa kusadari, di balik pintu kamar aku melakukan kebiasaan ibuku dahulu. Ya! Mengintip. Kuintip Siti dan ibuku. Kulihat Siti tersenyum berbunga-bunga karena dia akhirnya bisa memecahkan soal matematika dari gurunya. Aku heran mengapa ibuku bisa sepandai itu. Aku saja mungkin perlu membuka-buka buku dulu untuk memecahkannya. Hmmm......
Seperti biasa, setiap pagi ibu tak pernah absen membuatkan sarapan untukku dan kedua adikku sebelum kami berangkat sekolah. Ibu tahu bahwa hari ini adalah hari penentuan untukku. Aku harus memilih salah satu Perguruan Tinggi Negeri atau aku tidak akan memiliki kesempatan mengetuk pintu Perguruan Tinggi Negeri lagi, setidaknya untuk tahun ini. Ibu membiarkan adik-adikku berangkat duluan, sedangkan aku ditahannya.
“Mau memilih sekolah mana Kau, Na?”
“Tidak, Bu. Hana mau kerja saja. Hana jadi TKW ke Arab saja ya, Bu. Gajinya besar, Bu. Pasti cukup deh untuk membiayai hidup Siti dan Osan ke depan,” jawabku dengan penuh semangat.
“Ibu tidak melihat kejujuran dari matamu, Na. Jujurlah Kau, Na. Ibu tahu Kau sangat ingin menggantikan peran Bapakmu yang telah tiada. Tapi sungguh Ibu tahu bahwa kau ingin menjadi seorang guru.”
“Tidak, Bu,” aku memaksakan diri untuk tetap tersenyum walaupun dalam hati ingin menangis.
“Pilihlah salah satu, Na. Kalau Kau bingung minta usulan pada gurumu. Jangan Kau tanya usulan Ibu karena Ibu tidak mengerti. Ibu janji Ibu pasti akan membiayai sekolah anak-anak Ibu walaupun entah untuk biaya makan sehari-hari akan Ibu dapatkan dari mana. Pergilah, Na.”
Ibu membuat hatiku remuk-redam. Aku sangat bingung, entah apa yang akan kuisi di atas selembar formulir ini. Tiba-tiba wali kelas yang sedang mondar-mandir menghampiriku.
“Hana kenapa kamu diam saja? Ayo cepat isi formulirnya. Atau apakah kamu sedang kebingungan, Na?”
“Iya, Bu,” jawabku tak bersemangat.
Dan sepertinya Ibu Wali Kelas tidak memedulikan ekspresi wajahku. Dia lantas berkata, “Menurut Ibu, Hana berbakat di bidang bahasa. Nilai rapormu catur wulan kemarin juga yang tertinggi adalah nilai bahasa Indonesia. Bagaimana jika kamu ke IKIP saja, ambil jurusan bahasa Indonesia.”
Aku menurut saja pada usulan wali kelas. Tanpa pikir panjang lagi kutulis dengan huruf besar, HANA ROHANA, IKIP BANDUNG, JURUSAN BAHASA INDONESIA.
Langsung kulupakan apa yang kutulis barusan. Aku tidak terlalu berharap akan hal itu. Aku menyadari bahwa aku tidak akan mampu. Andai ibuku mengerti, aku hanya ingin bekerja agar dapat membantu meringankan beban ibuku.
---0---
“Hanaaaa.........” panggil ibuku. Sepertinya dia kegirangan. Apakah dia memenangkan lotre? Ah tetapi mana mungkin ibuku ikut-ikutan pasang lotre.
“Iya, Buuu.... Sebentar Hana membilas cucian dulu,” aku membalas panggilan ibuku yang setengah berteriak itu.
“Hana, selamat ya, Na. Ibu ikut senang mendengar berita baik ini.”
Aku keheranan. Berita baik apa yang dimaksud ibuku? “Berita apa, Bu?”
“Sebentar lagi Hana, anak Ibu akan menjadi guru bahasa Indonesia,” senyumnya begitu lebar ketika mengatakan ini padaku. “Tenang saja, Na. Biar Ibu yang memikirkan biayanya. Yang terpenting Kau sekolah saja yang benar. Buat Ibumu ini bangga padamu, Na.”
Aku lemas mendengar kata-kata ibu. Aku tahu batin ibu pasti terhimpit beban yang amat berat. Ibu memang aneh.
---0---
Aku akan selalu mengingat masa-masa itu. Ketika hari wisudaku, aku mengabari ibuku yang berada nun jauh di kampung sana dengan sepucuk surat. Kuberitahukan padanya bahwa aku ditempatkan dinas di Bandung Barat, di sebuah SMP Negeri. Aku menangis terharu. Apa jadinya aku jika dulu aku bersikukuh ingin menjadi TKW saja. Aku tidak akan pernah mendapatkan semua kebahagiaan ini. Kebahagiaan karena aku bisa menggapai cita-citaku yang selalu kusembunyikan dari semua orang.
Hari ini aku bisa melihat indahnya dunia. Semua ini berkat ibuku. Aku menemukan pendamping hidup yang amat menyayangiku. Hidup bersamanya dan kedua putriku cukup bisa membuatku tersenyum sepanjang hari. Kedua putriku cerdas. Seperti ada sosok ibuku di dalam diri mereka.
Kemarin sepulang dari Wisma Haji Karawang mengantar adikku, Siti beserta suami, kusempatkan untuk mengunjungi pusara ibuku. Kupanjatkan doa untuknya. Sempat juga kutengok kamarnya, sepi..... Hanya foto berbingkai coklat tua yang membalas tangisku dengan senyum.  
Terima kasih Bu Ane, guru pertamaku, ibuku.....

Semarang, 10 April 2011

by. sii Famysa lagi bahagia :))

Happy With My Brother

this is photo of me and my big enemy who (actually) i loved him so much, he's Maulana Ali Firdaus... hehe

di Widya Puraya, Undip
kalau saja dia tidak terlahir ke dunia ini, mungkin aku akan sendiri merasakan segala perihnya kehidupan keluarga. hmm... gak kebayang deh. huhuu
di satu sisi dia memang menyebalkan. (duluu) kerjaan kami sehari-hari cuma berantem and berantem. rame deh rumah diisi oleh jerit-jeritan kami, kejar-kejaran ke sana ke mari.. tapi sekarang entah kenapa setelah aku jadi anak kost dan jauh dari rumah, setiap pulang pasti disambut dengan senyum seolah-olah aku sedang ditunggu-tunggunya sejak lama. mungkin karena dia kangen kali yaa... hihii
aku pun baru sadar bahwa ternyata aku memang menyayanginya dan membutuhkannya, sangat...
kata mamah sekarang dia makin rajin ngaji, sekolah, baca buku, walaupun ada satu hal yang tidak ada kemajuan. matematika! haha... dia sama sekali tidak menyukai pelajaran yang satu itu. terbukti nilainya saja tidak pernah lebih besar daripada lima. :DD (sorry, De, rahasianya dibongkar).
kalau teteh pulang nanti, teteh janji deh bakal bawain oleh-oleh khas Semarang. soalnya selama ini pulang selalu dengan tangan kosong, padahal udah sering ditanyain dan sering juga kujawab 'males ah' oohh..
Dede yang rajin aja sekolah, ngaji dan belajarnya... teteh doain selalu semoga Dede bisa meraih cita-cita Dede. Dede berhak memutuskan mau sekolah dimana, mau jadi apa aja, asal yang baik-baik.. kalau Dede masih belum berubah pikiran 'ingin jadi ustad', semoga kelak Dede bisa jadi ustad yang baik dan berakhlak mulia. amiin Yaa Robb.. ^^

---> diikutsertakan dalam Maret Ceria ;)

by. sii Famysa, teteh Dede

Mijn Vriend